"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22. Gagal Jantung
Setelah perceraian dengan William selesai, Kimberly segera pergi dari gedung mahkamah agama dan pergi ke makam ibunya, Ratih. Dia berniat menceritakan segala yang di alaminya pada sang ibu mengenai mama tirinya, Dania yang tega berselingkuh dengan suami Kimberly sendiri yakni William.
Kimberly duduk di depan makam ibunya, Ratih, dengan hati yang hancur. Air mata mengalir deras dari matanya saat dia mencurahkan segala yang dialaminya pada sang ibu yang sudah tiada.
"Ma, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku merasa hancur, terluka, dan dikhianati," ucap Kimberly sambil mengusap air mata yang terus mengalir.
Dia menceritakan semua yang terjadi setelah perceraian dengan William. Bagaimana Dania, mama tirinya, tega berselingkuh dengan William. Bagaimana sosoknya yang dahulu begitu baik bisa dengan kejamnya mervsak rumah tangga Kimberly dan menghancurkan segalanya.
"Aku tidak mengerti, Ma. Mengapa mereka bisa melakukan ini padaku? Mengapa mereka begitu kejam?" tanya Kimberly sambil menatap nisan ibunya dengan penuh keputusasaan.
Ratih, ibu Kimberly, hanya bisa mendengarkan dengan diam. Namun, Kimberly merasa ada kehadiran ibunya yang memberinya kekuatan untuk tetap tegar di tengah badai yang melanda hidupnya.
Setelah beberapa saat berada di makam ibunya, Kimberly merasa sedikit lega. Dia tahu bahwa meskipun ibunya sudah tiada, namun cinta dan dukungan dari arwahnya tetap ada untuknya.
Kimberly kemudian bangkit dari duduknya di depan makam ibunya. Dia merapikan pakaian dan menyeka air mata yang masih mengalir di pipinya. Dengan langkah tegar, dia berjalan keluar dari pemakaman menuju mobilnya.
Saat memasuki mobil, Kimberly merasa hatinya masih terasa berat. Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap kuat. Dia harus melawan segala rasa sakit dan kekecewaan yang ada dalam dirinya.
Di perjalanan pulang, pikirannya terus menerus melayang pada apa yang telah terjadi. Dia merasa marah, sedih, dan kecewa pada William dan Dania. Namun, di tengah kekacauan emosinya, dia juga merasa lega telah bisa bercerita pada ibunya.
Sesampainya di rumah, Kimberly langsung menuju kamarnya. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan menatap ke sekeliling ruangan dengan pandangan kosong. Dia merasa sendirian, terpisah dari orang yang dulu dia cintai.
Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Kimberly mengambilnya dan melihat pesan dari teman baiknya Jennifer. Jennifer menawarkan diri untuk datang ke rumah Kimberly dan menghabiskan waktu bersamanya.
Tanpa berpikir panjang, Kimberly segera menyetujui tawaran Jennifer. Dia membutuhkan seseorang yang bisa diajak berbicara, yang bisa mendengarkan ceritanya tanpa menghakimi.
Beberapa saat kemudian, pintu rumah Kimberly terbuka dan Jennifer masuk dengan senyum ramahnya. Mereka duduk di ruang tamu sambil minum teh hangat.
"Kim, ceritain ke gue apa yang terjadi selanjutnya setelah Lo lakuin yang gue suruh waktu itu," pinta Jennifer dengan lembut.
Kimberly pun mulai menceritakan segala yang dialaminya pada Jennifer. Dia merasa lega bisa berbagi cerita dengan teman baiknya itu.
Jennifer mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengangguk atau mengeluarkan kata-kata penyemangat. Kimberly merasa lega bisa membuka hatinya pada Jennifer, merasa bahwa ada seseorang yang peduli padanya di tengah kesedihannya.
Setelah bercerita panjang lebar, Kimberly merasa sedikit lega. Dia merasa bahwa beban yang ada di hatinya sedikit demi sedikit mulai terangkat. Jennifer memberikan dukungan dan semangat padanya, membuatnya merasa bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini.
Malam pun tiba, Kimberly dan Jennifer memutuskan untuk beristirahat. Mereka berpelukan sejenak sebelum Jennifer pulang ke rumahnya. Kimberly merasa hangat dan nyaman dalam dekapan temannya itu, merasa bahwa ada seseorang yang peduli padanya di tengah badai yang melanda.
.............................
Keesokan harinya, Kimberly kembali berangkat bekerja. Meskipun hatinya masih terasa berat setelah perceraian dengan William, dia tidak ingin membiarkan hal itu mengganggu pekerjaannya. Sebagai seorang agen properti, dia harus tetap fokus dan memberikan pelayanan terbaik kepada para pembeli.
"Hai, Kim. Bagaimana kabarmu hari ini?" sapa salah satu rekan kerjanya.
"Hai, aku baik. Aku siap untuk mengantarkan pembeli melihat rumah hari ini," jawab Kimberly sambil tersenyum.
Kimberly segera menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kunjungan hari ini. Dia ingin memastikan bahwa semuanya berjalan lancar dan pembeli puas dengan properti yang dia tawarkan.
Beberapa saat kemudian, seorang pria muda datang ke kantor agen properti. Dia adalah pembeli yang tertarik pada rumah yang ditawarkan Kimberly.
"Halo, saya Michael. Saya sangat tertarik dengan rumah yang Anda tawarkan," ucap Michael sambil tersenyum.
"Halo, mas Michael. Saya Kimberly, saya akan mengantarkan Anda untuk melihat rumah tersebut," jawab Kimberly ramah.
Mereka berdua kemudian berangkat menuju rumah yang akan dilihat. Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari cuaca hingga kehidupan pribadi masing-masing.
Sampai di rumah yang ditawarkan, Kimberly dengan cermat menjelaskan semua detail tentang rumah tersebut. Dia memberikan informasi yang lengkap dan jujur kepada Michael, sehingga dia bisa membuat keputusan yang tepat.
Setelah melihat rumah tersebut, Michael terkesan dengan properti yang ditawarkan Kimberly. Dia pun memutuskan untuk membeli rumah tersebut.
"Terima kasih, mbak Kimberly. Saya sangat puas dengan pelayanan Anda. Saya akan segera mengurus pembayaran dan proses pembelian rumah ini," ucap Michael dengan senyum bahagia.
Kimberly tersenyum puas melihat kebahagiaan Michael. Meskipun hatinya masih terasa berat karena perceraian dengan William, namun melihat kepuasan para pembeli membuatnya merasa lega.
Setelah Michael pergi, Kimberly kembali ke kantor dengan perasaan lega. Dia merasa senang bisa membantu orang lain menemukan rumah impian mereka. Meskipun pekerjaannya sebagai agen properti cukup melelahkan, namun kepuasan yang didapat dari membantu orang lain membuatnya merasa bahagia.
Beberapa hari kemudian, Kimberly menerima telepon dari Michael. Dia memberitahukan bahwa proses pembelian rumah telah selesai dan dia sangat senang dengan rumah barunya.
"Terima kasih banyak, mbak Kimberly. Saya sangat berterima kasih atas bantuan dan pelayanan Anda. Rumah ini benar-benar impian saya," ucap Michael dengan suara penuh rasa terima kasih.
Kimberly tersenyum lebar mendengar kabar baik dari Michael. Dia merasa lega dan bahagia bisa membantu orang lain untuk mencapai keinginan mereka.
"Tidak masalah, mas Michael. Saya senang bisa membantu Anda. Semoga rumah ini membawa kebahagiaan bagi Anda dan keluarga," ucap Kimberly dengan tulus.
Setelah menutup telepon, Kimberly merasa senang dan puas dengan pekerjaannya. Meskipun perceraian dengan William masih meninggalkan luka di hatinya, namun dia merasa bahwa dia masih bisa memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya.
Hari-hari berlalu, Kimberly terus bekerja keras, tanpa kenal lelah dan waktu. Dia bertemu dengan berbagai macam pembeli dan selalu memberikan pelayanan terbaik. Meskipun terkadang masih terasa berat, namun dia terus melangkah maju dan tidak membiarkan hal-hal negatif mengganggu fokusnya.
Suatu hari, Kimberly mendapat telepon dari seorang wanita yang sangat tertarik dengan salah satu properti yang dia tawarkan. Mereka pun sepakat untuk bertemu di kantor agen properti untuk melihat properti tersebut.
Saat wanita itu tiba di kantor, Kimberly langsung merasa ada yang berbeda. Wanita itu terlihat sangat familiar baginya, namun dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah melihat wanita itu sebelumnya.
"Halo, saya Imel. Saya sangat tertarik dengan properti yang Anda tawarkan," ucap wanita itu.
"Halo, Bu Imel. Saya Kimberly. Mari kita lihat properti tersebut," jawab Kimberly sambil tersenyum.
Mereka berdua kemudian pergi melihat properti yang ditawarkan. Selama perjalanan, Imel terus memperhatikan Kimberly dengan tatapan penuh tanda tanya.
Sampai di properti tersebut, Imel langsung terkesan dengan rumah itu. Dia pun memutuskan untuk membeli properti tersebut.
Setelah proses pembelian selesai, Imel akhirnya mengungkapkan identitas sebenarnya kepada Kimberly. Ternyata, Imel adalah sahabat lama almarhumah ibunya, Ratih yang sudah lama tidak bertemu.
"Mbak Kim, saya tidak bisa percaya bahwa kita bertemu lagi setelah begitu lama. Saya senang bisa membeli rumah dari anak teman saya sendiri," ucap Imel dengan senyum bahagia.
Kimberly terkejut dan sangat senang bisa bertemu kembali dengan sahabat lama ibunya. Mereka pun berpelukan dan berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Mereka berdua merasa bahwa pertemuan mereka bukanlah kebetulan semata, melainkan takdir yang telah mengatur segalanya.
"Jadi ibumu sudah meninggal? kok bisa, kenapa? bukannya dulu sehat-sehat saja ya?" tanya Imel terkejut setelah mengetahui bahwa Ratih, sahabatnya, telah meninggal.
Kimberly segera membalas dengan cepat. "Ehm, mama dulu kena gagal jantung. Nggak tau apa sebabnya, atau gimana caranya mama bisa kena gagal jantung, tapi saat mama mau jalan itu tiba-tiba pingsan dan saat dibawa ke rumah sakit sudah meninggal." balas Kimberly sedih.
Bersambung ...