Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.2
Pagi itu, Kinan bersiap-siap pergi dari apertemen sahabatnya Fazha. Apa kata orang jika tahu bahwa seorang perempuan tinggal serumah dengan pria.
" Boleh aku minta tolong, Faz ?"
" Katakan aja, jangan sungkan !"
" Temanin aku mencari rumah kontrakan !"
Fazha mengernyitkan kening menatap heran pada sahabatnya.
"Ceritakan padaku apa yang terjadi denganmu ?
Sejak semalam Fazha ingin menanyakan penyebab sahabatnya pergi dari rumahnya. Dia mendesak Kinan namun, gadis tersebut masih mengelak. Penjelasan Kina semalam membuat Fazha yakin telah terjadi sesuatu.
Fazha menatap wajah cantik itu sejenak.
" Jika tante Hanum meneleponku dan menanyakan dirimu, aku harus jawab apa?"tanyanya.
Kinara terhenyak mengingat sang bunda lalu berucap," Antar saja aku mencari rumah kontrakan, kalau kamu tidak ingin mengantarku maka aku pergi sendiri." ujarnya.
Kemudian Kinan mengambil koper yang ada di kamar tersebut.
" Baiklah, aku akan membantumu mencari rumah kontrakan," ujarnya cepat.
Kinan menghelah napas lega setidaknya dirinya tidak sendirian.
" Hani ikut ya, Kak! " ujar Hani menawarkan diri.
"Boleh kok, " sahut Kinan cepat.
Fazha merasa jengkel dengan adiknya itu, karena niat hati ingin berdua dengan gadis cantik tersebut namun adiknya mengganggunya. Hani mencebir melihat kekesalan sang kakak.
" Kamu tidak ingin masuk kampus, Kinan ? " Tanya Fazha ketika mereka di mobil.
" Untuk hari ini aku tidak masuk kampus, " ujarnya sedih.
Kinan bisa melihat kesedihan pada wajah gadis itu, tapi tidak ingin menambah kesedihan hingga dia memilih pura-pura tidak tahu apa-apa.
Mereka menulusuri lorong-lorong sempit yang penghuninya cukup padat.
" Kenapa harus tempat kayak gini sih, Kak ?"Cari yang lain deh. "Sahut Adiknya protes.
Fazha menoleh pada Kinan meminta persetujuan, karena Fazha merasa tidak layak temannya tinggal di tempat seperti ini.
" Kita cari di tempat yang lain aja, ya ? " Bujuknya pada Kinan.
"Tidak apa-apa kok, aku cari rumah kontrakan di sekitar sini saja.
" Tapi lingkungan seperti ini tidak sehat untuk kamu Kinan.
"Tidak apa-apa kok, aku ingin mencari kontrakan yang agak murah." Ujarnya tersenyum tipis.
Fazha tidak setuju tapi Kinan keras kepala ingin di tempat itu, dengan terpaksa Fazha mengangguk ikut dengan keputusan Kinan.
" Yan, aku mohon jangan katakan apa pun pada bundaku !
" Tapi kenapa ? " Aku tidak bisa berbohong Kinan.
" Aku moho, Faz! " ujarnya mengatupkan tangan.
" Apa karena suami bunda, Hanum?" ujar Fazha ingin tahu.
" Bukan, ini murni kemauanku sendiri kok, " ujarnya seraya menunduk seolah menutupi sesuatu yang tengah disembunyikan.
" Aku bisa melihat kebohonganmu Kinan, aku yakin kepergianmu di rumah itu, ada kaitannya dengan om Andre.
Kinan makin menunduk, kini dia tidak bisa lagi menyembunyikan alasan kepergiannya di rumah itu.
" Ya udah, terserah kamu saja ingin tinggal di mana, tapi ingat hubungi aku jika butuh sesuatu.
Kinan mengangguk setuju yang dikatakan temannya Fazha.
Pemuda itu terlalu baik padanya dan Kinan merasa tidak pantas bersamanya.
Setelah berhasil membantu Kinara menemukan tempat kontrakan, Fazha pulang bersama sang adik di apertemen.
Fazha menatap langit-langit kamar dan mengusap kasur yang pernah ditiduri oleh gadis idamannya. Namun sampai saat ini perasaannya belum terbalaskan oleh gadis yang bernama Kinara.
"Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu menganggap apa yang kukatakan hanyalah sebuah candaan.Itu dari lubuk hatiku yang sedalam-dalamnya.
Kamu adalah gadis yang baik, berbeda dengan gadis yang lain.
Setelah meluapkan perasaannya pada diri sendiri, Fazha memejamkan mata berharap bermimpi yang indah.
Di sebuah kamar sederhana, seorang gadis tengah sibuk merapikan pakaian yang di bawah dari rumah. Kamar sesempiit itu membuat dirinya merasa sesak.
Handphone yang sejak tadi berbunyi tidak pernah diangkat-angkat. Kinara merasa bersalah dan tidak tega meninggalkan bundanya, tapi paman Andre tidak menginginkan Kinara tinggal bersama mereka.
Dengan terpaksa Kinara berhenti menyusun skripsi yang tidak lama lagi akan selesai, dia berusaha mencari kerja untuk dimakan sehari-hari. Sedangkan kartu ATM yang diberikan oleh bunda Hanum dia simpan di kamar sebelum pergi, karena paman Andre berpesan tidak boleh membawa apa pun termasuk uang.
Dengan sisa uang yang dia bawah dari rumah digunakan untuk membayar sewa kontrakan, sebagian disisihkan untuk biaya hidup untuk makan sehari-hari.
"Besok aku akan mencari cari kerja, semoga ada yang mau menerimaku. " Ujarnya mantap.
Karena merasa kelelahan, Kinara merebahkan tubuh mungilnya di kasur kecil tersebut. Menatap langit-langit kamar, melihat di sekeliling ruangan itu, ternyata jauh berbeda dengan kamar yang pernah ditempati.
Pikirannya sejenak terlintas membayangkan seseorang yang pernah memberikannya sebuah gelang.
" Aku tidak bisa menjaga amanah, " ujarnya.
Rasa kantuk kini menyerangnya dan tanpa terasa ia tertidur dengan lelapnya.
" Sayang, tunggu bunda nak !"Bunda akan pergi bersamamu.
"Jangan Bunda!" Biarkan Kinan pergi sendiri.
" Tidak nak, kemana pun kamu pergi, bunda harus bersamamu.
" Awas bunda !"teriaknya.
Tubuh itu tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa bisa diraih.
" Bunda, bunda, " teriak Kinan seketika.
Suci terbangun dengan suara terengah-engah.
Dia menatap di sekeliling lalu mengucapkan syukur, ternyata apa yang dilihat adalah sebuah mimpi.
" Ya Allah, lindungi bundaku! Jangan engkau membiarkan bunda Hanum berlarut-larut dalam sedihnya!" ujarnya.
Dan kini ia mengingat kembali momen kebersamaan sang bunda yang tidak pernah lelah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Kinan tersenyum tipis kala mengingat kemewahan yang pernah didapatkan di rumah bunda Hanum. Apa yang diinginkan selalu ada dan terpenuhi, dan mulai hari ini dia harus membiasakan hidup tanpa kemewahan.
" Sayang ... bangun ! Kamu udah kesiangan, Sayang, " panggil Hanum pada putrinya yang mengirah ada di kamar.
" Kinan, Kinara, "panggilnya lagi kemudian membuka pintu kamar.
" Kinan, kamu di mana ?
Hanum mulai khawatir melihat kamar putrinya kosong. Karena tidak menemukan putrinya, dia pun memeriksa pakaian yang ada di lemari. Betapa terkejutnya Hanum melihat lemari putrinya ternyata kosong
" Kinara kamu di mana, Nak ? Jangan tinggalkan bunda !"
" Bunda mohon," Hanum menangis histeris ketika menyadari bahwa Kinara telah pergi dari rumah.
" Ada apa nyonya ? " pembantu Hanum mendekat majikannya yang terkulai di lantai.
" Bi, putriku meninggalkan aku, di mana aku mencarinya ? " ujarnya sambil menangis.
" Sabar nyonya! Semoga nak Kinan kembali ke rumah lagi.
" Tidak perlu menunggunya pulang, dia sudah melakukan hal yang benar dengan meninggalkan rumah ini. " suara suami Hanum menggelegar di ruangan Itu.
Hanum memandangnya dengan tatapan nanar saat mendengar ucapan suaminya.
" Biarkan perempuan itu pergi, lagian dia sudah dewasa. " ujarnya tanpa mempedulikan tatapan tajam istrinya kemudian masuk ke dalam kamar.
Hanum yakin dengan kepergian putrinya ada kaitannya dengan suaminya.
" Aku harus mencari putriku, "ujarnya tanpa peduli yang dikatakan suaminya.
" Mas Andrea hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa peduli dengan perasaan kami. Aku yang merawatnya sejak kecil hingga sekarang, aku rela berkorban melakukan apapun demi mendapatkan putriku kembali.
" Aku tidak ingin kehilangan putriku. " ucap Hanum penuh tekanan.
" Jangan pernah mencoba mencarinya ! Aku tidak suka dengannya. " ujar Andre suami yang keluar dari kamar.
" Apa masalahmu dengan putriku ? Kenapa kamu sangat membencinya ?" teriak Hanum.
Hanum sangat marah tidak peduli lagi ancaman suaminya, bahkan diceraikan pun dia tidak takut.