Rumah sederhana yang selalu terdengar riuh gelak tawa antara seluruh penghuni rumah yang terdiri dari sepasang suami-isteri dengan ke-tiga anak mereka.kecerian itu hadir saat bocah dua tahun selalu melakukan aksinya yang diluar nalar,hal itu selalu membuat mereka tertawa.
Akan tetapi ditengah banyak rencana yang sudah disusun rapi tentang masa depan ketiga anak mereka,sebuah kejadian yang tidak pernah terbayangkan oleh siapapun terjadi.Dituduh menggelapkan barang perusahaan dengan jumlah yang sangat fantastis,2M.
Apa yang terjadi pada keluarga itu selanjutnya!Mampukah mereka menyelesaikan masalah itu dan tetap hidup bersama seperti biasanya.
Ikuti kisah dan perjalanan hidup mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERMINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2.SERIUS BANGET SIH
"Dek, ayah kebawah sebentar,nanti kita main nya"Andi mencium pipi Dirga lalu mengusap kepala mita sebelum pergi ke masjid disekitar tempat tinggal mereka.Hal itu akan selalu Andi lakukan setiap sore,jadi bayi mungil itu tidak pernah menangis jika dia tinggalkan dirumah berdua.kedua kakak dan abang dirga sudah berangkat lebih dulu,jadwal mereka mengaji adalah pada sore hari dan akan kembali selepas isya.
Mita dan Andi selama ini sangat mengutamakan pendidikan untuk kedua anaknya,begitu pula dalam pendidikan agama, mereka sudah berjanji ingin memberikan pendidikan yang layak kepada ketiga anaknya,hal itu dilakukan agar kelak mereka bisa sukses dunia dan akhirat tidak seperti kedua orang tuanya yang minim pendidikan umum juga agama.
Cukup dia saja yang selama ini abai terhadap pendidikan.Itu bukan keinginannya,sejak kecil Mita sudah ditinggal pergi untuk selamanya oleh sang ibu.Tinggal dengan sang kakek dan harus membiayai sekolahnya sendiri.Sejak itu Mita mengutamakan sekolah daripada ibadah.Dan dia tidak ingin anaknya seperti dirinya dulu, mereka harus diberi pendidikan sejak dini.
Selama ini Mita tidak pernah mengeluh untuk mengantar atau menjemput putra putrinya secara bergantian,itu dilakukannya agar anaknya bisa fokus belajar,hujan dan panas diabaikan demi masa depan mereka.Apa lagi anak tertua mereka sudah berkeinginan untuk berkuliah setelah tamat sekolah SMA padahal sekarang dia masih duduk di kelas satu SMA.
Andi dan Mita tentu sangat antusias dan mendukung sekali keinginan putrinya untuk menjadi seorang Dokter."Do'akan ayah dan mama sehat dan panjang umur agar keinginan kalian bisa terwujud"ucap andi waktu mereka sedang berkumpul diruang tamu sambil bercengkrama.
Adzan Maghrib berkumandang, lantunan ayat suci untuk memanggil umat muslim agar secepatnya menghentikan aktifitasnya sementara,waktu sholat telah tiba saatnya kita meminta keridhaan atas yang telah kita dapatkan hari ini. Suara itu begitu merdu ditelinga Mita, senyumnya terukir jelas menikmati lantunan ayat demi ayat sampai selesai.Bagaimana dia tidak tersenyum, suara itu adalah suara sang suami, Andi sering menjadi Muazin Dimasjid setiap dia ada kesempatan.
Suara merdunya juga turun kepada Roy, mereka bergantian mengumandangkan azan saat magrib dan isya,bahkan Roy juga pernah menjuarai sebuah perlombaan untuk mengumandangkan adzan se Kelurahan.Begitu bangganya Mita melihat kemajuan anaknya,itu membuat dia mengesampingkan rasa lelahnya untuk tetap semangat mengantar maupun menjemput anaknya saat bersekolah.
Walaupun Andi tidak tamat sekolah saat sekolah menengah pertama, tetapi dilingkungan tempat tinggal dan keluarga sangat mengutamakan agama,jadi sholat dan mengaji tidak boleh lalai apalagi dia adalah seorang laki-laki,akan menjadi kepala keluarga dan tentunya jadi seorang imam untuk istrinya.Itu juga berlaku untuk putra nya kelak.
"Assalamualaikum ayaku,"Bayi mungil yang sedari tadi sudah tidak sabar digendong sang ayah turun dari kasur dan berlari menuju pintu,Mita akan menyusul dari belakang sambil berteriak kecil seakan ingin merebut ayahnya.Dengan begitu Dirga akan berlari sambil tertawa.
"Yayah adek"kaki kecilnya berlari begitu semangat dengan tangan yang sudah terulur kedepan agar andi segera meraihnya, sehingga dia adalah pemenang hari ini untuk memeluk tubuh tegap sang ayah lebih dulu dari pada Mita.
"Ayah mama juga."Mita tidak kalah usil mencium pipi suaminya setelah mencium punggung tangan Andi terlebih dahulu.Diga tidak marah,dia malah tertawa riang saat mereka sudah berpelukan seperti itu.
Mita sungguh beruntung memiliki keluarga seperti ini.Harapanya adalah semoga mereka bisa tetap bersama menjalani biduk rumah tangga,seperti yang mereka doakan sehabis sholat.
"cama cama ya"kepala nya mengangguk perlahan selaras dengan bibir yang begitu imut dan tipis.Andi dan Mita terkekeh, membuka peci dari kepala nya dan memakaikannya kepada Dirga.Meletakkan diatas kasur berukuran sedang dan memberi nya dengan ciuman berulangkali sampai si bayi teriak minta tolong pada mita.Dirga memang paling tidak suka dicium, sehingga dia akan mendorong wajah siapa saja yang menciumnya,apalagi seperti yang dilakukan Andi saat ini mencium dengan gemasnya.
"mama,,mama"mengulurkan tangan pada mita yang ikut berbaring disebelah Andi.Hanya itu jurus satu satunya agar bisa lepas dari Andi,Dia yakin Mita akan membantu melepaskan dia dari dekapan ayahnya.
"Yah,ada panggilan masuk nih"Mita memberikan ponsel pada Andi, keningnya mengerut, biasanya andi akan menerima panggilan masuk dekat Mita, tapi tidak kali ini, dia pergi keluar,sebelum ia keluar masih sempat mencium bibir Mita dan disambut pukulan dilengan andi, karena disana ada bayi mungil.rasanya tidak pantas jika andi melakukan hal itu meskipun didepan anak sendiri."Mau kemana? serius banget sih sampai harus menjauh!"tapi Andi meletakkan telunjuk dibibirnya,memberi kode agar mita diam.
Mita bukan orang yang suka ikut campur dalam urusan suaminya.Terkadang ada juga rasa penasaran dengan keseharian Andi ditempat kerja,tetapi Andi tidak akan pernah mau bercerita.Menunggu Andi selesai menelpon diluar sambil menemani Dirga bermain.Dengan begitu telinganya tidak akan penasaran dengan apapun yang Andi bicarakan melalui sambungan telepon didepan rumahnya.
Awal mereka menikah,Mita pernah bertanya dengan pekerjaan yang Andi lakukan,saat itu dia masih sebagai tukang pikul di pelabuhan.Mungkin saat itu Mita bertanya pada saat yang kurang tepat, sehingga Andi menjadi marah.
Niat Mita hanya ingin tau bagaimana pekerjaan suaminya,apa yang harus dia lakukan agar beban dipundaknya bisa berkurang.Andi malah menganggap Mita sepele dengan pekerjaannya.Sejak saat itu Mita tidak mau menanyakan tentang pekerjaannya.Mencari topik lain tapi ada saatnya nanti Andi bercerita dengan masalah pekerjaan yang dia anggap lucu.
"Kakak, kalian Tidak ada tugas ya?"Melirik kepada kedua anaknya, mereka serius menatap layar televisi, sesekali terdengar suara tawa keduanya saat ada adegan lucu yang mereka lihat.
Saat mereka tertawa seperti itu,Dirga akan keluar dan mengganggu mereka dengan duduk diatas perut sambil memukul-mukul wajah abangnya Roy.
"Sudah siap ma, sepulang sekolah tadi langsung aku kerjakan."Aku sang kakak, dengan demikian dia tidak akan dilarang menonton televisi sampai jam sepuluh malam.
"kamu dek?"Kembali pertanyaan ditujukan pada Roy,panggilan dek sudah tersemat untuknya selama ini, Meski dia sudah memiliki seorang adik.Namanya juga sudah kebiasaan dan itu sudah terjadi lebih dari sepuluh tahun lamanya.
"Tidak ada ma, besok kami praktek olahraga saja.Lagian kami kan sebentar lagi mau ujian, guru jarang masuk kelas karena sibuk mempersiapkan soal."Berbicara pada Mita dari depan pintu kamar, jarak keduanya tidak terlalu jauh sehingga Roy tidak perlu masuk ke kamarnya untuk bicara.
komen dan dukungan anda sangat penting buat ku.terimakasih.
boleh kasi saran, dengan senang hati akan diperbaiki jika ada yang salah.