"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Keesokan harinya, “ugh,” Dean terbangun di ranjangnya, dia duduk kemudian menoleh ke samping, dia melihat Layla yang berbaring di sampingnya dan menghadap ke arah dirinya.
“Sudah bangun ?” tanya Layla.
“Sudah, rencana lo hari ini apa ?” tanya Dean.
“Belum tahu, setelah mendengar ucapan Harris dan Rena kemarin....gue ga ngerti harus ngapain hari ini, gue pengen tidur aja kali ya seharian di kamar ini,” jawab Layla.
“Hmm....sebenernya gue sendiri juga bingung mau ngapain....boleh gue ke kontrakan lo ?” tanya Dean.
“Hah...mau ngapain ke kontrakan gue ?” tanya Layla kaget.
“Yah liat liat aja, ga ada kerjaan kan, lo juga boleh kok kalau mau liat kos gue,” jawab Dean.
Layla berpikir sejenak, dahinya terlihat mengerut dan alisnya menyatu di tengah, kemudian dia bangun dan duduk di ranjang melihat ke arah Dean,
“Ya udah, boleh aja,” ujar Layla.
“Ok, siap siap aja dulu, sekarang udah jam 9, udah siang, kalau masih kerja sih telat parah nih haha,” balas Dean.
“Hehe bener banget,” balas Layla.
Keduanya terdiam kembali, Dean kembali berbaring di ranjang kemudian menopang kepalanya dengan kedua tangannya yang ke atas dan Layla juga berbaring di ranjang dengan posisi miring menghadap Dean.
“Kok lo ngeliatin gue ?” tanya Dean.
“Yah...daripada liatin meja,” jawab Layla tersenyum.
Dean pun berbalik menjadi posisi miring menatap Layla di depannya, wajah Layla mulai memerah dan dia berbalik menjadi posisi terlentang,
“Lo ngapain juga ngeliatin balik,” ujar Layla.
“Hehe bales,” balas Dean.
“Mau ?” tanya Layla menoleh melihat Dean.
“Enggak dulu,” jawab Dean yang langsung bergerak duduk kembali.
“Iya bener, enggak dulu,” tambah Layla.
“Sori gue masih kepikiran ucapan Rena dan Harris kemarin,” ujar Dean.
“Gue ngerti, gue juga gitu,” balas Layla.
“Ayo deh, kita ke kontrakan lo,” ujar Dean berbalik dan turun dari ranjang.
“Mandi duluan aja, gue tiduran dulu bentar lagi,” balas Layla.
“Ok gue duluan,” balas Dean.
Dean berjalan sambil meregangkan tubuhnya menuju ke kamar mandi, sementara Layla masih berbaring terlentang di atas ranjang. Namun pikiran keduanya memikirkan hal yang sama,
“Setelah di sindir habis habisan ama Rena dan Harris kemarin soal begituan di tambah tawaran main film lagi yang seakan akan meledek, bagaimana bisa gue lakukan itu sekarang,” ujar keduanya di pikiran mereka.
Setelah keduanya siap dan sudah berganti pakaian dengan rapi, “klek,” Dean membuka pintu kamarnya, tapi Hans dan Al sudah berdiri di depan pintu.
“Boleh tahu kalian mau kemana ?” tanya Hans.
“Aku dan Layla mau ke kontrakan Layla, kenapa ? tidak boleh ?” tanya Dean.
“Berdua ?” tanya Al.
“Ya, berdua,” jawab Dean.
Hans menoleh melihat Al yang juga melihat balik, kemudian keduanya kembali menoleh melihat Dean dan Layla di depan pintu,
“Baiklah, kami akan antar tuan muda dan tuan putri,” ujar Hans.
“Ok, ayo turun,” balas Dean.
Keduanya keluar dari kamar dan berjalan menelusuri koridor ke arah lift di kawal oleh Hans dan Al di belakang mereka. Setelah turun sampai di loby, keduanya menunggu Hans yang mengambil mobil, di teras mobil di kawal oleh Al di belakang mereka. Setelah Hans sampai, Dean dan Layla masuk ke dalam mobil bersama Al. Setelah itu mereka pergi melintasi kota menuju ke kontrakan Layla. Sepanjang perjalanan Dean dan Layla diam saja, mereka hanya menoleh melihat suasana kota dari balik jendela.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah perumahan setelah pertokoan dan berhenti di sebuah rumah petak dan mungil di ujung jalan. Mobil berhenti dan keduanya turun, Dean menatap bangunan di depannya,
“Oh jadi ini kontrakan lo ?” tanya Dean.
“Iya, ayo masuk,” jawab Layla sekaligus mengajak masuk.
Layla mengambil kunci dari dalam tasnya dan membuka pintunya, dia berjalan masuk di susul oleh Dean di belakangnya, kemudian Dean berbalik,
“Lo berdua, tunggu sini dan jangan masuk, kita ga akan lama,” ujar Dean.
“Siap tuan muda,” balas Hans dan Al bersamaan.
“Klap,” Dean menutup pintu, setelah berbalik, dia melihat suasana di dalam kontrakan Layla, ternyata kontrakan Layla benar benar kontrakan petak yang tidak memiliki kamar, ada kamar mandi dan dapur namun tidak ada pembatasnya. Di dalam hanya ada sebuah lemari besar, sebuah ranjang berukuran queen size, sebuah kulkas, televisi dan sebuah meja design. Setelah berkeliling, Dean duduk di sisi ranjang persis di sebelah Layla yang termenung,
“Kenapa ?” tanya Dean.
“Enggak, tiap kali masuk kesini, gue inget Anton, gue ngabisin waktu ama dia selalu di kontrakan gue,” jawab Layla.
“Gue ngerti,” balas Dean.
“Tapi gue ga bisa begini, setelah merenung semalaman gue sudah ambil keputusan, lebih baik bagi Anton kalau dia berpisah dari gue, bukan berarti gue tidak mencintainya lagi, justru sebaliknya, gue ga mau dia kenapa napa karena bersama gue, jadi gue berencana hari sabtu nanti, gue akan katakan semuanya ke keluarga Anton dan minta maaf pada mereka,” ujar Layla.
“Itu bagus,” ujar Dean.
Dean langsung terdiam dan merenung, tiba tiba Layla menyenderkan bahunya ke bahu Dean dan mulai menitikkan air mata, Dean mengangkat tangannya dan merangkul Layla di sebelahnya. Dia membiarkan Layla menangis tersedu sedu di pelukannya dan melampiaskan semua yang ada pada nya. Setelah Layla tenang beberapa menit kemudian, mereka bergeser menjauh sedikit lagi. “Tek,” tiba tiba kaki Dean menyentuh sesuatu, dia menunduk dan melihat ke kolong ranjang, tangannya masuk untuk meraih sesuatu dan menariknya keluar.
Ternyata yang di ambil Dean adalah sebuah topeng kupu kupu berwarna pink dan berbulu putih, Dean memegang topengnya dan kembali duduk di sebelah Layla, dia tersenyum melihat topeng milik Layla.
“Lo masih simpen topeng ini ?” tanya Dean.
Layla menoleh, dia melihat Dean sedang memegang topeng miliknya, Layla mengusap air matanya yang tersisa dan mengambil topengnya dari tangan Dean. Tentu saja Dean menoleh dan dia kaget melihat Layla memakai topengnya sambil tersenyum,
“Bisa bantu gue menghapus kenangan di sini ? gue pake topeng ini hehe,” ujar Layla.
“Dengan senang hati,” balas Dean.
Keduanya langsung berpelukan dan berciuman, mereka merebahkan tubuh mereka ke ranjang dan mulai saling melucuti pakaian mereka, kecuali topeng yang di pakai Layla. Setelah selesai bertempur dan membersihkan tubuh mereka bersama sama, keduanya kembali keluar dari kontrakan Layla.
“Al, tolong pindahkan semua barang di sini kecuali ranjang ke rumah baru nanti,” ujar Layla kepada Al.
“Baik tuan putri,” balas Al.
“Kenapa kecuali ranjang ?” tanya Dean.
“Karena gue udah move on dan hanya ranjang itu milik rumah ini,” jawab Layla tersenyum.
Dean tidak membalas, namun dia tersenyum melihat Layla yang sudah tersenyum lagi walau masih menyisakan sedikit kesedihan di matanya.