Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesalahanpahaman Allessia
Di rumah sakit, Alessia mencoba memberanikan diri untuk menjenguk Zigga dan mencoba untuk meluruskan permasalahan di antara mereka.
Allessia berdiri di depan pintu kamar rawat Zigga. Parsel buah ditangannya ia genggam erat menunjukan perasaan kekhawatirannya.
Allessia diambang keraguan dan tidak dapat membuka pintu kamar itu, entah mengapa ia merasa sangat berat untuk menghadapi Zigga yang sangat sulit ditebak.
Sekertaris Xenia keluar dari kamar dan melihat Allessia yang membeku di depan pintu.
Sekertaris Xenia sedikit terkejut namun ia mengerti tujuan kedatangan Allessia.
"Nona, anda ingin menjenguk tuan Zigga?" tanya Sekertaris Xenia.
Allessia berfikir sejenak, ia bingung harus maju atau mundur saja. Namun jika terus mundur seperti ini maka permasalahan tidak akan selesai. Zigga sudah menemukannya, maka selanjutnya dia akan terus di temukan.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Zigga. Apakah boleh saya masuk?" tanya Alle.
"Silahkan, Nona!" Sekertaris Xenia mempersilahkan Alle masuk ke dalam.
Zigga terlihat baik-baik saja. Dia duduk dan bersandar dengan laptop di pangkuannya. Bahkan meskipun keadaanya seperti ini ia masih terus memikirkan pekerjaannya.
Melihat kedatangan Alle, Zigga pun menutup laptopnya dan menatap ke arah Alle yang malah berhenti dan mematung dari kejauhan.
Zigga hanya diam menatap Alle yang tidak berani mendekati dirinya.
"Jika memang tidak ingin menjenguk, sebaiknya kamu keluar," ucap Zigga merasa tidak senang karena Alle masih menjaga jarak dengannya. Zigga jadi merasa jika dirinya begitu kotor di mata Alle.
"Zigga, sebelumnya aku ingin berterima kasih padamu karena kamu sudah menyelamatkan aku. Meskipun kedatanganmu mencari ku itu untuk menghukumku, tapi kamu masih tersedia menyelamatkan aku, terima kasih," pengakuan Alle membuat Zigga mengerutkan keningnya.
"Menghukum mu? Untuk apa aku menghukum mu?" tanya Zigga heran dengan kesimpulan Alle terhadap dirinya.
"Zigga, cepat atau lambat kamu akan tahu, jadi aku akan memberi tahu mu sekarang. Ini adalah cek yang pernah kamu berikan padaku, aku sama sekali tidak menggunakan uang ini. Aku ingin mengembalikannya kepadamu." Alle dengan hati-hati memberikan cek itu kepada Zigga.
Zigga menerima cek itu dan menatap tajam ke arah Alle tanpa ekspresi.
"Lalu, jika cek ini kamu kembalikan, apakah itu akan merubah situasinya?" tanya Zigga.
Mendengar ucapan Zigga membuat Alle pun langsung bergetar dan merasa kakinya sangat lemas sekali. Alle sadar jika Zigga sudah mengetahui jika dia memiliki anak. Seketika Alle berlutut di depan Zigga dengan menyatukan ke dua tangan untuk permohonan.
Air mata tidak dapat Alle bendung lagi, kekhawatirannya yang mendalam membuat pikirannya buntu.
"Zigga, aku mohon, lepaskan kami, aku mohon, dia anakku, kau tidak bisa membunuhnya. Dia bukan anakmu, akulah yang melahirkan, merawatnya seorang diri, aku mengurusnya dengan uangku sendiri, aku sama sekali tidak menggunakan uangmu untuk keperluan kami. Aku mohon, lepaskan aku dan juga Alga, aku mohon!"
Alle memohon dan menangis di depan Zigga yang terlihat tidak mengerti dengan ucapan Alle.
"Apa yang kamu pikirkan, siapa orang yang ingin membunuh darah dagingnya sendiri?" tanya Zigga membuat Alle langsung terdiam kaget.
"Bu-bukankah kedatanganmu ini karena kamu tahu aku memiliki anak? Kamu pernah bilang padaku seperti ini •Aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi padamu kedepannya, bahkan jika kamu hamil kamu bisa menggugurkannya•. Aku tahu keluarga Allison tidak akan membiarkan orang seperti ku melahirkan keturunan untuk kalian, tapi dia adalah anakku, bukan anak mu!" tandas Alle.
Zigga pun mengingat hari itu. "Aku meminta mu menggugurkannya jika kau tidak menginginkannya, tapi jika kau menginginkannya maka aku sangat berterima kasih karena kamu bersedia melahirkan anak untukku. Aku hanya tidak ingin membebani seseorang dengan apa yang tidak mereka inginkan, aku berfikir masa depanmu sangat panjang, akan merepotkan jika memiliki bayi kala itu." jelas Zigga meluruskan maksud dari perkataannya kala itu.
Alle pun terdiam. Zigga memang seperti ini, terlihat acuh tak acuh namun sebenarnya ia sangat baik dan bijaksana.
"Ja- jadi, kamu mencari ku dan mendatangiku bukan karena mau menghukum ku? Lalu, kenapa kamu datang hari ini?" tanya Alle.
Zigga terdiam, dia tidak mungkin mengatakan kepada Alle jika dia sudah memasang cctv di rumahnya. Kedatangannya karena dia melihat Alle pingsan setelah kejatuhan kelapa.
Sekertaris Xenia masuk ke dalam dan menjawab pertanyaan Alle mewakili Zigga.
"Nona, kedatangan kami ke desa anda karena kami ingin melakukan pengecekan gratis untuk warga desa yang memiliki masalah kesehatan. Tuan kami Zigga telah mensponsori pengecekan gratis ini, bahkan jika ada warga yang sakit keras maka tuan Zigga akan menggratiskan biaya perawatannya di rumah sakit." jelas Sekertaris Xenia yang mendapatkan anggukan penuh dari Zigga.
"Benar sekali, kami tidak sengaja melihat seseorang tergeletak di halaman rumah, aku berniat menolong dan tidak aku duga itu adalah kamu." imbuh Zigga.
Di sini Allessia terlihat sangat salting parah. Dia sudah melakukan hal bodoh yang seharusnya tidak di perlu ia lakukan. Allessia menyesali perbuatannya.
_Alle, gara-gara kecerobohan mu Zigga jadi tahu kalo sebenarnya kamu punya anak. Bodohnya aku_ batin Alle.
Namun yang tidak Alle ketahui, Zigga memang sudah lama mengetahui jika ia memiliki anak.
"Zigga, maafkan aku karena kesalahpahaman ini, aku menuduh kamu yang tidak-tidak," ucap Alle dengan tulus.
"Alle, kamu mengatakan jika aku memiliki seorang anak? Dimana dia? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahu ku?" tanya Zigga berakting dan berlagak seolah dia tidak tahu apapun.
"Eeee... Itu, sebenarnya." Alle terlihat bingung bagaimana cara menjelaskannya. "Zigga, perkataan mu selalu teriang-iang di kepalaku, aku hanya mengerti jika kamu ingin aku menggugurkan bayiku jika aku hamil kala itu, aku sama sekali tidak berani menghubungi mu. Maafkan aku karena tidak memahami ucapanmu kala itu," jelas Alle merasa sedikit tidak enak hati.
"Alle, aku mengerti, tapi sekarang apakah boleh aku bertemu dengan anakku, bagaimana dia, bagaimana rupanya, apakah mirip denganmu atau mirip denganku?" tanya Zigga berakting kembali seolah-olah ia belum pernah melihat putranya.
Alle dengan senang hati memperlihatkan foto putranya kepada Zigga. Dia tersenyum dan berjalan mendekati Zigga. "Lihatlah, dia sangat tampan dan mirip denganmu. Dia anak yang pintar." Alle dengan bangga memperlihatkan foto anaknya kepada ayahnya.
"Dia sangat tampan dan mirip denganku, aku tidak sabar ingin segera melihat. Bolehkah aku bertemu dengannya?" tanya Zigga memegang kedua tangan Alle dengan antusias membuat Alle sedikit terkejut.
Zigga tahu Alle kaget ketika ia memang tangannya. Alih-alih melepaskannya, justru Zigga semakin mempererat tangan itu agar tidak lepas.
"Aku butuh waktu, karena aku harus menjelaskan kepada Alga jika sebenarnya ayahnya masih hidup." Jawab Alle merasa bersalah.
"Apa kamu mengatakan jika aku sudah mati?" tanya Zigga. Akhirnya, Zigga mengerti kenapa Raja Rimba itu mengatakan jika ayahnya sudah di lempar ke neraka oleh ibunya.
"Maaf, aku mengatakannya karena aku tidak ingin dia mengharapkan sesuatu yang aku kira tidak akan mendapatkannya kembali," jelas Alle.
Kesalahpahaman bukanlah salah Alle membuat Zigga juga merasa bersalah karena tidak pernah mencoba untuk mencari tahu.
Zigga menarik tangan Alle dan memeluknya dengan sangat erat. Sedangkan Alle, meskipun ia merasa ragu, namun pada akhirnya ia membalas pelukan Zigga.
Tidak dapat di pungkiri, nama Zigga selalu ada di dalam hati Alle. Itulah alasan Alle selalu menolak ketika ada cinta yang datang padanya. Bukanya Alle tidak ingin membuka hati, namun cintanya sudah habis untuk Zigga.