Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
7 tahun yang lalu.
" Sang Jingga sepertinya akan habis jika setiap hari kau pandangi terus." Sebuah suara mengalun dirungu Wanita bernama Jingga Marina .
Wanita cantik berusia dua puluh empat tahun itu menoleh dan tersenyum pada sosok pria yang sudah beberapa bulan ini menemani kesendiriannya meratapi kehidupan yang rasanya ingin ia tinggalkan.
Koa Danudara. Pria itu hanya setahun lebih tua dari Jingga. Mereka bertemu karena sebuah takdir yang telah dilukiskan semesta.
Sekitar tiga bulan yang lalu Jingga menemukan fakta jika mantan kekasih suaminya bekerja di perusahaan milik sang suami.
Hubungan yang pernah terjalin penuh cinta itu terpaksa harus berpisah karena perjanjian perjodohan konyol ayah Danish Bratajaya suami Jingga dan mendiang ayahnya.
Mereka menikah tiga tahun lalu, meski tanpa cinta namun Danish selalu memperlakukan Jingga dengan baik. walau tak bisa bersikap hangat layaknya seorang suami normal yang menyayangi istrinya.
bahkan butuh waktu hampir satu tahun bagi Danish untuk menjadikan Jingga wanita seutuhnya. Seorang wanita yang menyerahkan jiwa dan raganya secara utuh pada sang Imam.
Danish hanya butuh Jingga untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya saja. setelahnya ia akan kembali bersikap normal sebagaimana biasanya.
Mereka juga belum dikaruniai buah Hati dengan alasan Danish belum siap menjadi seorang ayah.
namun setelah Mendengar kabar mantan kekasih suaminya kembali dekat dengan Danish. Jingga melepaskan alat yang selama ini membuatnya tak bisa memiliki keturunan. Ia masih ingin mempertahankan rumah tangga tidak sehat ini dengan anak sebagai pengikatnya, tentunya tanpa sepengetahuan Danish.
Tapi akhir akhir ini Jingga rasanya ingin menyerah saja. Ia sudah tak sanggup.
"Koa, Duduk disini." Jingga menepuk bangku kosong disampingnya. Memberikan ruang bagi pria itu untuk menikmati sang jingga di cakrawala yang bersinar indah di ufuk barat.
saat pertama kali ke Pantai ini Jingga sama sekali tak pernah tertarik dengan keberadaan Koa. Pria dengan topi base ball dan Kaos over size yang dipadukan dengan jeans longgar sobeknya. Ia hanya ingin menikmati keindahan sang senja tanpa berinteraksi dengan siapapun.
Koa sudah sekitar Lima tahun menjadi pelukis jalanan di pantai ini. Ia menjajakan jasa lukisnya kepada para pengunjung yang hendak dilukis, hanya bermodalkan kanvas dan cat minyak Koa meraup seratus ribu rupiah per lukisan yang ia buat dan itu sudah lebih dari cukup untuk menghidupi dirinya sendiri.
Flashback
Jingga membuka satu persatu lembar buku gambar dimana memperlihatkan sebuah gambar yang sama sekali tak ia mengerti.
"Kubisme, kau pasti baru pertama kali melihat lukisan seperti itu." Seorang pria bertopi mengulurkan tangannya meminta buku gambar berukuran folio ditangan Jingga, dan wanita itu pun menyerahkannya.
Buku itu memang miliknya yang sengaja ia tinggalkan.
"Koa, namaku Koa." pria berkulit sedikit coklat itu kemudian mengulurkan tanganya, yang disambut Jingga dengan bingung, namun ia akhirnya mengerti dan menyebutkan namanya terbata bata.
"Ji-jingga."
Pria bernama Koa itu Lalu menjelaskan dengan lembut arti dari setiap lukisan yang ada didalam buku tersebut.
"lukisanmu terlihat mengerikan." jawab Jingga polos, tentu saja ia sama sekali tak mengerti arti dari karya seni.
Koa hanya tersenyum simpul sambil berkata" Lantas lukisan seperti apa yang kau sukai Jingga?"
"Pemandangan, seperti Senja itu!" Jingga menunjuk Matahari yang sebentar lagi akan terbenam sempurna.
"Sayangnya aku tidak melukis pemandangan seperti itu."
flashback off.
Koa mengambil posisi tepat disamping Jingga.
sejak pembicaraan mereka yang pertama kali, Koa dan Jingga menjadi sangat dekat. Menyandang gelar sesama yatim piatu membuat mereka tak sungkan berbagi luka bersama.
"Apa hari ini ia masih membuatmu terluka?"tanya Koa, tanpa mengalihkan pandangannya dari sang Senja.
"Masih! seperti hari hari biasanya," Jingga tersenyum getir seraya meremat kedua tangannya kuat,"Mereka ke pesta bersama, bahkan kemarin aku menemukan fakta mereka menginap dihotel yang sama." lanjut Jingga dengan perasaan yang hancur lebur.
"hahhhh." Hanya helaaan nafas berat yang terdengar keluar dari bibir Koa yang berwarna coklat karena kebiasaan merokoknya.
Penampilan Koa sangat berbanding terbalik dengan Danish yang rapi dan memiliki kulit putih, badan Danish tinggi dan atletis karena memiliki gym dan personal trainer pribadi sedangkan Koa tinggi kurus dengan kulit coklatnya. Meski begitu keduanya dianugrahi paras yang rupawan.
Koa tak pernah bisa memberikan solusi atas permasalahan yang menimpa sang 'sahabat baru' seperti itulah ia menyebut Jingga sekarang.
Sahabat? Bohong jika hati pria itu tak bergetar saat berdekatan dengan seorang wanita yang sangat cantik itu. Wanita yang menyebut dirinya jika sebentar lagi mungkin ia akan menjadi seorang janda. Bahkan sejak pertemuan pertama Koa merasa tertarik kepada Jingga. Tapi ia sadar diri Kasta mereka terlalu jauh.
Koa tak pernah memberi masukan dèngan apa yang terjadi pada rumah tangga Jingga, ia hanya berusaha menjadi pendengar yang baik dan siap menampung segala kesakitan Jingga.
"Saat aku melepas semuanya mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi, aku sudah tak lagi membutuhkan dirimu dan sang Senja untuk mengobati luka hatiku." ujar Jingga, masih dengan senyuman yang penuh luka menganga.
"Kau mau kemana?"
"Entahlah! Mungkin aku akan pergi keujung dunia dan menenangkan diri disana."
"Bodoh!" umpat Koa pelan yang sontak membuat Jingga mengernyitkan dahinya.
"Kau menyiksa dirimu! jangan berkata seperti itu! kau terdengar akan meratap seumur hidup, Memeluk guling sambil menangis setiap malam dan menyebut namanya."
"Lalu aku harus apa?"
"Kau harus bahagia!"
Lagi lagi Jingga tersenyum getir," kau tak tau rasanya dikhianati saat perasaan cinta itu sudah mendarah daging."
"Kau hanya dikhianati pria, sedangkan aku dikhianati takdir. beruntung Tuhan masih menyisakan nyawa dan kemampuan melukisku. Tapi aku masih berusaha untuk bahagia."
Jingga menoleh dan menatap wajah Koa yang masih terlihat begitu tegas meski tengah menceritakan luka masa kelamnya.
tangan mungilnya yang lentik terulur mengusap bulu halus yang tumbuh disekitar wajah lelah itu.
Jingga sudah tahu seluruh anggota keluarga Koa tewas dalam kecelakaan kereta api saat mereka tengah dalam perjalanan untuk menghadiri acara wisuda Koa.
Dua adik perempuan dan kedua oranya tak ada yang selamat dalam peristiwa naas tersebut. Koa Sempat menyalahkan dirinya sendiri namun seiring berjalannya waktu ia bisa menerima segalanya.
"Bapak dan ibuku tak pernah setuju aku mengambil jurusan seni rupa. namun diakhir masa kuliahku mereka begitu bersemangat saat aku dan teman teman mengadakan pameran lukisan, mereka bangga melihat coretan tanganku dikagumi banyak orang, padahal aku hanya mengirimi mereka Video. semuanya begitu bersemangat mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan, tapi sayangnya tak ada yang benar benar sampai digerbang. sehingga aku memutuskan untuk menjadi pelukis jalanan. Dulu kufikir menjadi seniman yang karyanya dipajang dikantor kantor pemerintah atau gedung gedung besar adalah sebuah kebahagiaan. tapi kini melihat orang orang tersenyum bahagia dengan hasil karyaku ternyata jauh lebih membuatku bahagia. Itulah caraku membahagiakan diri sendiri sekarang."
"Cari bahagiamu sendiri, jangan terus meratapi kehidupan Jingga."
"Andai aku bisa....." Air mata Jingga meleleh dipipi dan gegas Koa mengusapnya dengan lembut.
"Kau bisa Jingga!"
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)
But , sedih banget pas baca kalau kemungkinan novel ini menjadi novel terakhir kakak di Noveltoon 😭
Kakak mau pindah kemana?