NovelToon NovelToon
KAIDEN -ex Boyfriend

KAIDEN -ex Boyfriend

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Kisah cinta masa kecil / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: nsalzmi

"Kaiden?"

Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.

"Aku akan perjuangin kamu Zea." Kaiden

Vandra adalah kakak dari Kaiden yang diam-diam senagaja mendekati Zea agar membuat Kaiden cemburu. "Aku tahu dia mantan pacarmu Kaiden."

Situasi semakin memanas saat sebuah kebenaran identitas Zea terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Kaiden," gumamnya pelan, jantungnya berdebar tak menentu, bagaimana bisa?

Kenapa takdir seolah sedang mempermainkan nya?

Kaiden, lelaki daftar favorit nya dulu, kini menjadi luka tak berdarah dalam hidupnya.

Dari sekat ruang tamu sini, sepasang suami istri dan seorang gadis datang dan menyalami Oma Atma.

Pria itu menggeleng dengan senyum mengambang,"Kalau kesini tuh ngabarin dong mah."

Seorang wanita yang disebelah pria itu langsung menggeser tubuh dan maju untuk cepika-cepiki,"Emm.... mama mertua-ku sayang.... kalau kesini tuh' ngabarin dong."

"Tau tuh Oma, gak ada ngabarin, pinomat ngabarin Vara gitu loh," omel gadis disebelah wanita itu

Oma Atma tersenyum tulus,"Aku sudah mengabari tadi."

Ketiga orang yang ada didepan oma Atma saling pandang satu sama lain, seolah mempertanyakan siapa yang sudah menerima kabar bahwa ia akan datang, "mamah gak ada ngabarin ke El, mama ngabarin siapa?"

Wanita disebelah pria itu mengangguk cepat,"iya mah, mama juga gak ngabarin Esti."

"Oma tadi udah ngabarin cucu manja mengkek piyik-piyik Oma."ucapan yang membuat ketiga orang didepannya geleng-geleng.

"Calvinnnn...." teriak Oma Atma

"Orangnya gak dirumah mah."

"Loh kemana? Oma-nya datang malah pergi," wajah cerita oma Atma berubah jadi sedikit sedih

Vandra yang respect langsung merangkul pundak oma Atma."Besok pagi pasti dah pulang kok oma, namanya juga anak muda pasti malam mingguan sama pacarnya."

"Dihh, mana ada malam mingguan, tiap hari kak Kaiden sama pacarnya ketemuan, bosen liatnya," cibir gadis yang langsung dapat tatapan tajam dari Vandra

Zea hanya mendengar dalam diam, batinnya terasa sedikit teriris, Kaiden lelaki yang pernah menjadi bentuk senang dan bahagia Zea, lelaki itu juga yang membuat Zea membencinya.

"Oh iya oma sampai lupa," Atma menarik tangan Zea, untuk berdiri sejajar dengannya

"Namanya Zea, dia yang tadi oma ceritain ditelpon," ucapan yang membuat Zea jadi menoleh.

"Oma sudah cerita yang tadi sayang," seolah mengerti arti tatapan Zea Oma menjelaskan, ia mengusap punggung Zea pelan

"Zea, mereka berdua anak dan menantu saya, dan gadis itu adiknya Vandra." ucap Oma Atma

Zea maju untuk menyalami, membuat kedua orang didepannya tertegun, sangat santun. Itu yang ada dalam pikiran mereka, anak mereka saja hampir tidak pernah menyalami tangan mereka dengan cara dicium

"Zea kamu bisa panggil saya ibu Esti."

"Dan kamu bisa panggil saya pak Elias."

Gadis cantik yang berdiri disebelah Esti terkekeh pelan, "Hai mbak Zea, nama aku Keyvara, panggilan nya Vara," ia menyalami Zea.

"Nama panjang aku Keyvara Stevania Maverick," ia menutupi bibirnya, bicara dengan nada centil dan malu-malu. Lebih tepatnya malu-malu in, ia mengangkat tangannya dan menyelipkan rambutnya di telinga

Vandra berdecih dengan wajah malas."Dasar pikmi," ledek Vandra

"Bacot," jawab Vara sambil memberikan jari tengah, setelahnya menarik tangan Zea. "Ayok mbak," ia langsung berlari saat Vandra hendak mengejar

"Dasar adik gak guna!" teriak Vandra geram

"Aku adiknya Kaidennnn," diundakan tangga sini Vara menyahuti sambil teriak

Atma menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya pelan,"Inilah yang membuat aku cuman cinta sama Calvin."

Oma Atma yang langsung melewati sepasang suami istri, sengaja bahkan ia menabrak bahu Esti.

Esti menghentakkan kakinya kesal,"Sayang lihat tuh mama kamu, dia sakitin akuhh... huhu..." mengadu dengan nada manja, ia memajukan bibirnya, agak imut. Tapi majunya berlebihan, seperti sedang cosplay donald duck.

Elias merangkul sang istri,"Uluh-uluh cintanya papa."

Keduanya berjalan beriringan, menyusul Oma Atma, yang sudah melenggang ke dapur, tepatnya meja makan.

Atma mengeluarkan semua isi tas belanjaan nya, ada beberapa bungkus mananan ringan, ada aneka buah segar yang ia beli sewaktu dijalan. Segera ia membersihkan buah-buahan yang sempat terjatuh dijalan.

Elias berdiri dibelakang oma Atma yang masih sibuk mencuci buah,"mah jangan kasar-kasar dong sama Esti, dia itu cintanya aku loh mah."

"Huhu sakit sayang," Esti mendramatisir

Atma tak pedulikan itu, ia segera beranjak meninggalkan anaknya yang menjengkelkan, menantu cantiknya juga selalu membuat ia naik darah dengan segala tingkahnya. Atma masih disibukan dengan urusannya menyusun satu per satu buah yang sudah ia cuci dan ia keringkan dengan tissue ke dalam keranjang buah.

"Sayang....huhu...." rengek Esti dengan suara manja

Atma berbalik dan menunuding wajah Elias dan Esti bergantian."Gak usah sok romantis kalian." amuknya

"Sopan kah kalian begitu didepan janda," ucap Oma Atma yang langsung mengundang tawa Vandra

"Bwahahah" Vandra tertawa geli mendengar omelan Omanya

"Mama, Papa, udah. Udah! kasihan noh sama yang janda."

"Oh iya maap," Esti melepas dan langsung mendorong suaminya untuk menjauh, ia langsung merangkul mama mertuanya.

Atma mendengus melihat kelakuan menantunya, "Ngapain rangkul-rangkul. Kamu pasti ada maunya kan" tanya Oma Atma

Esti mengangguk,"Mama mertuaku sayang, masa anakmu si Elias itu, ganti sekretaris Mah. Mana pakaiannya sexi lagi, ish,,, pokoknya Elias sekarang jadi nakal dan ganjen Mama" pengaduan Esti yang langsung membuat Elias tertunduk

Atma yang tadinya malas menanggapi langsung menoleh dengan mata melotot, dia mengambil buah duku dan langsung melemparkan di kepala sang putra.

"Aww... Mah kok main kekerasan sih, kalau kepala Elias bocor gimana!"

"Ya mampus!"

"Kalau setelah ini Elias gagar otak gimana?"

"Orang gila mana yang gagar otak karena dilempar buah duku!" desis Atma, dia mendekat membawa sendok sayur stainless steel ditangannya, "Berani kamu nyakitin menantu cantikku, aku jadikan umpan Arapaima kamu!"

Vandra menahan tawa, tangannya menyenggol tangan Esti. Saat keduanya saling menoleh mereka langsung tertawa renyah

"Bwhahaha.... umpan Arapaima gak tuhhh" Vandra tertawa barengan dengan Esti

"Haiiiiii....."dilantai atas sana Vara teriak

Vandra jadi mengangkat wajahnya, ia berdecih malas melihat adiknya, karena malas ia jadi membuang muka ke arah lain, karena di undakan tangga sana Vara melet, mengejek.

"Zea kamu cantik sekali" pujian yang keluar dari bibir Omanya membuat Vandra mengajat wajah ia jadi menatap Zea, yang ternyata tadi jalan dibelakang Vara, jadi baru kelihatan.

Tik

Sedetik kemudian Vandra menatap kagum pada pesona gadis desa yang kini menjadi pembantunya, cantik.

Kenapa bisa gadis yang tadinya terlihat kusut dengan wajah yang berminyak kini berubah jadi secantik ini.

Zea memakai kaos lengan pendek berwarna putih, yang dipadukan dengan celana oversize berwarna hitam. Rambut nya yang memang panjang ia kucir kuda, ikat rambut yang memang bekas Vara.

"Nah baju kamu yang overload kasih ke mbak Zea aja Ra" ucap Esti.

"Zea kamu gapapa kan dapet baju bekas dari Vara?" Esti bertanya.

Zea jadi menatap ke arah Vara, "Ini baju bekas non?" tanya Zea pelan

"Lahh, iya emang bekas"

"Saya kira tadi ini baju baru non, soalnya masih cantik." ucap Zea terkekeh pelan

Zea bingung, seberapa mahal kah baju yang ia kenakan sekarang, ini masih sangat bagus, jika dijual lagi mungkin masih bisa untuk beli es cekek.

"Saya mau kok Bu, cuman saya gak nyangka aja kalau baju-baju yang di kerdus itu semuanya baju bekas non Vara" jawab Zea dengan suara pelan

Vara menutupi mulutnya yang tertawa dengan kedua tangan, "baju-bajuku masih bagus, oh jelas." Vara mengibaskan rambut panjangnya

"saya kan princess" Vara tertawa pelan sambil menutup bibirnya

"Bacot lu! udah ayok makan" Vandra menjentikan jari di kening Vara membuatnya kesal

Vara mengambil nafas panjang dan,"Kak Vandraa-"

"Anak gadis kok teriak-teriak yang santun gitu loh! yang sopan jadi anak!" Atma mengomel

Vara menunjuk tepat wajah Vandra, "Kak Vandra yang mulai Oma." rengeknya

Atma menipiskan bibir, "Udah diam, kamu mau, besok Oma jadikan umpan Arapaima kayak papa kamu!"

"Bhahahha..." Vandra tertawa sambil memegang perutnya, jokes orang tua satu ini memang patut diacungi jempol kaki.

"Udah, udah ayok Van, Ra kita makan" lerai Esti, ia menarik kursi untuk Elias setelahnya ia menarik kursi untuk Atma.

Atma tersenyum, "Makasih menantu cantikku, besok mama beliin kamu bakso aci."

Vandra menahan senyum, saat melihat wajah Esti yang melirik sebal.

Elias duduk di kursi meja makan kedudukannya sebagai kepala keluarga, disebelah kanannya ada Esti tepat di depan Esti diisi oleh Atma. Vara dan Zea berdampingan, sementara Vandra menghadap ke arah Vara.

Zea sudah menolak dan memilih untuk makan di belakang, tapi dilarang oleh Atma, tak hanya Atma tapi Esti juga melarang.

Pembantu dirumah itu, baru mengundurkan diri dua minggu yang lalu, karena anaknya meninggal. Pembantu yang bekerja dirumah besar itu tidak dituntut harus memasak, karena Elias dan keluarga biasa memesan menu restoran. Seperti malam ini, karena tadi Vandra mengabari jika Oma akan berkunjung kerumah, Esti memesan menu kesukaan ibu mertuanya.

Dimeja besar itu tersedia, menu dari restoran favorit Atma, ada Ikan Bakar. Ayam Taliwang. Ayam Serundeng. Sayur Capcai dan sayur sop.

Acara makan malam sangat senyap tanpa ada satupun yang bersuara, hanya terdengar suara denting sendok yang beradu di atas piring hingga selesai.

Esti memperhatikan cara makan Zea, lalu ia memandang kearah Vandra, mereka berdua berhadapan, tapi Zea tidak ada sesekalipun mengangkat pandangan, padahal Vandra itu tampan, tapi kenapa Zea berbeda dan tak sesekali mencuri perhatian.

Esti menahan senyum karena Vandra lah yang berulang kali menatap ke arah Zea, dan ketahuan Esti.

Esti melihat semua sudah selesai dengan acara makan nya,"Zea, besok pagi kamu gak usah masak, karena besok hari minggu cukup kamu siapin jus buah aja, soalnya besok rumah pasti kosong." ucap Esti memberitahu

"Naik Bu" patuh Zea, ia mengangkat wajah hanya sekedar untuk menjawab setelahnya ia tertunduk lagi

"Apa kamu punya ponsel yang bisa saya hubungi?" tanya Esti

"Saya gak punya ponsel Bu" jelas Zea

"Oke kalau gitu"

Semua beranjak dari duduk, Vandra berjalan merangkul oma Atma dan menghilang di skat pembatas sana. Vara, Elias dan Esti menaiki undakan tangga, mereka semua meninggalkan Zea sendirian, jam didinding sudah menunjukan pukul sembilan malam, udara terasa begitu sejuk, mungkin diluar hujan belum berhenti.

Esti berjalan mendekat, "Ini ada ponsel lama milik Vandra anak saya, bisa kamu pakai"

Ponsel itu masih bagus, layarnya masih kilat dan apa tadi katanya, ponsel lama milik Vandra?

Zea menggeleng menolak, "Gak usah Bu, ini terlalu berlebihan"

Esti membuka tangan Zea dan menyerahkan ponsel itu, "Udah ambil aja, besok kamu tinggal beli kartu prabayar di konter."

Tanpa menunggu jawaban Zea, Esti langsung pergi dari sana. Zea menarik nafas panjang, diletakan hp pemberian itu di meja dengan hati-hati. Terakhir kali pegang ponsel itu sewaktu SMA dan itu ponsel yang bukan layar sentuh, gak bisa untuk foto, bisanya main game ular-ular yang bakal mati kalau nabrak pembatas, dan paling parahnya lagi, ular itu bisa mati kalau kena ekornya sendiri.

Ia mengangkat semua piring yang ada diatas meja ke wastafel. Mengelap dan membersihkan meja, memindah dan menyimpan makanan, setelahnya ia langsung mencuci piring kotor, dengan sangat hati-hati ia mencuci, takut kalau jatuh dan pecah, alamak!.

Tanpa ia sadari sedari tadi ada yang terus memperhatikannya, ia mengulas senyum tipis.

Selepas mengerjakan pekerjaan yang memang sedikit itu, Zea mendekat ke meja makan, Zea diam dengan tangan yang sibuk membolak-balik ponsel,"Ini pasti ponsel baru." Gumamnya pelan

"Apanya yang baru"

Zea tersentak kaget ketika ada Vandra di belakangnya, "Emm... ini tadi Ibu kasih saya hp, katanya bekas tuan muda, tapi masih kelihatan baru." jawab Zea pelan, sedikit gugup saat berbicara dengan lawan jenisnya apalagi dia anak nyonya. Di sebelah Vandra ada kardus pakaian yang Zea lihat sewaktu dikamar Vara.

"Oh..." Vandra banyak manggut-manggut pelan, "Itu memang ponsel bekas saya Ze, kalau kamu gak suka besok' kamu ikut saya kita beli ponsel baru."

Zea melotot, "Eh gak usah tuan gak usah. Ini aja masih bagus kok."

"Dari mana kamu tau hp itu masih bagus?" Vandra menadahkan tangan, "Sini coba kita tes kameranya."

Menurut, Zea menyerahkan hp itu.

Ponsel dalam keadaan mati daya itu langsung Vandra hidupkan. Hingga seper sekian detik ponsel itu menyala, Zea tersenyum lebar.

"Ayok pose, saya fotoin" perintah Vandra yang membuat Zea bingung

"Untuk apa saya pose Tuan muda?"

"Tapi' tes kamera!" dengus Vandra

Vandra menjauh sementara Zea berdiri disamping meja makan, satu tangannya dia naikan untuk memegang ikat rambutnya.

Cekrek

"Udah Tuan?"

"Nih" Vandra menunjukan hasil jepretan nya

Zea antusias, "Hihi... Masih bagus banget kameranya. Saya jadi kelihatan agak cantik" kalimat terakhir Zea ucapkan pelan. Zea menerima hp yang Vandra sodorkan. Ia tersenyum menatap jepretan wajahnya.

"Ze kamu mau langsung tidur kan, ayo biar saja tunjukin kamar kamu."

"Iya Tuan Muda saya juga sudah mengantuk" Zea menguap

"Panggil saya mas Vandra aja, saya gak suka dipanggil Tuan muda gitu" ucap Vandra sambil berjalan membuka pintu yang terbuat dari kaca.

"Tapi kan memang gitu Tuan?" Zea mengikuti dari belakang

Vandra berhenti, membuat Zea jadi menabrak punggungnya, "Eh maap Tuan" Zea menjauh, ia menunduk.

Vandra mengangkat sebelah alisnya, "Panggil saya apa tadi?" tanyanya

"Tu-"

"Hemm teruss?"

"Maaf mas Vandra, saya gak sengaja"

"Good" Vandra memberikan jempol, "Ayok saya tunjukin kamarnya." ajak Vandra, ia membawa kerdus pakaian yang kata Vara untuk Zea.

***

Pukul 04.00 am

Zea sudah terbangun dari tidurnya, suara hujan terdengar jelas di atap kamar yang ia tempati. Iya merapikan selimut dan bantal. Ia meregangkan sedikit anggota tubuhnya yang terasa pegal, setelahnya ia bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Untuk ukuran kamar pembantu dengan fasilitas ada kamar mandi itu sudah hal yang wah dimata Zea.

Dua puluh menitan, Zea keluar dengan wajah yang segar, ia mengucir rambut menggunakan jedai secara asal. Setelahnya ia keluar dan mengunci kamar, sengaja dikunci karena kata Vandra diujung sana ada kamar supir dan tukang kebun.

Pagi sebelum orang-orang bangun, niat Zea adalah mengepel, ia menyapu seluruh area lantai satu hingga seluruh bawah kolong sofa. Setelah dirasa bersih Zea mulai mengepel, ia mengerjakan dengan sangat cepat.

Brumm

Suara motor yang memekakkan telinga masuk di indera pendengaran, Zea membuka gorden dan mengintip. Motor itu diparkiran sembarangan, orangnya pun sudah menghilang.

Duarr

Zea kaget memegangi dadanya. Hujan semalam tak ada hentinya masih mengguyur langit Jakarta, suara gemuruh diluar begitu kuat memekakkan telinga.

Tok

Tok

Pintu itu diketuk dari luar, Zea enggan membukakan pintu, menyibukkan diri dengan mengepel, mungkin itu perkenalan pertama makhluk halus kepadanya, pikirnya.

Tok

Tok

"Ra bukain" teriak seseorang dari luar

Zea yang memang penakut, mengepel dengan kecepatan ekstra. Ia berlari kecil ke dapur untuk mengembalikan ember dan kain pel.

"Eh mbak Zea" diundakan tangga sini Vara memanggil dengan suara seraknya

"Iya non" Zea mendekat

"Tolong itu bukain pintu buat kak Kaiden, dia kehujanan diluar" perintah Vara, ia balik badan, tapi balik lagi menghadap Zea, "Oh iya lupa, ini handuknya." Vara melepar handuk dan ditangkap Zea.

"Maaf ya mbak, saya lempar. Saya ngantuk banget. Tadi malam maraton liat drakor"

"Hoamm" ia menguap dan langsung balik badan. Untuk sesaat Zea mematung, dia disuruh bukain pintu untuk Kaiden? Yang bener aja?

Mengingat Kaiden adalah tuannya, Zea berlari kecil.

Ceklek

Mendengar pintu yang dibuka, Kaiden langsung berdiri dan memeluk Zea. "Makasih ya adik ku sayang, jangan ngadu ke Mama sama Papa ya kalau gue kehujanan" ucapnya dengan suara bindeng.

Seluruh tubuh Zea bergetar, apa tadi Kaiden memeluknya?

Apa Kaiden gak tau kalau dia ini Zea bukan Vara?

Zea melepaskan pelukan, ia hendak pergi tapi tangannya dicekal.

"Eeits!"

"Muach." Kaiden mencium kening Zea. Setelahnya ia mengambil handuk yang merosot dibawah kaki Zea.

"Besok gue beliin lo jam tangan, asal tutup mulut oke"

Kaiden berjalan dengan kaki yang geloyoran, seperti orang mabuk.

Sementara disini Zea terpaku, tubuhnya merosot luruh jatuh ke lantai, ia mengusap bekas ciuman di keningnya dengan kasar. Ia menatap bajunya yang tadi dipeluk oleh Kaiden jadi basah, lagi satu hal yang membuat Zea marah adalah lantai nya jadi tercetak jejak kaki Kaiden.

Iya mengepalkan tangan dan meninju angin secara kasar,"Iiihh...dasar Kaiden gilaaa" erangnya lirih.

1
Dinar
jangan jangan zea adalah greysha anaknya Bu mawar yang bilang
art_zahi
Langsung jatuh cinta deh!
Candela Antunez
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
Aphrodite❤️‍🔥: Haii makasih udah kasih komentar nya, nantikan kelanjutan cerita Kaiden -ex boyfriend ya🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!