Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Malu Tujuh Turunan
Zizi dan bang Udin langsung terlonjak kaget. Bang Udin bergegas menjauh dari pagar itu sedangkan Zizi malah semakin mendekat bahkan merapat ke pagar.
"Hey! Enak aja nuduh kita mau mencuri. Kamu kali yang mau mencuri! Seenaknya aja masuk ke rumah orang!" tunjuk gadis itu ke arah pria yang berdiri di balik pagar.
"Pantas saja kita gak bisa masuk. Eh, rupanya ada tamu yang tak diundang!" lanjut gadis itu dengan bermaksud menyindir.
Bara, pria yang ada di dalam halaman rumah minimalis modern itu hanya mengangkat ujung bibirnya mencemooh. Ia yakin betul kalau dua orang di hadapannya itu hanya penipu yang sedang modus.
"Hayo! Buka pintunya gak!" lanjut Zizi seraya menggoyang-goyangkan pagar itu sampai menimbulkan bunyi yang agak ribut.
Bara terkekeh sinis kemudian membuka pintu pagar dengan kunci yang ia bawa. Bukan untuk membiarkan Zizi masuk, tapi karena ia ingin keluar untuk membeli sesuatu di sebuah mart di depan komplek.
Zizi bagaikan seekor belut, ia langsung masuk pas pagar terbuka. Gadis muda itu bahkan mendorong tubuh Bara cepat dan langsung memasuki area pekarangan rumah.
Bara cukup kaget juga tapi ia tak tinggal diam. Dengan cepat, ia langsung menarik kerah kemeja Zizi bagian belakang agar tidak terlalu jauh masuk.
"Berhenti kamu!" titah Bara mulai kesal.
"Awww! Lepaskan aku gak?! Aku mau masuk!" teriak Zizi berusaha memberontak dan membuat lehernya semakin terasa tercekik.
"Gak! Kamu gak boleh masuk. Modus aja kamu!" bentak Bara tak mau melepaskan.
"Awww! Bang Udin tolong! Udah kebelet nih!" teriak Zizi lagi seraya menyentuh daerah sensitifnya dengan telapak tangannya.
Bara hanya mendengus kasar.
"Eh beneran, aku pipis di sini kamu tanggung jawab ya?!" ucap Zizi lagi dengan wajah meringis menahan sesuatu yang sudah hampir jebol.
Ekspresinya benar-benar sangat tersiksa.
Bara kembali mendengus dan akhirnya melepaskan gadis itu dan membiarkannya masuk ke dalam rumahnya.
Zizi langsung berlari ke dalam untuk mencari toilet sedangkan Bara menatap Bang Udin yang hanya bisa berdiri di bagian depan pagar dengan wajah mengkerut takut. Tubuh tinggi dan besar Bara rupanya cukup menyeramkan juga baginya.
"Awas! Kalau kalian berani ke sini untuk mencuri!" tunjuk Bara mengancam.
"Maaf pak, kami mungkin salah alamat," ucap bang Udin takut. Pria itu yakin kalau sang pemilik rumah mungkin seorang polisi dilihat dari bodynya yang tinggi dan atletis.
"Awas kalau ini hanya modus kalian!" ucap Bara lagi kemudian langsung meninggalkan tempat itu untuk melihat tamu wanita yang mengaku sedang kebelet pipis.
Bagaimana pun juga ia harus tetap waspada. Ada banyak modus penipuan yang sering dilakukan orang akhir-akhir ini untuk mendapatkan keuntungan.
"Aaa, Alhamdulillah," ucap Zizi saat baru keluar dari toilet di dalam rumah itu. Kandung kemihnya terasa sangat nyaman sekarang.
"Udah selesai?!" tanya Bara yang tiba-tiba berada di hadapannya.
Zizi tergagap. Ia kaget bukan kepalang. Tak menyangka kalau pria itu masih mengikutinya sampai di dalam kamar itu. Cepat-cepat ia merapikan pakaiannya lagi yang hanya menggunakan celana joger.
"Eh, kamu masih di sini? Ngapain masuk rumah orang?!" ucap Zizi seraya membuka kacamata hitamnya. Menatap sosok Bara dari atas ke bawah, menilai.
Hum, sangat tampan dan juga keren, ucapnya membatin.
Bara mendengus. Ia balas menatap gadis cantik di hadapannya dari atas ke bawah juga dengan otak mulai bekerja dengan sangat cepat.
Hingga tatapan mereka berada pada satu titik. Dada Zizi berdebar sedangkan Bara langsung emosi.
"Kamu?!" ucap pria itu dengan rahang mengeras. Ternyata gadis ini adalah selingkuhan papanya yang pernah diam-diam ia ikuti.
"Dasar gadis murahan! Keluar kamu dari sini!" teriak Bara seraya menunjuk pintu kamarnya.
"Eh, ini rumah aku ya. Kamu aja yang tiba-tiba ada di dalam rumah orang!" balas Zizi tak mau mengalah.
"Kamu yang seharusnya keluar!" lanjut gadis itu sengit.
Bara tak bisa bersabar lagi. Ia sudah lama membenci wanita ini sampai tulang-tulangnya. Pria itu pun menarik tangan Zizi dan membawanya keluar dari kamarnya.
"Hey! Lepaskan aku!" teriak Zizi berusaha memberontak. Akan tetapi Bara tak mau melepaskannya. Pria itu bahkan mengangkat tubuh Zizi dan menggendongnya ala karung goni di bahunya yang lebar.
"Keluar kamu sekarang juga dan jangan pernah muncul di hadapan aku!" titah Bara masih dengan emosi yang sangat tampak pada wajahnya.
"Hey! Kamu yang salah. Ini rumah aku. Kamu yang harusnya keluar dari sini!" Zizi masih tak mau mengalah. Tangannya memukul bahu pria itu dengan keras tapi Bara tak peduli. Ia bahkan melempar tubuh gadis itu sampai keluar pagar.
"Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu sengaja datang kesini dan ingin menggoda aku juga? Jangan mimpi! Aku benci wanita kotor seperti kamu!" tunjuk Bara dengan ekspresi yang sangat jijik.
Zizi terhenyak. Kedua matanya langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan yang sangat kasar dari seorang pria tampan seperti ini. Ia malu dan juga bingung dengan apa yang terjadi. Setahunya rumah ini adalah miliknya yang diberikan oleh perusahaan. Tapi kenapa jadi seperti ini?
Apa mungkin ia salah alamat lagi?
Lah, bang Udin kemana lagi?
Kok aku ditinggal?
Gadis muda berusia 19 tahun itu langsung menangis. Ia sedih dan takut. Sedangkan Bara langsung pergi dari tempat itu dengan mobilnya.
Tas dan barang-barangnya yang disimpan begitu saja oleh bang Udin, ia tatap dengan hati nelangsa. Air matanya semakin deras mengalir membasahi pipinya yang mulus.
Kemana lagi ia akan mencari alamat rumah yang katanya diberikan oleh perusahaan padanya?
"Zizi, kok kamu di luar aja sih?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakangnya. Gadis itu segera menghapus airmatanya dan melihat siapa yang datang.
"Mbak Meta?" ucapnya berusaha tersenyum.
"Alhamdulillah, untungnya mbak Meta lewat sini. Aku bingung mbak. Alamat rumah untuk aku yang mana ya mbak? Aku udah lama nih mutar-mutar di sini."
Meta, kepala bagian HRD di perusahaan tempat Zizi akan bekerja langsung menunjuk rumah yang berada di seberang jalan.
"Tuh. Udah dekat banget kok. Kamu gak nyasar hehehe."
Zizi langsung terpaku. Matanya melotot sempurna.
Dahinya segera ia tepuk karena baru menyadari kesalahannya.
Jadi? aku benar-benar salah masuk rumah tadi?
Oh ya ampun. Semoga aku gak ketemu sama pria itu lagi.
Malunya sampai tujuh turunan nih.
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀