NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terobsesi

"Dor dor dor!"

"Hei, Dara! Mau sampai kapan kamu berdiam di kamar? Sudah sebulan kamu tidak bayar uang sewa!"

"Pokoknya kalau kamu tidak bisa bayar juga, maka kamu harus keluar dari sini sekarang juga!" Teriakan keras dari luar disertai suara ketukan pintu yang menggema di seluruh kamar.

Purnama terlonjak dari tidurnya, terbangun dengan kaget. Tubuhnya berkeringat, jantungnya berdegup kencang.

Ternyata suara Ibuk Kost. Semenjak tiba di kota Selat Panjang lebih dari sebulan yang lalu, Purnama sengaja mencari kost yang murah.

Selama tinggal di sini Purnama memang menggunakan nama samaran 'Dara.'

Purnama menghela nafas dan menjambak rambutnya dengan kesal.

Ternyata, semua yang dia alami barusan hanyalah mimpi. Mimpi yang begitu nyata, penuh dengan keintim*n dan kedamaian, namun langsung lenyap begitu saja.

Purnama kembali menghela napas panjang, mencoba mengendalikan pikirannya yang masih kusut setelah mimpi itu.

Dia menoleh ke arah pintu, di mana suara gedoran tadi terdengar. Kepalanya masih berat, tapi kesadaran mulai kembali.

"Ya, ya! Sebentar!" Serunya sambil bangkit dari tempat tidur, berusaha menyingkirkan perasaan kecewa yang kini menggantung di hatinya.

Purnama mendekati pintu, membuka sedikit dan melihat pemilik kost berdiri di luar, wajahnya penuh amarah.

"Sudah sebulan, Dara." Kata pemilik kost dengan nada penuh tekanan.

"Aku tidak bisa biarkan kamu tinggal di sini lebih lama lagi tanpa bayar uang sewa. Kalau kamu tidak punya uang, keluar sekarang juga!"

Purnama mengangguk pelan. "Maaf, Buk. Saya akan segera cari cara untuk bayar, tolong beri saya waktu sedikit lagi." Jawabnya dengan nada lemah.

Pemilik kost menatapnya tajam. "Aku beri kamu waktu sampai besok, kalau tidak bisa bayar juga maka barang-barangmu akan aku keluarkan."

"Jangan katakan bahwa aku tidak memberikan kesempatan kepada kamu."

Setelah mengatakan itu, Ibuk pemilik kost segera berlalu meninggalkan Purnama yang masih berdiri di pintu dengan perasaan berat.

Setelah pintu kembali tertutup, Purnama duduk di tempat tidurnya, matanya menatap kosong ke dinding.

Bukan teriakan pemilik kost atau masalah uang yang mengganggu pikirannya.

Apa yang paling mengusik hatinya adalah kenyataan bahwa semua yang dia alami barusan hanyalah mimpi.

Mimpi tentang Mumu, sosok yang selama ini mengisi pikirannya, siang dan malam.

Purnama merasa sangat kecewa. Bukan karena ditagih uang sewa, tapi karena semua keindahan yang baru saja dia rasakan hilang begitu saja.

Dalam mimpi itu, dia dan Mumu seolah berada di dunia yang hanya milik mereka berdua.

Tidak ada Kak Wulan, tidak ada almarhum Mirna, tidak ada kesulitan hidup yang menghantui Purnama setiap hari.

Namun, kini semuanya sirna, meninggalkannya dengan kenyataan pahit bahwa itu semua hanyalah khayalan.

"Kenapa harus mimpi?" Gumam Purnama sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa tidak bisa jadi kenyataan?"

Sudah lama Purnama terobsesi dengan Mumu. Bisa dikatakan, dia sekarang tergila-gila pada pria itu.

Semuanya berawal ketika Mumu mampu menyembuhkan Purnama dari cedera saat dia berada di Padukuhan Wotawati waktu itu.

Setiap hari, Purnama memikirkan Mumu, berharap bisa mendapatkan perhatian darinya.

Tapi sayangnya, segala usaha yang dilakukan Purnama selama ini seolah sia-sia.

Mumu tak pernah menggubrisnya, tak pernah menunjukkan sedikit pun ketertarikan.

Purnama telah mencoba berbagai cara. Mulai dari mengirim pesan singkat, mengajaknya bertemu. Namun, Mumu selalu menjaga jarak. Dia selalu bersikap baik, tapi tak pernah memberi Purnama harapan lebih.

Seolah Purnama hanyalah salah satu dari banyak orang yang hanya sekadar dikenal.

Bahkan nomor kontaknya diblokir oleh Mumu!

Dan yang lebih menyakitkan, baru-baru ini Purnama mendengar kabar bahwa Mumu telah menikah. Dengan seorang wanita bernama Erna.

Berita itu menghancurkan Purnama. Hatinya terasa seperti diremukkan, mengapa Mumu lebih memilih orang lain, bukan dirinya.

Bukan kah dirinya merupakan adik kandung Kak Wulan. Seharusnya dia lebih layak menggantikan posisi Kak Wulan untuk menjadi pendamping hidup Mumu dibandingkan orang lain.

“Kenapa harus Erna? Apa kurangnya aku?” Bisik Purnama, menahan rasa sakit yang menyesak di dadanya.

Dia masih teringat betapa bahagianya Mumu saat foto pernikahannya tersebar di media sosial. Mumu tampak tersenyum, sementara Erna berdiri di sampingnya, terlihat sangat bahagia.

Sejak saat itu, Purnama merasa hidupnya berubah menjadi semakin gelap.

Dia terjebak dalam dunia khayalan, membayangkan bagaimana jika dia yang berada di sisi Mumu, bukan Erna.

Mimpi-mimpi seperti yang baru saja dialaminya menjadi pelarian satu-satunya dari kenyataan yang begitu menyakitkan.

Dalam mimpi, Purnama bisa memiliki Mumu, walau hanya sesaat.

Namun setiap kali terbangun, kenyataan menghantamnya kembali.

Mumu sudah bersama orang lain, dan Purnama hanyalah bayang-bayang yang tak akan pernah diperhatikan.

Dengan penuh putus asa, Purnama meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur.

Dia membuka galeri foto dan menatap gambar-gambar Mumu yang diambil diam-diam saat mereka bertemu dulu.

Foto-foto itu adalah satu-satunya cara Purnama bisa merasa dekat dengan Mumu.

Dia menatap wajah Mumu yang tersenyum di layar ponsel, dan hatinya semakin perih.

"Aku tidak bisa terus begini..." Bisiknya. Tapi meski mulutnya mengatakan itu, hatinya tetap terpaut pada Mumu.

Purnama mencoba mengalihkan pikirannya, tapi bayangan Mumu terus menghantui.

Semua yang dia lakukan seakan selalu berujung pada satu nama : Mumu.

Setiap kali dia mencoba melupakan, mimpi seperti tadi muncul lagi, menariknya kembali ke dalam lingkaran yang sama.

"Apa aku gila?" Tanya Purnama pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Kenapa aku tidak bisa menerima kenyataan?"

Kekecewaan itu semakin lama semakin menumpuk, membentuk gunungan rasa frustrasi yang tak bisa diredakan.

Purnama tahu bahwa Mumu telah memilih jalan hidupnya sendiri. Bahwa Mumu kini bahagia bersama Erna.

Tapi, menerima kenyataan itu terasa seperti menerima kekalahan terbesar dalam hidupnya.

Purnama menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempat tidur.

Dia berjalan menuju jendela kamar, membuka tirai dan menatap ke luar. Hujan turun perlahan, seperti menambah suasana hati yang muram.

"Mungkin… aku harus melepaskan Mumu..." Gumamnya pelan, meski di dalam hatinya dia masih meragukan kata-katanya sendiri.

Pikiran Purnama terus berputar. Wajah Mumu kembali terlintas di benaknya, membuatnya merasa semakin tenggelam dalam rasa sakit yang tak kunjung reda.

"Kenapa harus Erna? Kenapa bukan aku?" Bisik Purnama dengan suara serak.

Matanya memerah, menahan perasaan yang kian menyesakkan dada.

Purnama merasa hidup ini tidak adil.

Obsesi yang dimulai dari rasa suka perlahan berubah menjadi rasa sakit yang mendalam.

Dan kini, Purnama tak bisa lagi membedakan antara cinta dan kehancuran yang menguasainya.

Saat pandangannya tertuju pada sebuah foto Mumu yang terpajang di meja, Purnama tersenyum tipis, senyum yang tidak mengandung kebahagiaan, melainkan keputusasaan.

Di foto itu, Mumu tersenyum ceria, tanpa sedikit pun tahu bahwa seseorang begitu terobsesi padanya hingga rela melakukan apa pun untuk memilikinya.

"Kalau aku tidak bisa mendapatkan Mumu..." Purnama berbicara pelan pada dirinya sendiri,

"Maka orang lain juga tidak pantas mendapatkannya." Kata-kata itu keluar dari mulutnya dengan dingin, seolah-olah itu adalah sebuah keputusan yang telah lama tertanam dalam pikirannya.

Dia bangkit dari tempat tidur, matanya kini penuh dengan tekad yang dingin.

Purnama tahu bahwa Mumu tidak akan pernah mencintainya. Namun, lebih dari itu, Purnama juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mumu mencintai orang lain.

Di dalam benaknya yang kacau, Mumu adalah miliknya—dan jika tidak bisa bersama Mumu, maka tak seorang pun boleh.

1
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
Rikarico
next
Muchtar Albantani
mumuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!