Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jasad Hendra Hilang
"Ini kak."
Andre memberikan sebuah kertas pada Daru.
"Apa ini?" tanya Daru lalu melihat isi kertas tersebut. Matanya menajam karena kenal siapa pemilik tulisan tersebut.
"Ayah bilang Hendra memberikan nya sebelum kecelakaan itu terjadi. Tapi Ayah tetap keluar, kak," ujar Andre menyampaikan apa yang Damar katakan padanya saat masih di Amerika.
Kondisi Damar memang berangsur pulih, walau belum bisa di pulangkan. Tapi pria tua itu sudah terbebas dari maut akibat kecelakaan tersebut.
"Maksudnya Hendra di kendalikan oleh seseorang."
Daru mencoba menggabungkan semua bukti yang ada, sepertinya Hendra di ancam oleh seseorang untuk melakukan semua kejahatan yang Ia lakukan. Tapi siapa orangnya sampai berhasil mengancam Hendra.
Sebelum nya Daru mengenal betul Hendra seperti apa sebelum peristiwa itu terjadi.
"Kembalilah bekerja. Panggil Kenzo untuk keruangan ku sekalian," perintah Daru pada Andre dan langsung di setujui oleh adiknya itu yang segera keluar.
Daru meninggalkan pekerjaannya dan terlihat mengenakan kemeja yang Ia letakkan di kursi kebesarannya.
"Anda memanggil saya, Tuan."
Muncul Kenzo siap mendengar dan melaksanakan apa yang akan Daru perintahkan.
"Kita pergi lihat jasad Hendra sekarang," titah Daru dan langsung keluar tanpa menunggu lagi di ikuti oleh Kenzo.
_____________________
Mobil yang di kendarai oleh Daru dan Kenzo telah sampai di tempat tujuan. Kedua orang itu segera turun untuk melihat tujuan mereka.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Kenzo pada beberapa bawahan yang di tugaskan untuk menjaga jasad Hendra. Ia bertanya begitu karena mereka semua berada di luar dan itu artinya tidak ada yang berjaga di dalam.
"Ampun Bos, maafkan kami yang lalai."
Ketua dari para bawahan itu segera berlutut meminta maaf di ikuti yang lainnya.
"Apa maksud kalian?!" tanya Daru marah.
Bugh!
"Cepat katakan!"
Kenzo menendang ketua tersebut dan yang di tendang hanya bisa menerima pukulan tanpa perlawanan karena Ia memang bersalah.
"Jasadnya hilang, Bos, Tuan. Kami semua di bius dan saat sadar jasad di dalam sudah tidak ada," jelasnya ketakutan.
"Kurang ajar. Lalu apa gunanya kalian semua ada di sini? Hah!" marah Kenzo kembali menendang mereka semua satu persatu.
Daru sendiri segera masuk di dalam gedung tersebut dan memang sudah tidak mendapati lagi adanya jasad Hendra di dalam sana.
"Sial!" umpatnya. Ingin sekali Ia tahu siapa yang berani mengambil jasad Hendra ini seperti seorang pencuri.
"Tuan. Mereka tidak punya petunjuk akan hilangnya jasad Hendra. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Kenzo menyusul Daru ke dalam, Ia sudah mengintrogasi orang-orang yang menjaga jasad Hendra, namun mereka semua menghirup bius berupa gas sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Apa CCTV nya juga itu di bobol?" tanya Daru.
Jika benar, kemungkinan besar pelaku nya adalah orang dalam. Jika tidak, mana mungkin Ia bisa tahu jika di pasangi kamera tersembunyi di dalam sana.
"Benar Tuan."
"Lihat ini."
Daru memperlihatkan kertas yang sebelumnya Andre berikan, Kenzo yang tidak mengerti mengernyit bingung apa maksudnya.
"Itu dari Hendra untuk Ayah sebelum kecelakaan," jelas Daru melihat raut bingung pada air muka Kenzo.
"Tuan, mungkin kah Hendra meninggalkan petunjuk lain?" terka Kenzo.
Ia sekarang yakin jika Hendra tidak sepenuhnya bersalah dalam kecelakaan kemarin. Kemungkinan juga ada sebuah rencana lain dalam kasus ini dan untuk mengetahui nya mereka harus mengetahui siapa dalang di baliknya.
"Benar. Mungkin Istri atau anak-anaknya tahu sesuatu," ujar Daru.
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Kenzo lagi.
"Kita tidak perlu melakukan apapun. Hilangnya jasad Hendra pasti ada sebuah rencana di baliknya. Kita tunggu saja."
Setelah mengatakan itu Daru segera berlalu dari sana.
"Tuan, kita mau ke mana?" tanya Kenzo.
"Kenzo, kenapa hari ini kau banyak bertanya. Memang nya mau kemana lagi, kita kembali ke kantor. Pekerjaan masih banyak di sana."
Kenzo menggaruk kepalanya sendiri sambil menyengir bodoh dan mengikuti Daru dari belakang. Mereka akan kembali bekerja dan akan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tapi sepertinya tidak seperti itu, Daru tidak mungkin hanya menunggu. Ia harus menemukan orang itu secepatnya dan tidak mau membuat nya ke enakan karena di biarkan begitu saja.
__________________
"Bu, Putri rindu di bacakan dongeng oleh Ibu. Bisakah malam ini Ibu membacakan kami sebuah cerita," pinta Putri.
Ya, Luna sudah di bolehkan keluar dan menemui anak-anaknya. Mereka sangat senang karena bertemu kembali setelah 2 hari di kurung.
Luna melihat ke tiga wajah anak-anaknya. Nampaknya mereka semua sangat antusias setelah mendengar permintaan Putri.
Luna tersenyum dan mengecup kepala mereka bergantian.
"Baiklah, malam ini Ibu akan membacakan dongeng untuk kalian. Tapi janji cepat tidur ya."
Anak-anak itu mengangguk dan menjawab serentak, mengiyakan.
Mereka bertiga mulai mengambil posisi untuk tidur dan Luna berada di tengah-tengah. Ibu dari tiga anak itu mulai bercerita.
"Hoam."
Luna mulai menguap karena mulai di serang kantuk. Ia melihat anak-anaknya dan rupanya cuma Bayu yang telah tertidur, sedangkan Putri dan Rio masih setia memandangi dirinya dengan mata bersinar terang.
"Rio, Putri. Ayo tutup mata, jika kalian menatap Ibu terus, kalian tidak akan tidur," ujar Luna.
"Baik, Bu."
Ke dua anak itu segera menutup mata mereka dan Luna kembali melanjutkan bacaannya. Istri ke tiga Daru itu tidak sadar dan rupanya telah tertidur tanpa menyelesaikan ceritanya.
Putri membuka matanya dan melihat Luna serta Rio.
"Kak," panggilnya pelan dan terdengar seperti sebuah bisikan.
Rio ikut membuka kedua matanya, rupanya kedua anak itu belum tidur.
"Ibu sudah tidur, Putri masih pengen dengerin cerita dari Ibu," kata gadis kecil itu.
"Ssstttt."
Rio menyuruh Putri untuk diam dan memelankan suaranya.
"Ibu sudah capek seharian bekerja, Kakak saja yang bacakan ya? Kita biarkan Ibu istirahat," kata Rio perhatian.
"Iya."
Dengan berat hati Putri menyetujui perkataan Rio.
Dengan pelan Rio mengambil buku dongeng yang kini di pegang oleh Luna yang telah tertidur. Bocah itu juga menyuruh Putri untuk lebih dekat dengan nya, sehingga Rio bisa memelankan suaranya saat membaca dan tidak menggangu Luna yang tertidur.
"Kakak mulai ya. Adek dengar dengan baik."
"Iya, Kak," sahut Putri.
"Setelah sang kancil berhasil _"
Ceklek.
Rio menghentikan bacaannya saat mendengar suara pintu kamar mereka yang terbuka. Putri segera memeluk erat tubuh Rio saat melihat Daru muncul. Sepertinya gadis kecil itu takut jika berhadapan dengan Daru.
.
.
.
Jangan lupa kembali siang nanti untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗
Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍
Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman bersedia membagikan cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.
Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏