NovelToon NovelToon
Cinta & Cappuccino

Cinta & Cappuccino

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: SangMoon88

Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17

Raisya kembali ke ruangannya dengan langkah gontai. Ia masih tidak percaya dengan kenyataan yang baru ia dengar, tidak mungkin seorang Alvian yang ia kenal bisa melakukan hal itu.

Ditambah kepergiannya beberapa tahun lalu bertepatan ditahun yang sama kepergian sahabatnya.

Raisya mulai mencurigai Alvian, jangan-jangan menghilangnya kala itu memang karena ada hubungannya dengan kematian Pamela.

Ia mengacak rambutnya kasar, entah mengapa hatinya menentang itu semua, bertentangan dengan logikanya yang terus mengarah kepada Alvian.

Raisya mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Namun sayang, pikirannya sedang kacau, maka ia memutuskan untuk ke rooftop dan meminta OB mengantarkan kopi kesana.

Raisya terlihat sangat kalut, ia mencoba menahan tangis yang hendak keluar dari mata indahnya.

*************************

Disisi lain Alvian tengah fokus bekerja, saat sang papi terbangun.

"Son!"

"Ah, iya pi? Papi sudah bangun? Bagaimana tidurnya?" Tanya Alvian sambil berjalan menuju papi nya.

"Berapa lama papi tidur?" bukannya menjawab pertanyaan anaknya, sang papi justru balik bertanya.

"Tiga jam pi, apa papi lapar? Tadi pagi sarapan papi juga tidak dihabiskan, jadi Al minta ob untuk membereskannya!"

"Papi mau pulang, mau mandi!"

"Pulang? Sebentar lagi makan siang pi, papi mandi disini saja ya, Alvian ada baju, nanti setelah papi mandi Alvian temani makan, mau?"

Papi terdiam sejenak, lalu mengangguk mengiyakan.

"Ton, tolong ambilkan pakaianku di mobil ya!" pinta Alvian dengan sopan kepada Anton.

Tidak lama Anton datang dengan pakaian yang sengaja Alvian stok di mobil.

"Tok.. Tok.. Tok.. Permisi pak, mau ditaruh dimana pakaiannya?"

"Disana saja, terimakasih!"

"Ada lagi yang lain?" tanya Anwar lagi.

"Tidak ada, kamu boleh pergi!"

Anton pergi dari ruangan Alvian setelah sebelumnya pamit kepada Bos besar.

"Mari pi, Al bantu!"

"Tidak perlu Al, papi masih bisa sendiri, masa mandi juga harus kamu yang bantu!"

"Hehe!" jawab Al terkekeh sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Papi kemudian berjalan menuju kamar mandi yang ada diruangan itu.

Lima belas menit kemudian papi sudah selesai mandi, cukup lama memang, namun katanya papi habis berendam air hangat setelah itu diguyur dibawah kucuran shower agar badannya lebih segar.

Mereka kemudian menuju cafe sebelah untuk makan siang yang lebih awal.

***********************

Sementara itu Raisya masih terisak di rooftop, entah habis berapa batang rokok yang ia hisap untuk menghilangkan ke-mumetan-nya, namun kini perasaannya sudah lebih baik.

Ia mencoba kembali mengingat masa itu, kala Pamela selalu bercerita mengenai tuan muda yang sudah melecehkannya hingga hamil dan membunuhnya.

Flash back on

Di hari terakhir, siang hari Pamela menulis bahwa ia akan bertemu dengan A untuk mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak dari sang pria.

Terlepas setelah mengetahui kenyataan itu ia akan menerima atau tidak, namun yang pasti Pamela akan mempertahankan sang janin.

Malam hari, setelah ia kembali menemui sang pria ia pun menulis lagi, bahwa hal yang tak diduga justru terjadi kala pertemuan dengan A, awalnya Pamela mengira sang pria akan menolaknya, namun diluar dugaan, ia justru bersedia bertanggung jawab.

Pamela sungguh bahagia, bahkan ia sampai mengajak bicara janin yang ada diperutnya itu, saking girangnya.

Ia pun berencana tidur lebih awal karena esok hari sang pria mengajaknya pergi untuk dibawa menemui keluarganya.

Namun yang terjadi, ia tidak pernah kembali, ia memang pergi, ke alam yang lain. Dari setiap kata-kata yang Pamela tulis, Raisya yakin jika ia tidak bunuh diri, melainkan di bunuh oleh sang pria.

Tapi bagaimana pun ia tidak mempunyai bukti, apalagi saksi tentang kedatangan pria itu di hari kejadian, atau mungkin seperti ucapan pak Andi sebelumnya, jika uang mampu membereskan semua, termasuk membungkam mereka para saksi yang ada dikostan.

Lantas bagaimana cara mereka mengetahui jika Pamela sedang bunuh diri disana? Sedangkan hari itu, orang-orang yang biasa berkomunikasi dengan kami sedang bekerja, dan yang memberitahuku soal kematian Pamela adalah orang yang justru tidak dekat dengan kami?

Raisya mulai gelisah, ia mencoba terus mengingat siapa saja yang kala itu berada di tempat kejadian.

Namun fokusnya menjadi buyar saat Kanaya menghubunginya.

"Lu dimana Rai?"

"Ada apa Nay, gw di rooftop!"

"Lah lu ngapain disana? Ga akan makan siang?" tanya kanaya keheranan.

"Ah iya, tunggu gw on the way sekarang." jawab Raisya sambil bangkit dari duduknya dan membawa cangkir bekas ia minum kopi.

"Kita duluan ya, seperti biasa! Berburu meja." Ucap Kanaya.

"Ok!"

Saat ia sedang turun dan keluar lift menuju lobby, ia berpapasan dengan Alvian yang baru saja kembali dari cafe setelah menemani sang papi makan dan mengantarnya pulang sampai depan kantor.

Alvian berencana menjemput Raisya untuk makan siang bersama, namun kebetulan sekali mereka bertemu di lobby.

"Hey sayang, kamu mau kemana?" Tanya Alvian sambil mendekati sang kekasih.

Dengan spontan Raisya menghindar, dan berdalih jika ini dikantor, maka jangan terlalu mengekspos hubungan mereka.

Alvian mengangguk seraya paham ucapan kekasihnya itu. Mereka kemudian berjalan menuju cafe, ternyata Reza dan Anton pun sudah ada disana.

Kini mereka berenam menikmati makan siang seru bersama lagi seperti saat sarapan tadi.

Mereka masing-masing memesan makanan mereka, hingga tiba giliran Raisya, ia seperti sedang melamun, dan tidak fokus ketika ditanya oleh Alvian.

"Kamu kenapa sayang? Apa sedang ada masalah?"

Raisya hanya terdiam, kemudian dalam hati kecilnya ia berkata, jika ia tidak boleh berburuk sangka dulu kepada Alvian, bagaimana jika memang bukan ia pelakunya.

"Ah gak apa-apa sayang, maaf aku cuma pusing mikirin kerjaan!"

"Ya sudah, kamu mau makan apa?" tanya Alvian dengan lembut.

"Pesankan seperti punyamu saja Tuan muda!" jawab Raisya berusaha mengulik tentang panggilan itu dari Alvian.

"Ok mbak, tolong buatkan double pesanan saya ya!"

"Baik, mohon ditunggu!"

"Sayang, kenapa kamu tadi memanggilku tuan muda?" tanya Alvian keheranan.

"Bukannya kamu anak pemilik perusahaan ini, berarti kamu tuan muda dong sayang!" jawab Raisya dengan tenang.

"Ya memang, tapi aku tidak suka mendengar kata itu, terlalu menyakitkan untukku!" jawab Al dengan sendu.

"Memang ada apa sayang?"

"Nanti bila waktunya tiba aku akan bercerita, namun saat ini tolong jangan rusak moment kita dengan bahas soal itu ya, aku mohon!" Ucap Al sambil memegang tangan kiri Raisya dengan sedikit memohon.

Melihat sorot mata yang penuh duka saat Alvian mengucapkan itu, membuat Raisya yakin jika Al ada hubungannya dengan tuan muda dan meninggalnya Pamela, atau jangan-jangan tuan muda itu memang benar panggilan untuk dirinya di masa lalu? Gumam Raisya dalam hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!