Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Jasad dalam lemari
Bisma yang mendengarkan seketika merinding. Ia pun menoleh ke Ratu yang mendekati Ninda dan Intan. "Dan kalian jangan pernah takut sama hal-hal yang berbau mistis, tapi jangan pernah juga mengganggu kehidupan mereka. Hadapi segala rintangan dengan cara yang baik," kata-kata dari Ratu membuat Ninda, Intan dan Bisma merinding.
"Eh, kalian ada ngerasa bau amis semakin dekat gak sih? Apa di sini ada bangkai?" tanya Intan celingukan sambil mengusap lengan tangannya yang terus merinding.
Tiba-tiba Ratu dan Reyza berjalan menuju sebuah lemari yang tepatnya di pojok samping meja guru. Bisma melotot tak percaya, kedua kakak beradik itu seolah akan membuka lemari terlarang tersebut.
"Aduh, itu bukannya lemari terlarang yang pernah jadi kasus belum jelasnya tragedi kakak kelas kita setahun lalu kan? Yang katanya identitasnya cewek?" Baru saja Bisma berucap, lemari itu tiba-tiba mengeluarkan suara ketukan dari dalam.
Intan dan Ninda yang mendengar pun sontak terkejut merinding. Bulu kuduk mereka semuanya meremang, Bisma masih menatap posisi Reyza dan Ratu yang semakin aneh.
"Tan, Nin! Mereka berdua semakin dekat! Gimana ini?!" ucap Bisma tegas namun dengan nafas yang memburu karena ketakutan.
Ninda celingukan mencari jalan keluar, sedangkan Intan berusaha berpikir keras untuk mencegah dua temannya yang akan membuka lemari kosong terbengkalai tersebut.
Detik per detik jam dinding yang ada di laboratorium itu terus berjalan dan terdengar oleh mereka. Namun, saat ketiga anak itu masih menatap Reyza dan Ratu yang nyaris menyentuh lemari terlarang tersebut seketika pintu laboratorium mendadak ditutup dari luar.
Suara keras dari pintu yang tiba-tiba tertutup dan terkunci itu membuat Bisma semakin yakin, bahwa ruang komputer jurusannya memang angker.
"Reyza sama Ratu gimana?! Itu mereka mau buka lemari nya!" Teriak Ninda ternyata mampu menyadarkan Ratu yang kerasukan sosok perempuan misterius.
Saat melihat keadaan Reyza yang masih kerasukan, Ratu berusaha menghalangi adiknya ketika hendak membuka lemari tersebut.
"Rey, sadar Rey! Astaghfirullah ... Reyza sadar! Istighfar, Dek ..." Teriak Ratu sambil menangis karena adik satu-satunya tidak ingin disadarkan dan tetap nekat membuka lemari terlarang itu.
Lantas detik-detik dibukanya lemari terbengkalai itu seketika menguak segala kasus yang tak terungkap selama satu tahun berlalu.
Reyza langsung sadar begitu sosok yang merasuki ke dalam tubuhnya itu keluar, tanpa waktu lama semuanya pun melihat isi dalam lemari tersebut.
"Astaghfirullah!" pekik Ninda dan Intan berteriak kompak ketakutan.
Sementara Bisma memundurkan langkahnya dengan gugup. Wajahnya terlihat sangat tidak menyangka setelah melihat apa di dalam lemari itu.
Ratu dijaga oleh Reyza yang masih lemas.
"Jadi ..." lirih Intan menutup mulutnya di belakang Reyza dan Ratu.
"Ternyata bener dugaan aku, Kak. Ada orang di dalam lemari ini, dan nyatanya adalah seorang siswi yang sudah meninggal selama satu tahun. " ucap Reyza kemudian mendekat ke sebuah jasad perempuan yang diduga ialah seorang siswi yang meninggal sejak satu tahun lalu.
Dengan perasaan bercampur aduk, Ratu dihampiri oleh Intan dan Ninda. Sedangkan Bisma berusaha menenangkan diri, lalu ia pun memberanikan dirinya berdiri di samping Reyza.
"Jasadnya udah busuk, tapi kok bisa masih utuh ya. Di dalam lemari juga ada berbagai kertas yang dicoret seperti dengan pulpen warna merah. Ini jasadnya bisa dikeluarkan gak ya? Kasian soalnya dalam keadaan tergantung kepalanya, terus kakinya diikat semacam pakai tali yang buat pramuka." jelas Reyza.
Ratu tampak sedang berpikir keras untuk menemukan cara bagaimana bisa mengeluarkan jasad seorang siswi tersebut.
"Identitasnya ada gak, Dek? Siapa tahu kita masih bisa hubungin kerabat atau keluarganya yang masih hidup?" tanya Ratu mengusulkan.
Reyza menoleh kilat, kemudian lelaki itu kembali menatap tubuh sang siswi yang berdiri dengan keadaan leher terikat di tengah bagian dalam lemari. Sementara posisi masing-masing siswi itu pun diikat namun berada di sebelah kiri dan kanan dalam lemari dengan sebuah paku.
"Namanya Sherin, Kak. Kita harus cepat keluarin dia dari sini, kasian udah satu tahun gak ada yang berani buka lemarinya. Padahal dia cuma butuh jasadnya dikubur secara layak." ucap Reyza yang tiba-tiba merasakan hawa perasaan sedih.
Ratu menggenggam tangan Reyza karena khawatir. Sedangkan Bisma dicolek oleh Intan.
"Eh, lo bantu Reyza buat keluarin dia dari situ cepetan!" Perintah Intan merasa tidak memiliki banyak waktu.
Bisma menatap jasad mengenaskan itu dengan tatapan tidak tega.
"Bener kata Intan, kalian berdua yang harus keluarin dia. Kasian, lagian ini udah jam setengah dua belas malem. Gak mungkin juga kita cari orang buat minta tolong." sahut Ratu menyetujui perkataan Intan.
Selang beberapa menit, Ninda mendapatkan informasi tentang keluarga sang siswi yang sudah meninggal itu.
"Eh, guys! Gue dapet informasi keluarga yang masih nyari anak cewek hilang selama satu tahun di sekolah ini. Apa sekalian aja gue tanya soal cewek ini ya? Siapa tau beneran kalo mereka keluarganya," Usul Ninda sambil menatap ponselnya yang membuka informasi berita harian.
Semuanya mengangguk setuju. Tak berselang kemudian usai Reyza dan Bisma dapat mengeluarkan jasad siswi tersebut keluar laboratorium dengan sebuah tandu yang terbuat dari kayu di gudang sekolah mereka.
"Untung lo anak pramuka, Nin. Kita jadi bisa bawa almarhumah Sherin." ujar Bisma lega.
Reyza menutup dan mengunci kembali ruang laboratorium jurusannya, sementara Bisma menjaga almarhumah yang diletakkan pada sebuah tandu darurat buatan Ninda dan Intan.
"Sekarang kita bikin pertemuan sama keluarganya Sherin, mau gimanapun dia masih kita anggap sebagai kakak kelas kita. Nin, atur waktu buat ketemu sama keluarganya, kita serahkan almarhumah ke mereka." celetuk Reyza sesudah mengunci lalu menggenggam tangan Ratu erat.
"Ah, iya. Kebetulan keluarganya lagi jalan ke sini kok, mereka punya mobil yang bisa buat bawa almarhumah. Kayaknya sebentar lagi nyampe deh, soalnya katanya rumahnya gak jauh dari sini." jawab Ninda.
Baru saja ingin turun ke tangga untuk keluar dari sekolahan, Reyza tiba-tiba dicolek oleh sesuatu yang tak terlihat.
"Eh, ada yang nyolek gue. Siapa ya?" tanya Reyza celingukan sembari mengusap tengkuk lehernya yang merinding.
Semuanya tampak bingung. Disela-sela itu, seketika Reyza melihat sekelebat bayangan seperti sosok yang melayang pergi dari belakangnya. Lelaki seorang adik dari Ratu itu langsung berlari cepat di koridor menuju tangga menurun ke koperasi yang melewati toilet.
"Reyza! Kamu mau ngapain?! Rey!" teriak Ratu histeris.
Bisma sontak terkejut dan melihat punggung Reyza yang kian tak terlihat.
"Kayaknya dia lagi kejar sesuatu, tapi apa? Apa yang dia bilang tadi ada yang colek dia ya?" Bisma memiliki banyak pertanyaan di otaknya.
Ninda dan Intan segera melihat dari koridor lantai atas ke lapangan. Suasana malam yang terbatasnya sumber cahaya membuat mereka kesulitan mencari keberadaan Reyza.