gea Adisty perempuan berumur 20 tahun harus bisa menerima kenyataan kalau calon tunangan nya meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wahidah27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 02
"Hukuman untuk kalian berdua adalah keliling lapangan 10 kali!"
"What 10 kali, mana panas lagi." Protes Gea.
"Sudah ayo, nanti bisa bisa hukuman kita jadi tambah berat tau." Rini menarik tangan menuju lapangan.
Setelah beberapa kali putaran terlihat Gea sudah sedikit oyong.
"Ge wajah kamu pucat banget, istirahat saja dulu." Tutur Rini yang kwatir melihat wajah pucat Gea.
"Gak usah masih aman kok."
"Kamu yakin." Belum sempat Rini berbicara Gea sudah pingsan duluan.
"Ya ampun Ge." Teriak Rini sembari mendekati Gea yang pingsan, dari kejauhan seorang pemuda tampan datang mendekat dan langsung menggendong Gea menuju ruang UKS.
"Gimana dok, keadaan nya."
"Seperti nya dia belum sarapan." Jawab sang dokter.
"Baik lah dok, makasih sebelumnya."
"Iyh sama sama."
"Teman lu apa belum makan?" Tanya pemuda yang bernama bara itu.
"Saya kurang tau kak."
"Teman macam apa sih lu."
Rini hanya diam menunduk, sementara bara pergi meninggalkan mereka di ruang UKS.
"Ge akhirnya kamu sadar juga."
"Emang nya gue kenapa tadi?"
"Pakek nanyak lagi, kamu tadi pingsan tau."
"Pantesan kepala gue sakit banget."
Tiba tiba bata datang dengan sekantong plastik di tangan nya.
"Ini gue bawain roti."
"Roti buat apaan kak?"
"Ya buat Lo makan lah, tadi dokter bilang kalau Lo itu pingsan karena belum sarapan."
"Oh makasih kalau begitu."
"Lain kali kalau mau ke kampus itu sarapan dulu, jangan buat orang repot." Bara pun langsung pergi meninggalkan Rini dan Gea.
"Ada masalah apa sih dia?" Tanya Gea yang heran melihat sifat dingin nya bara.
"Gitu gitu tadi dia yang nolongin kamu dan bawa kamu ke sini."
"Masak Iyah,"
"Serius, kayak nya dia senior kita deh, liat aja name pack yang ada di baju nya.
"Kayak nya sih iyh, ah bodo amat lah, yang penting kita bebas dari hukuman."
"kamu sih pakek acara pingsan segala."
Setelah Gea merasa agak baikan mereka kembali ke lapangan mengikuti mos.
"Waduh sudah sembuh nih kayak nya anak orang kaya." Terdengar suara Sindi sang senior yang sangat angkuh dan sombong.
"Sudah lah Sin, jangan ada main hukum hukum yang berat, nanti kita juga yang repot." Ujar bara.
"Kok lo malah belain anak baru itu sih, bar."
"Gue bukan belain, tapi Lo mikir gak sih, gak semua nya anak anak ini fisik nya kuat, masih mending tadi dia pingsan, kalau sempat mati gimana, Lo mau tanggung jawab." Jawab bara yang agak kesel dengan Sindi yang seenak nya saja.
"Sialan gue di sumpahin mati lagi." Batin Gea dalam hati.
"Ok ok kali ini gue yang ngalah, tapi bukan berarti kalian bisa seenak nya yah."
"Iyh kak." Jawab para anak baru yang ada di lapangan.
Setelah selesai mos hari itu Gea dan Rini menuju kantin untuk makan siang.
"Eh Rin, Lo tunggu di sini yah, gue mau nyamperin kak bara dulu." Rini hanya mengangguk sambil duduk di bangku yang ada di kantin.
"Kak, makasih yah tadi kakak sudah nolongin saya."
"Iyah sama sama."
"Hmmmmm gimana kalau sebagai ganti nya, kakak aku teraktir."
"Gak usah, gue masih bisa bayar makanan gue kok!"
"Bukan gitu maksud nya kak, gue kan cuman mau mengucapkan terima kasih saja."
"Tadi kan lu sudah bilang makasih ke gue, trus apa lagi."
"Ok ok maaf, kalau gitu gue pergi dulu."
"Tunggu?"
"Iyah kak?"
"Siapa nama Lo?"
"Gea kak."
"Gue bara, dan jangan pernah panggil gue kak, karena gue bukan kakak Lo."
"Oh ok kak, maksud nya bara."
"Ya sudah sana Lo." Bara mengusir Gea.
Gea pun pergi meninggalkan bara dan kembali ke meja nya dan Rini.
"Gimana Ge?"
"Sombong banget tu cowok, kayak nya gue salah masuk kampus deh."
"Maksudnya?"
"Dari tadi gue gak ada Nemu satu orang pun yang ramah tamah, sombong sombong semua."
"Nama nya juga baru hari pertama, nanti juga kan pada kenal semua."
"Iyah juga sih, btw Lo orang mana, kita aja gak sempat kenalan dari tadi."
"Rumah ku di bandung, aku di sini tinggal sama bibi ku, di komplek blok no empat."
"Oh yang arah stasiun itu yah."
"Iyah, kamu tau kan."
"Tau kok, dekat dengan salah satu kantor papa gue."
"Maksud kamu kantor cakrawala, itu punya papa kamu."
"Iyah, itu salah satu perusahaan papa gue."
"Wah kamu orang kaya dong."
"Biasa aja tau."
Tiba tiba Sindi datang dengan teman teman nya.
"Eh siapa tadi nama Lo."
"Gea kak."
"Lo pasti tadi pura pura pingsan kan, biar hukuman Lo berdua berkurang."
"Gak kok kak, lagian buat apa gue pura pura pingsan gak ada guna nya juga."
"Alah pakek ngeles lagi."
"Udah Sin, mending Lo hukum aja lagi dia." Tutur Nia geram.
"Boleh juga ide lo."
"Ehemmm maaf nih yah kakak kakak senior gue yang cantik cantik, ini itu sudah selesai masa mos nya, jadi kalian gak ada hak buat hukum kita lagi." Gea berdiri dan berhadapan langsung dengan Sindi.
"Lo nantangin gue."
"Sorry nih yh kak, bukan nya gue mau nantang atau apa lah, tapi kalau kelakuan kalian kayak gini lagi, gue gak akan segan segan buat lapor ke dosen."
"Oh sekarang Lo sudah berani mengancam gue." Sindi semakin emosi.
"Bukan mengancam tapi hanya mengingat kan saja, ayo Rin kita pergi dari sini." Gea menarik tangan Rini dan pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Sialan, baru masuk saja sudah berani sama gue, awas saja Lo, gue gak akan biarin Lo bisa betah kuliah disini." Ancam Sindi sembari mengepalkan tangan nya, sementara kedua teman nya itu hanya bisa menenangkan Sindi dengan mengelus pundak nya.