Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Kekhawatiran
Brata berjalan mendekat, tatapannya tajam dan penuh amarah. "Di mana dia?" Suaranya terdengar berat dan dingin. Semua pria yang berdiri di tepi tebing sontak tegang mendengar pertanyaan tersebut. Pandangan mereka tertuju ke arah air laut yang bergejolak di bawah sana.
"Jadi, apa yang terjadi?" suara Brata terdengar dingin dan penuh tuntutan.
Salah satu anak buahnya menelan ludah, mencoba menahan rasa takutnya. "Tuan, gadis itu ... dia jatuh ke laut. Kami tidak bisa memastikan dia masih hidup."
Brata terdiam sejenak, mengatupkan rahangnya, ekspresi wajahnya semakin kelam, tetap berdiri di tepi tebing, tatapannya terfokus pada lautan di bawah yang terlihat tenang namun menyimpan kemungkinan besar. Napasnya berat, penuh amarah yang tertahan.
“Kalau sampai dia lolos …” gumamnya pelan namun penuh ancaman, cukup jelas untuk membuat anak buah di dekatnya merasa ciut. "Semua akan hancur kalau dia mati sebelum waktunya." Wajahnya mengeras. "Bawa orang untuk menyisir sepanjang garis pantai. Kalau dia masih hidup, temukan dia! Sekarang!"
"Ba-baik, Tuan," jawab salah satu anak buahnya dengan suara gemetar.
Tanpa membuang waktu, pria di dekat Brata memberi isyarat kepada beberapa orang lainnya untuk segera turun dan mulai menyisir area sekitar. Mereka bergerak cepat, tak ada yang berani membantah atau menunda perintah.
Brata melirik ke arah laut yang bergelora, seolah mencari jejak keberadaan gadis itu. Ia menggerutu, wajahnya memerah karena marah dan frustrasi. "Sial!" gumamnya pelan, kepalan tangannya bergetar. Rencana yang telah ia susun selama bertahun-tahun, setiap langkah licik dan tipu daya, akan sia-sia jika gadis itu benar-benar mati.
***
Pak Hadi mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan Zion, seperti biasa dengan sikap tenang dan penuh hormat. Setelah dipersilakan masuk, ia melangkah maju dengan wajah datar, tanpa ekspresi yang berlebihan. "Ada apa, Tuan? Apakah ada tugas penting yang perlu saya selesaikan?" tanyanya, suaranya tenang namun tegas.
Zion menghela napas panjang, tampak berat. Ia berpaling sejenak, menatap keluar jendela sebelum berbalik menghadap Pak Hadi. "Tolong bantu John menyelidiki perusahaan ekspor-impor milik keluarga Cahyono, yang sekarang dikelola oleh Brata," ucapnya, nadanya tak lagi penuh kepastian seperti biasa, seakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Pak Hadi mengangkat alis tipis, sedikit terkejut mendengar nama Brata disebut. Namun, ekspresi wajahnya tetap tenang. "Kalau boleh saya tahu, Tuan, mengapa tiba-tiba Anda ingin menyelidiki perusahaan itu?" tanyanya dengan suara rendah tapi jelas, menyiratkan keseriusan.
Zion terdiam sejenak, menghela napas panjang sekali lagi, seakan mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Bapak tahu sendiri, John memiliki investasi yang cukup besar di perusahaan itu. Tapi ... bukan hanya itu ... John telah melindungi istri dan anakku selama aku jauh dari mereka,. Ello, juga sangat berarti bagi istriku. Perusahaan itu dulu milik keluarga kekasihnya, dan sejak tragedi kecelakaan yang menimpa mereka, banyak yang terasa janggal."
Pak Hadi mendengarkan dengan cermat, matanya sedikit berkilat mendengar pernyataan Zion.
"John mencurigai ada sesuatu yang salah, aktivitas yang terindikasi melanggar hukum di perusahaan itu. Jika hal ini benar, bukan hanya reputasi yang akan rusak. Ello, yang sudah melalui banyak hal, bisa saja ikut terseret masalah ini. Aku tak ingin dia terluka lebih dari yang sudah dia alami," Zion melanjutkan dengan nada khawatir yang samar namun jelas.
Pak Hadi tetap berdiri tegak, matanya berkilat sesaat mendengar penjelasan Zion. "Apakah Tuan menginginkan penyelidikan mendalam, atau hanya verifikasi awal?" tanyanya dengan ketenangan seorang profesional yang sudah lama berpengalaman.
Zion menatap Pak Hadi dengan serius. "Selidiki semuanya. Jika benar ada kegiatan ilegal yang melibatkan Brata, kita harus mempersiapkan langkah ke depan. Aku tidak ingin ini berlarut-larut, dan aku tidak ingin John dan Ello terjebak lebih jauh."
Pak Hadi mengangguk, memahami keseriusan situasinya. "Baik, Tuan. Saya akan segera memulai penyelidikan," jawabnya, lalu berbalik meninggalkan ruangan.
Zion menatapnya pergi, pikirannya masih berputar dengan kecemasan. Di balik ketenangannya, Zion memikirkan apa yang akan terjadi pada Ello jika kebenaran tentang perusahaan itu terungkap.
***
Ello nampak serius saat memeriksa seorang anak di ruang praktiknya. Dengan teliti, ia memberikan resep dan menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti oleh orang tua si anak. Senyumnya yang ramah dan penuh perhatian membuat pasien kecilnya merasa lebih tenang.
Usai memeriksa pasien terakhirnya, Ello bersiap untuk pulang. Ia melangkah keluar dari ruang praktik dan menyusuri koridor rumah sakit yang tenang. Namun, langkahnya terhenti saat ia mendapati sosok Angga berdiri di depan ruang pemeriksaan.
“Angga?” Ello menyapa, terkejut melihat sosok sahabatnya itu. Ada sorot kekhawatiran di matanya. “Kau di sini untuk cek up rutin, 'kan?” tanyanya, berharap kunjungan Angga ke rumah sakit bukan karena ada masalah kesehatan.
Angga mengangguk, tersenyum kecil. “Iya, aku baru saja selesai pemeriksaan. Ternyata hasilnya baik, cuma butuh kontrol lagi beberapa bulan ke depan.” Momen seperti inilah yang membuat Angga merasa dekat dengan Ello. Sorot mata penuh perhatian dari dokter pediatri itu membuatnya merasa benar-benar dipedulikan.
Ello merasa lega mendengar berita itu. “Syukurlah! Aku harap kau menjaga kesehatan, ya. Jangan sampai terlalu stres.”
"Tentu saja, aku akan menjaga kesehatanku dengan baik," sahutnya dengan senyum hangat. Pria yang pernah bersikap dingin pada semua orang akibat pengkhianatan dari mantan kekasihnya itu kini tampak benar-benar berubah. Terapi yang ia jalani, ditambah persahabatannya yang erat dengan Ello selama delapan tahun, berhasil mengembalikan kehangatan yang lama hilang dari dirinya.
Angga tiba-tiba menatap Ello dengan penuh semangat. “Eh, kamu udah selesai praktik, 'kan? Bagaimana kalau kita mampir ke toko kue Elin? Aku ingin makan kue lapis yang dia buat.”
Ello mengangkat alisnya, merasa ada yang menarik dari ajakan itu. “Toko kue Kak Elin, ya? Berani juga kau mau bertemu kakakku? Jangan-jangan kau naksir dia?”
Angga langsung berdecak, terlihat sangat tidak setuju. “Mana berani aku naksir Elin! Zion 'kan suaminya. Aku tak mau menginjakkan kaki di tempat berbahaya. Itu sama saja cari masalah!”
Ello terkikik, menepuk bahu Angga sambil menahan tawa. “Kamu ini lucu. Takut banget sama kakak iparku, seolah dia monster saja.”
Angga mendengus, geleng-geleng kepala. “Kakak iparmu itu memang seram, Ell. Apalagi ada Pak Hadi di belakangnya. Dia seperti penjaga bayangan yang siap muncul kapan saja.” Angga menghela napas panjang, seolah membayangkan betapa berbahayanya sosok itu.
Ello tersenyum tipis. "Pak Hadi memang loyal, tapi dia cuma melindungi keluarga. Kamu aman selama nggak cari masalah," ujarnya, masih terselip nada bercanda.
Namun sesaat kemudian Ello melirik Angga dengan sorot mata penuh selidik. Ada senyum kecil yang tersungging di bibirnya, namun sorot matanya mencerminkan kecurigaan yang menggoda. “Jangan-jangan, kamu ingin ke toko kue kakakku karena naksir sama Dona, karyawan Kak Elin itu, ya?” tanyanya sambil menaikkan alis, matanya berbinar nakal. Ello memperhatikan reaksi Angga dengan cermat, seolah mencoba mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik senyum sahabatnya itu.
Angga tertawa kecil, wajahnya tampak merona. “Siapa tahu cocok, 'kan? Dona itu baik dan sederhana. Dan yang terpenting, dia belum menikah!”
Ello menyeringai, senang melihat Angga yang lebih ceria. “Wah, kalau begitu, aku harus jadi mak comblang kalian! Mari, kita lihat seberapa cepat kamu bisa berkenalan dengan Dona.”
Dengan penuh semangat, mereka berdua melanjutkan langkah menuju toko kue, suasana di antara mereka terasa lebih ringan dan penuh harapan.
Ello merasa senang melihat Angga yang dulunya hipers3ks kini telah sembuh setelah menjalani terapi. Angga sudah berhasil move on dari mantan pacarnya yang menjadi penyebab semua itu, bahkan sudah memaafkan wanita itu. Namun, sayangnya sampai saat ini, ia belum menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pendampingnya. Di sisi lain, Ello sendiri masih sulit untuk move on dari Diana, sama seperti Ziel, keponakan kecilnya, yang terus yakin bahwa Diana akan kembali. Keduanya terjebak dalam harapan dan kenangan yang membuat mereka sulit melanjutkan hidup.
Ello menatap layar ponselnya yang memunculkan pesan baru. Sesaat, wajahnya tampak redup. Sorot matanya melembut, menyiratkan kesedihan mendalam saat melihat tanggal hari ini di sudut layar.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued