seorang anak laki-laki bernama Mathias yang dikurung dalam sebuah rumah selama 10 tahun sejak umur 5 tahun sampai 15 tahun tanpa melihat dunia luar dan orang lain selain kakeknya yang memberinya makan setiap hari. Saat sudah berumur 15 tahun dan Mathias sudah bisa keluar dari rumahnya ia berencana berpetualang di dunia ini menjadi pengembara untuk berpetualang mencari sisi dunia terindah.
didunianya menyimpan banyak kekuatan, dan hal-hal lain yang belum pernah dijumpai Mathias, Mathias akan menjelajahi berbagai tempat unik dengan cerita setiap tempat masing-masing, akankah Mathias bisa mencapai tujuannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 (Thyrax)
lima prajurit keluar dari pintu disisi kanan, dan lima disisi kiri. Mereka memblokirku dan Traki dengan membentuk lingkaran, sepertinya mereka lebih kuat daripada prajurit sebelumnya, mereka mengenakan baju zirah serta tombak dan perisai emas. Salah satu prajurit melemparkan tombaknya ke arahku, aku menghindar, prajurit yang ada di sisi berlawanan menangkap tombak itu lalu melemparnya ke arah Traki, Traki menghindar, tombaknya ditangkap lagi oleh prajurit yang lain. Ternyata begitu strategi mereka, satu melempar tombak, jika tidak kena yang lain akan menangkap lalu melemparkannya lagi, prajurit lain juga ikut menggunakan strategi itu. Beberapa tombak terarah kepadaku, aku menghindarinya, juga Traki menghindarinya, tapi belum selesai karena tombaknya terus dilemparkan ke arah kami, kami harua menghindarinya. Gerakan tombaknya cepat, kami tidak sempat menangkap tombaknya, bahkan aku dan Traki sudah tergores tombaknya berkali-kali, tapi untungnya belum ada luka yang fatal.
Dua menit hanya bisa menghindari serangan, aku juga tidak bisa menggunakan telekinesisku untung mengendalikan tombaknya, entah kenapa kekuatan telekinesisku tidak bisa digunakan untuk senjata-senjata mereka. Sampai akhirnya Traki berhasil menangkap satu tombak, ia menyerang salah satu prajurit menggunakan tombak itu, tapi prajurit itu menggunakan perisainya, Traki terus berusaha mendorong tombaknya. Ada dua tombak yang mengarah cepat ke Traki dari kedua sisi belakang tubuhnya, aku berhasil menangkap kedua tombak itu, aku menolong Traki menyerang salah satu prajurit. Satu perisai melawan tiga tombak, kami berhasil mendorong prajurit itu dengan cepat sampai terjatuh. Satu tombak lain mengarah ke kami, Traki lebih dulu mengambil perisai prajurit yang sudah jatuh tadi lalu menggunakannya untuk melindungi kami. Aku melepaskan baju zirah prajurit yang jatuh tadi secepatnya lalu mengenakannya. Aku berhasil menyamar, dengan baju zirah ini kekuatanku bertambah, aku memukul salah satu prajurit sekuatnya saat ada kesempatan, tidak terlalu mempan.
"hanya begini kekuatanmu hah?" prajurit itu bergumam.
Aku yang kesal mengangkat prajurit itu sekuat tenaga.
"apa katamu tadi!?"
"hey hey!"
Lalu melemparkannya dengan keras ke arah prajurit lain, membuat dua prajurit jatuh. Aku berkonsentrasi penuh, mencoba telekinesisku lagi, seperti ada pelindung di senjata-senjata ini terhadap telekinesisku, tapi perlahan aku bisa mengangkat satu tombak dna perisai lalu menggunakannya. Traki sedang kesulitan, dia menghindari lemparan tombak tiga prajurit, empat lainnya ke arahku. Aku berlari dengan cepat ke arah Traki, lalu menendang kaki salah satu prajurit membuatnya jatuh. Aku menahannya, enam prajurit ke arahku, Traki melindungi serangan tiga prajurit menggunakan perisai yang diambilnya, dia juga mengenakan baju zirah. Tiga lainnya mengacungkan tombak emas, aku mulai berkonsentrasi penuh, lalu menggunakan telekinesisku lagi, mengarahkan ketiga tombak itu ke langit-langit ruangan, akhirnya berhasil! Traki mendorong perisainya ke salah satu prajurit membuatnya terjepit di dinding lalu pingsan, dua prajurit yang tadi kujatuhkan bangun, dan juga yang satu lagi, sekarang sembilan prajurit melawan kami dna dua diantara mereka tidak memakai peralatan prajurit lagi karena sudah kami ambil, dan ada tiga prajurit yang tidak memakai tombak karena tadi sudah ku gunakan telekinesisku untuk menghantamkan tiga tombak itu ke bagian langit-langit ruangan. Traki maju dulu, satu tombak siap menyerangnya, Traki menggunakan perisai untung menghalangi serangannya.
"sekarang Mathias!"
Aku berlari kedekat prajurit yang menyerang Traki, mengangkatnya lalu melemparnya ke arah prajurit lain. Traki menuju arah jatuhnya kedua prajurit itu, dia melepaskan tombak dan perisainya lalu meninju kedua prajurit itu berkaki-kaki sampai mereka sepertinya pingsan. tiga prajurit berusaha mengambil senjata yang dijatuhkan Traki. Aku mengangkat ketiga perisai prajurit itu menggunakan telekinesisku, walau senjata ini masih sulit ku angkat jika tidak konsentrasi penuh, aku bisa menggerakkannya lalu menghantamkannya ke arah tiga prajurit itu, saat mereka sudah jatuh, kuhantamkan lagi perisainya berkali-kali sampai dirasa mereka sudah pingsan. Dua prajurit maju bersiap menghantamkan tombak, Traki mendekatiku membuat tameng transparan, lalu saat ada kesempatan, aku meninju mereka berdua bertubi-tubi sampai mereka jatuh. Lalu setelah itu Traki mengambil dua perisai lalu melemparkannya ke arah mereka sekuatnya, aku juga menggunakan telekinesisku mengangkat satu perisai lalu menghantamkannya ke prajurit yang juga jatuh sampai akhirnya ketiga prajurit itu pingsan. Satu prajurit yang tidak memakai peralatan apapun hanya dengan tombak yang dia ambil dia mengarahkan tombak itu ke arahku, aku mengangkatnya lalu melemparnya ke arah prajurit lain yang juga tidak memakai peralatan apapun, mereka berdua langsung pingsan.
Semua prajurit sudah pingsan, tidak ada yang tersisa, aku dan Traki terengah-engah, ini melelahkan karena ini pertarungan saat tengah malam dimana waktu istirahat tubuh biasanya. Ruangan ini berantakan, beberapa tombak tertancap di langit-langit ruangan dan juga senjata lain di lantai, lukisan berdebu, pot-pot dengan ukiran juga hancur, hanya satu kursi di tengah ruangan agak di bagian belakang ruangan, kursi itu masih utuh. Aku menguap.
"jika kau mau tidur duluan Mathias, tidur saja, aku yang akan berjaga dulu, kau bisa tidur sambil duduk di kursi itu?"
"terimakasih."
Aku berjalan ke arah kursi itu lalu duduk bersandar, kursi ini memang dirancang agar nyaman, Traki bersandar di bagian samping kanan kursi.
"tidak masalah."
Beberapa detik aku dengan cepat tertidur lelap. Namun karena sebenarnya Traki juga mengantuk, biarpun dia berusaha menahannya, dia tetap tertidur juga beberapa menit kemudian sambil berdiri bersandar di sebelah kanan kursi.