Mendua

Drap.. Drap.. Drap..

"Pak, tunggu!!" Pekik seseorang mengejar Doni.

Doni tak menggubris, dia terus berjalan cepat saat Linda terus mencoba mengejarnya. Merasa pusing menghadapi sikap Linda, Doni pun akhirnya pergi tanpa mendengar ucapan Linda.

Brukh

"Aww.."

Linda tak sengaja menginjak kakinya sendiri sehingga membuatnya tersandung lalu jatuh.

Seketika, Doni pun berhenti lalu menoleh. Dia terkejut melihat Linda yang tengah duduk di atas tanah karena terjatuh.

"Astaga!!" Pekik Doni dengan cepat menghampiri Linda.

Andai tak ada adegan dimana Linda terjatuh, Doni pasti sudah pergi meninggalkan wanita ini dan tak memperdulikannya.

"Ya ampun, kenapa kau bisa jatuh segala..!?" Ucapnya mengulurkan tangan berniat membantu.

"Hiks.. Sakit." Lirihnya tiba-tiba menangis.

Melihat Linda menangis, membuat Doni tertegun. Dirinya bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Astaga, jangan menangis... Itu hanya luka lecet sedikit, gak nembus jantung, kok!" Celetuknya di akhir kata.

Linda langsung terdiam dan mendongak menatap Doni. Bisa-bisanya Doni bercanda di saat dirinya terjatuh. Bukannya menenangkannya, ini malah membuatnya kesal.

"Pak, sebenci itukah bapak padaku? Kenapa pak Doni malah bercanda, kakiku benar-benar sakit. Pergelangan kakiku sampai bengkak!" Pekiknya panjang lebar. Linda saat ini benar-benar kesal pada Doni.

"Eh...?!"

Doni nyengir lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bercandanya mungkin sudah kelewatan, dia mengira kalau Linda memang manja karena jatuh sedikit saja sudang menangis, taunya dia menangis karena kakinya terkilir.

"Ah, maaf.. Sini, biar aku bantu berdiri." Mengulurkan tangannya kembali.

Linda mencoba menyentuh tangan yang Doni ulurkan, dia mencoba untuk berdiri namun kakinya tidak seimbang dan berakhir terjatuh kembali.

Srettt

Dengan sigap Doni langsung menangkap tubuh Linda yang hampir terjatuh ke bawah. Tanpa menunggu lama, Doni langsung menggendong Linda dan membawanya ke mobil.

Di dalam, Doni membuka sepatu Linda dan melihat pergelangan kakinya yang terkilir. Disana memang terlihat bengkak dan memerah.

"Bengkak sekali, pantas saja dia merasa sakit." Kata hatinya saat melihat pergelangan kaki Linda.

"Sebaiknya kita ke dalam saja, mumpung masih di rumah sakit. Jangan sampai kakimu semakin parah." Pintanya untuk meyakinkan Linda. Bohong kalau Doni tak khawatir, dia merasa kasihan melihat Linda terus meringis kesakitan.

Linda tak mendengar ucapan Doni, dia hanya menatap pria yang ada di depannya ini sambil meringis kesakitan.

Tatapan Linda saat menatap Doni sangat sendu, dia masih berharap kalau Doni bisa memberinya kesempatan dan berharap kembali lagi padanya.

"Pak.." Lirihnya dengan suara berat.

Doni langsung menunduk menatap Linda. "Hm? Apa kau mau di periksa sekarang?"

"Bukan." Menggeleng pelan. "Aku gak mau di periksa."

"Astaga, jika di biarkan, itu akan semakin parah! Ayo cepat, aku akan menggendongmu." Ucapnya langsung berjongkok.

Saat itu juga Linda pasrah. Memang benar kakinya ini semakin sakit, tanpa ragu diapun langsung naik ke punggung Doni.

Hap!

Doni menutup pintu mobilnya dengan satu kakinya, dia pun langsung berjalan sambil menggendong Linda ke dalam rumah sakit.

"Ngomong-ngomong, sedang apa kamu disini? Memangnya gak ada kelas, kah?"

Linda tak menjawab, dia malah fokus mencari kesempatan untuk memeluk Doni.

"Hei, jawab dong!" Pekiknya.

"Ah, aku di suruh abangku kesini untuk menemani mbak Intan." Jawabnya dengan nada lesu.

Mendengar itu, Doni langsung mengerutkan keningnya. Dalam hatinya bertanya-tanya, kenapa Indra menyuruh adiknya untuk menjaga Intan? Apa Indra benar-benar tak memperdulikan isterinya itu?

Rahang Doni tiba-tiba mengeras, dia mulai merasa geram melihat sikap Indra yang sudah keterlaluan. Kalau saja Intan adalah isterinya, dia akan memperlakukan Intan dengan baik dan akan selalu memperhatikannya.

"Oh, begitu. Apa hubunganmu sedekat itu dengan mbak Intan?" Tanyanya penasaran.

"Gak, aku tidak menyukainya!" Jawabnya dengan ketus.

Doni semakin yakin kalau selama ini, keluarga Indra benar-benar membuat Intan menderita, melihat jawaban ketus Linda, dirinya merasa kesal.

"Pak, bisakah kita membahas yang lain..?" Tanyanya tiba-tiba.

"Maksudmu?"

"Aku, itu... Bisakah pak Doni memberiku kesempatan? Aku ingin kita kembali lagi, aku benar-benar merindukanmu, pak. Apalagi sentuhanmu." Lirihnya di akhir kata.

Ucapan Linda membuat Doni menohok. Dia terkejut jika Linda akan mengatakan hal tersebut. Bukan tanpa alasan, dari kemarin para mantan Doni mengajaknya balikan dan memintanya kesempatan lagi.

"Aku tidak ma....."

"Wah, apa-apaan ini?!!"

Deg

Terima kasih sudah memberi banyak dukungan, author sayang kalian😘