Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Rahasia
Keesokan harinya beberapa anak buah dan body guard Ferdinand telah dikumpulkan disebuah aula digedung FF sigaret, setelah disepakati sebelumnya malam kemarin, ada sekitar 33 bodyguard Ferdinand diantara ada Lois si penembak ulung, Cakra si pembunuh senyap dan Bonny si tangan besi. Mereka masing masing membawahi 10 orang anak buah.
Ferdinand terlihat berwibawa, wajahnya tampak serius dengan didampingi oleh Rangga, Wilona dan istrinya. Setelah duduk di meja yang menghadap ke 33 bodyguard yang bekerja setia padanya, lalu tidak lama membuka pembicaraan untuk pertemuan rahasia hari ini.
" Selamat pagi semua!! sengaja saya kumpulkan kalian disini tidak lain adalah untuk menyusun sebuah strategi penyerangan, seperti yang kalian lihat, bahwa akhirnya istri saya bisa kembali, semua itu berkat pertolongan dari calon menantu saya, yang juga ada didepan kalian, dia bernama Rangga, diantara ke 33 orang disini ada yang sudah terlibat uji coba saat berada diruangan saya beberapa waktu lalu, pastinya masih hafal dengan wajahnya. " Ferdinand menghentikan ucapannya sejenak memandang satu persatu bodyguard diantara banyaknya terlihat menganggukkan kepala mereka, menandakan ucapan dari Ferdinand bisa dipahami dan memang benar adanya, kalau ada pernah menguji pemuda yang bernama Rangga, tentunya sangat mengakui kehebatannya itu.
" Tapi ada hal yang memang diluar dugaan kita sebelumnya, jika dalang dari penculikan istri saya, adalah teman sekaligus yang sudah saya anggap sahabat sendiri bahkan sudah seperti keluarga. Pastinya juga kalian sangat mengenal siapa dia, apa lagi yang sudah ikut bersama saya cukup lama. " Kembali Ferdinand berbicara dihadapan mereka. Terlihat Rangga sedang mengamati wajah wajah dari keseluruhan bodyguard. Diantara ke 33 bodyguard ada beberapa yang terlihat saling menoleh lalu kembali fokus untuk mendengarkan kelanjutan ucapan Ferdinand.
" Rencananya besok kita akan melakukan penyerangan, dengan dibagi 2 team, satu team bergerak besok dengan jumlah 22 orang, yang terdiri dari 1 team tangan besi dan 1 team penembak ulung yang di pimpin oleh Bonny, selesai dari pertemuan ini, kalian harus langsung mempersiapkan diri untuk langsung berangkat ke Amerika, semua akomodasi dan lain sebagainya sudah disiapkan oleh sekertaris saya. " Kembali Ferdinand menjeda ucapannya. Melihat reaksi apa yang terlihat dari wajah mereka setelah membagi tugas dengan dibagi 2 team. Tidak ada raut sedikit pun merasa keberatan dengan intruksi dari Ferdinand. Terlihat siap untuk melakukan tugas seperti yang sudah diperintahkan.
Karena kesemua body guard sudah mengabdi cukup lama, walau memang baru kali ini ditugaskan untuk misi yang cukup berat, karena sebelumnya tidak ada permasalahan dengan siapa pun, semua berjalan baik, hanya sekumpulan pengawal yang memang sudah disiapkan khusus untuk segala kemungkinan terjadi.
" 1 team yang terdiri dari 22 orang gabungan, akan menyerang besok pada jam 10, mereka akan menyerang ke markas Alex, yaitu disebuah gudang didekat pelabuhan yang biasa mereka kumpul untuk menaikan barang barang yang akan di eksport ke Amerika bahkan ke negara lainnya. Ini akan menjadi satu intruksi dan arahan yang akan dikomandoi oleh calon menantu saya yaitu Rangga. Kita akan melakukan penyergapan di jam tersebut, karena Alex sudah berada digudang dimana dia sebelumnya akan mampir ke kantornya. Bergerak dan maju sesuai apa yang sudah diintruksikan oleh Rangga melalui handy talkie. Dan 11 orang lainnya yang diberangkatkan ke Amerika sudah standby di sekitar gedung Federico, sebelumnya saya akan meminta bantuan interpol untuk bergerak membantu dan juga untuk hal perijinan penyergapan setelah bukti kuat sudah kita berikan ke mereka. Sampai sini paham!? "
" Paham...!!! " Ucap hampir bersamaan seluruh bodyguard merespon pertanyaan dari Ferdinand.
" Jadi semua hanya menunggu instruksi saja, jangan sampai ada yang bergerak sebelum ada intruksi, terutama yang saya kirim ke Amerika, demi keselamatan kalian disana dan demi tidak terjadinya sebuah kesalahpahaman dengan pihak polisi setempat. Pastinya disetiap negara akan berbeda peraturannya. Yang mana pastinya nanti akan merepotkan kita untuk melakukan misi pembongkaran kasus penculikan istri saya. Dan kita tidak bantuan apa apa dari mereka, dimana pastinya pihak disana akan menyalahkan kita. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, jika sudah paham semua, silahkan membubarkan diri, untuk yang berangkat ke Amerika melakukan persiapan saat ini juga dan langsung berangkat, hhmm. " Ferdinand melihat jam tangan yang dikenakannya.
" Keberangkatan pesawat jam 10 pagi ini, jadi masih ada satu jam lebih untuk kalian bersiap siap dan berangkat. " Ujar Ferdinand kembali.
Ferdinand langsung berdiri dan berjalan meninggalkan aula, diikuti oleh Rangga, Wilona dan istrinya. Tak banyak yang disampaikan karena semua harus bergerak cepat, terutama yang berangkat ke Amerika hari ini. Setelah itu semua bodyguard membubarkan diri.
" Lalu apa yang akan kamu lakukan setibanya disana Rangga? " Tanya Ferdinand setelah mereka duduk diruangan Ferdinand disofa mewahnya.
" Aku akan melakukan intimidasi ke mereka setelah berhasil masuk kedalam gudang mereka, saat aku berhasil mengintimidasi mereka, sampai mereka menyerah. Aku akan tetap melakukan intimidasi sampai Alex sendiri mengakui, saat Alex mulai bercerita, harap dari salah satu dari kalian bergerak masuk dan merekam dengan video, saat mode rekam semua yang menjadi bodyguard papah hanya bantu sebagai saksi, jadi tak perlu ikut turun melumpuhkan mereka, maaf sebelumnya bukan aku merasa sombong dalam hal, hanya saja untuk mengurangi akibat yang tidak diinginkan dari pihak kita terluka dengan sia sia. " Ucap Rangga menerangkan mekanisme untuk penyergapan besok.
" Papah sangat setuju dengan apa yang kamu lakukan Rangga, pastinya papah akan bergerak dengan satu orang yang akan merekam saat Alex mengaku dan berkata yang sebenarnya, Papah jadi tidak sabar menunggu besok dan bisa mengetahui apa yang sebenarnya mendorong Federico melakukan semua ini. Aku yakin jika memang itu benar dan terbukti, pasti ada hal yang disembunyikan darinya yang papah tidak ketahui selama ini. " Ucap Ferdinand menatap lekat kearah Rangga, setelah itu meraih cangkir teh dan menyeruput teh itu pelan.
" Pah, pastinya aku ikut juga kan? Kali ini Wilona baru bersuara.
" Pasti dong, mamah juga akan ikut juga, mudah mudah semua berjalan dengan sesuai yang kita harapkan. Mendapat bukti akurat yang akan membuat Federico tak bisa mengelak. "
" Hhhmm lalu kapan kita bicara soal pernikahan? " Wilona kembali bertanya, wajahnya begitu terlihat polos. Dimana hal ini tidak perlu dipertanyakan saat pertemuan untuk membahas sebuah strategi penting.
" Rupanya anak papah sudah " kebelet ", pastinya setelah semua ini permasalahan ini selesai. Kita akan langsung membicarakan soal pernikahan kalian. " Setelah mendengar ucapan Ferdinand pipi Wilona sedikit memerah menahan malu, namun hatinya sangat merasa senang. Entahlah Rangga sudah menjadi tambatan hatinya yang tak bisa dibuang lagi. Walau perkenalan mereka hanya dalam waktu yang belum lama. Rangga hanya merespon ucapan Ferdinand dengan tersenyum, hatinya pun merasakan hal yang sama yaitu merasakan sebuah kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan lagi.
" Selain itu juga saya harus melakukan pembicaraan dengan papah ku yang bekerja di Amerika, setidaknya dia harus ikut dalam pembicaraan antara dua keluarga pastinya, syukur syukur jika bisa cuti lama sampai hari H nya jadi papah ku bisa menyaksikan aku menikah. " Ucap Rangga.
" Tuh pah, bukan aku saja yang " kebelet " Rangga juga, itu buktinya sudah bilang soal hari H saja. Padahal pertemuan dua keluarga juga belum. " Wilona rupanya tak ingin merasa malu sendiri, dia beralih alih ucapan Rangga adalah sebuah pembuktian bahwa bukan hatinya dirinya yang ingin cepat nikah, tapi Rangga juga.
Obrolan yang awalnya tentang strategi penyergapan menjadi obrolan permasalah pribadi, namun tentunya suasana yang awalnya cukup tegang berubah menjadi hangat dan penuh kebahagiaan.
" Iya memang aku ingin cepat cepat menghalalkan kamu. " Rangga tak sedikit ada rasa malu dihatinya, justru dia berbicara yang memang semua ada dihatinya. Walau pun itu didepan orang tuanya, Ingin cepat menikah dengan Wilona. Sebagai laki laki yang normal dia sering tergoda dengan kecantikan Wilona yang terpancar sempurna itu.
Rangga memang sosok yang tidak suka menyembunyikan hal yang memang itu ada di di keinginan dan hatinya, walau awalnya sempat merasa tidak percaya diri karena sosok gadis yang dicintainya kaya raya.
Bahkan tidak bersifat pura pura dalam hal apa pun, dia tidak suka dengan namanya basa basi.