Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Dua Kepribadian
Setelah diperiksa, Celine akhirnya diijinkan pulang dari rumah sakit. Mateo masih terus mengiringi kemanapun Damian dan Celine pergi.
"Kita ke markas sebentar. Setelah itu tolong siapkan pesawat pribadiku tujuan San Fransisco."
"Bukankah kau ada meeting penting hari ini?" tanya Mateo heran.
"Aku sudah bilang pada Chester untuk mengurusnya atau dibatalkan saja. Urusanku kali ini lebih penting."
"Sebaiknya kau bekerja saja. Aku bisa pergi sendiri, Damian."
"Tidak," jawab Damian tegas.
Mereka tiba di markas kelompok mafia bentukan Damian. Beberapa anak buah Damian menunduk hormat pada pria itu. Damian menggandeng tangan Celine dan membawanya masuk. Celine dan Damian kini sedang menatap seorang pria dengan tatto di sebagian wajahnya. Pria itu terikat di sebuah kursi besi yang tertanam di ruangan itu. Seakan ruangan itu memang disiapkan sebagai ruang penyiksaan. Terlihat dari adanya beberapa alat tak normal seperti milik kedua kakak laki-laki Celine.
"Dia pria yang membekapmu semalam," ujar Damian, Pria tawanan Damian itu tersenyum remeh. Dia menatap Damian penuh dengan kebencian.
"Lepaskan aku, percuma kau menangkapku. Sampai kapanpun aku tidak akan mengatakan apapun."
"Oh ya, Kita akan lihat nanti."
"Kau ingin memberinya pelajaran, Baby?"
Celine tampak menimang apa dia akan membuat perhitungan atau tidak, tapi melihat pria itu menyeringai menyebalkan, Celine memutuskan untuk mendekatinya.
"Jika aku jadi kau, aku akan menjauhi pria itu nona. Dia adalah psikopat gila dan maniak."
"Kau sangat mengenal pria itu. Jadi katakan padaku bagaimana dia. Maka akan aku pertimbangkan ucapanmu."
"Ha ... ha ... ha. Pria itu adalah seorang maniak dan psikopat. Dia bahkan tega membunuh wanita yang sudah dia tiduri tanpa ampun."
Celine menoleh menatap Damian dengan alis bertaut. "Benarkah kau seperti itu?" tanya Celine memastikan apa yang dia dengar itu tak benar.
Damian mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya dia difitnah dengan begitu kejinya. Dia memang bukan pria suci, tapi baginya tak ada alasan membunuh wanita. Kecuali jika wanita itu adalah penghianat.
Melihat ketenangan Damian. Celine mengambil kesimpulan jika apa yang pria itu katakan tidaklah benar. Celine kembali menatap pria di depannya.
"Awalnya aku ingin meminta padanya untuk melepaskanmu, tapi ternyata kau justru malah menfitnahnya dengan sangat keterlaluan. Jadi aku ada hadiah untukmu." Celine membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya tersebut. Sebuah tabung berisi bola-bola seperti permen. Namun, jangan salah. Itu adalah benda yang perlu diwaspadai. Celine mengambil satu dan lalu mencengkeram rahang pria itu. Tanpa perasaan Celine memasukkan bola kecil itu ke mulut pria tersebut.
"Apa yang kau berikan padanya, Baby."
"Kau akan melihatnya nanti. Ini juga sebagai peringatan untukmu untuk tidak macam-macam padaku."
Pria itu mengerang setelah menelan bola kecil dari Celine itu. "A_apa yang kau berikan padaku?"
"Aku memberimu pelajaran," kata Celine.
"Lepaskan dia dan biarkan dia kembali ke organisasinya. Biar dia menjadi peringatan untuk anggota organisasi yang lainnya."
"Kau serius, Baby?"
"Sangat serius."
Damian memerintahkan 2 orang anak buahnya untuk melepaskan pria tersebut. Pria tadi masih mengerang dengan mata terbelalak. Celine menyeringai. Damian bahkan bisa melihat kilat mengerikan dari tatapan mata Celine.
Damian seperti melihat sosok lain dari dalam diri Celine. Gadis itu seolah memiliki kepribadian ganda. Mateo tampak keheranan karena Damian melepaskan orang itu begitu saja. Tadi dirinya sedang memberi pengarahan pada anak buahnya jadi dia tak tahu apa yang terjadi.
"Kau melepasnya, Damian?"
"Aku yang memintanya untuk melepaskan pria itu."
"Itu akan sangat berbahaya. Dia .... "
"Tak perlu khawatir. Biarkan saja." Damian menyela ucapan Mateo. Akan tetapi dia masih terus menatap Celine tajam.
"Ayo. Aku harus segera mencari kakakku, atau dia akan berbuat sesuatu yang mengerikan."
Celine melenggang keluar meninggalkan Damian dan Mateo yang saling melempar tatapan heran sekaligus bingung.