NovelToon NovelToon
Diary Aluna

Diary Aluna

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Phatel

Aluna adalah gadis yang tumbuh di keluarga sederhana. Kesehariannya kerap kali diwarnai dengan cemoohan dan makian dari keluarganya sendiri.

Bagaimana ia menghabiskan hari-harinya yang penuh air mata?

Semuanya ia luapkan dalam Diary yang ia simpan baik-baik dalam lemari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phatel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baju Baru Dari Ayah

"Jadi ini nanti kamu kasih sama kakak kamu, ya!" Aluna menerima amplop berisikan uang dari ayahnya. "Terus ini juga. Ini baju lebaran kakak kamu. Ini juga sendal dan tas buat kakak kamu." lanjut sang ayah menyerahkan beberapa kantong plastik.

Aluna menerima semua itu dengan senang hati. Hari ini, ia dan neneknya mendapat amanah dari sang ayah untuk mengantarkan daging, uang THR, dan pakaian lebaran untuk Alia yang berada di kampung halaman almarhumah ibu mereka. Rencananya mereka akan berangkat pada sore hari nanti, karena mereka akan menginap selama dua hari di sana. Setelah semua ia terima, Aluna menampilkan senyum terbaiknya. Siap untuk menerima jatah miliknya.

Sang ayah kemudian tersenyum mengerti akan apa yang diinginkan sang putri bungsu. Pria yang kini telah berusia 48 tahun itu mengambil dua kantong plastik berisi pakaian, tas, dan sendal untuk putri bungsunya. "Nah, kalau yang ini untuk anak bungsu kesayangan ayah." ucapnya seraya mengusap lembut kepala gadis itu.

"Waaah. Terimakasih ayah sayang." Aluna memeluk erat sang ayah mengungkapkan terimakasihnya. "Warna biru kan, yah? Sesuai yang aku pesan waktu itu?" tanyanya. Gadis itu begitu bersemangat dan tak sabar untuk segera unboxing pemberian dari ayahnya.

"Iya dong. Kan udah di-request, masa ayah beli warna yang lain." jawab ayahnya seraya mengelus-elus kedua sisi kumisnya. Pria itu tertawa melihat tingkah lucu Aluna yang terkagum-kagum melihat baju Blouse lengan pendek berwarna biru model balon pada bagian dada dan bahan karet di bagian perut. Ayahnya seolah tau betul model kekinian untuk bocil SD seperti Aluna. Selanjutnya, Aluna membuka bungkus plastik pada celana ponggol berwarna Navy yang hanya sepanjang lututnya. Aluna sengaja tidak mencoba pakaian barunya, karena ia hanya akan memakainya tepat pada hari lebaran nanti.

Gadis itu kemudian mulai melihat sandal dan tas miliknya yang juga berwarna senada dengan baju barunya. Tas selempang ukuran dompet untuk menyimpan uang THR pada hari lebaran nanti ia kenakan bersamaan dengan sandal Eiger kesukaannya. Ia sengaja meminta sandal merek tersebut agar lebih tahan lama dan bisa ia pakai dalam acara dan keadaan apapun.

Aluna kemudian membuka kantong plastik yang berisikan tas sekolah miliknya. Entah mengapa, Aluna seperti kurang tertarik dengan model tas ransel yang dipilihkan sang ayah untuk dirinya. Ia kemudian memasang wajah memelasnya untuk minta mengganti tas miliknya dengan tas milik sang kakak.

"Aku boleh ganti tasnya sama punya kak Alia gak, yah?" tanya Aluna manja.

Kening sang ayah berkerut mendengar pertanyaan si anak bungsu. "Loh, kenapa? Kan kamu belum lihat model tas punya kakak kamu seperti apa." ujar ayahnya.

"Coba aku buka dulu deh. Kalau aku sukanya yang punya kak Alia, aku tukar aja boleh kan?" pintanya lagi sambil bergelayut manja di lengan kekar ayahnya.

"Boleh dong. Sepatunya juga kalau kamu suka boleh ditukar. Tapi ini ukurannya ayah udah beli sesuai ukuran masing-masing. Jadi kayaknya, udah gak bisa ditukar lagi." terang sang ayah.

Senyum rekah menghiasi wajah manis gadis itu. Buru-buru ia buka kantong plastik khusus untuk perlengkapan sekolah milik kakaknya dan merasa bahwa model dan motif tas milik sang kakak jauh lebih keren daripada miliknya. Kemudian ia tukar miliknya dengan tas yang awalnya akan diberikan pada kakaknya.

"Sudah ya, jangan dibongkar lagi punyanya kakak. Sayang nanti dia sedih, dikira nanti ayah ngasih bekas pakainya Amel."

Aluna mengangguk singkat dan kembali memeluk laki-laki yang begitu mirip dengan kakaknya tersebut. "Makasih ya, yah. Saaaayang ayah." Cup. Tak lupa Aluna mengecup sekilas pipi tirus ayahnya. Membuat pria itu tersenyum senang atas perlakuan manja putrinya.

Dari kejauhan, Amel melihat hal itu dengan tatapan iri. Sejak beranjak remaja dan kini sudah duduk di bangku kelas XII, ayahnya tak pernah lagi membawa oleh-oleh untuk dirinya. Jangankan pakaian untuk hari kemenangan nanti, perlengkapan sekolah sekedar tas dan sepatu saja tak pernah lagi ia dapat. Selalu ayahnya hanya menyerahkan uang tunai untuk kemudian ia belanjakan sendiri dan membeli sendiri barang-barang yang ia butuhkan. Padahal, untuk remaja seusianya, tidak ada salahnya jika sang ayah masih memberikan perhatian walau hanya dengan membelikan sebuah pena sekalipun. Tentu akan sangat berarti bagi Amel.

***

Ketika pagi ini sang ayah melabuhkan kapal di pelabuhan, segera anak buahnya yang berada di daratan memberitahukan bahwa ibu dan kedua putrinya telah diboyong oleh adik bungsunya untuk tinggal bersama di rumahnya yang baru selesai dibangun. Awalnya, pria bernama Aris Pratama tersebut sangat marah. Ia yang cukup tahu bagaimana tabiat asli sang adik, begitu keberatan ibu dan anak-anaknya tinggal di rumah adiknya tersebut, karena wanita itu selalu bersikap Bossy dan kerap kali memperlakukan ibunya sendiri sebagai ART. Ia takut jika kedua putrinya akan diperlakukan serupa, sementara usia mereka masih sangat belia dan masih senang-senangnya untuk menghabiskan waktu bermain dengan teman.

Namun nek Siti, ibu kandung dari pak Aris, sekaligus nenek yang telah membantu membesarkan dan merawat Amel dan Aluna sedari bayi, begitu kekeuh untuk menetap di rumah anak bungsunya. "Biar kamu bisa menabung dan membangun rumah, Ris. Sayang uangnya tiap tahun cuma dipakai buat bayar kontrakan terus." ujar nek Siti memberikan pengertian pada putra sulungnya, ketika akhirnya sang putra langsung menghampiri sang ibu ke kediaman adiknya, Nur.

"Tapi Aris baru saja memperpanjang sewa rumah itu dua bulan yang lalu untuk tiga tahun ke depan, Bu. Kenapa langsung main pindah? Kan sayang uangnya yang sudah Aris bayarkan, mana bisa diambil lagi." nada pak Aris sedikit meninggi pagi itu, ia merasa begitu kecewa atas keputusan ibunya. Namun tak mungkin baginya untuk membawa anak-anaknya kembali ke rumah kontrakan tanpa membawa serta sang ibu. Otomatis tidak akan ada yang bisa membantunya untuk menjaga kedua putrinya yang telah beranjak dewasa itu jika ia kembali bertugas.

"Udah lah, yah. Kan uang ayah banyak. Jadi gak rugi juga lah. Iklas-in aja! Kan nanti rezeki ayah pasti lebih banyak lagi dari sebelumya. Anggap aja sedekah." Amel juga begitu kekeuh membela sang nenek. "Amel lebih suka disini, tinggal sama Tante Nur, Om Nurman, Devan, dan Fera. Lebih rame ya lebih seru tau, yah." jelasnya lagi mencoba meyakinkan sang ayah.

Mau tidak mau akhirnya sang ayah menyetujui saja kehendak ibu dan putri sulungnya. Toh yang akan menetap adalah mereka, sedangkan dirinya akan kembali pada tugasnya esok hari. Dan memang ia sama sekali tak pernah menghabiskan waktu berlebaran bersama keluarganya di rumah. Jadi, mungkin tidak ada salahnya menuruti dua wanita yang disayanginya itu.

***

Aris menghampiri putri sulungnya yang tengah menyetrika pakaian di ruang tamu seraya menonton Televisi. "Amel." sapanya pada gadis remaja itu. Amel menoleh sejenak pada ayahnya, namun mengingat ia tidak dibelikan apa-apa oleh sang ayah, gadis itu mengalihkan pandangan dan kembali fokus pada kegiatannya.

"Ini, kamu beli aja baju lebaran sesuai yang kamu mau ya! Karena ayah gak tau, model dan warna apa yang kamu sukai. Jangan lupa beli perlengkapan sekolah kamu juga. Kan, seminggu setelah lebaran kalian langsung masuk sekolah lagi." ujarnya menyodorkan beberapa lembar uang merah.

"Makasih." jawabnya ketus. Usia yang sudah remaja seolah merenggangkan hubungan antara ayah dan anak itu. Tak ada interaksi manja seperti Aluna tadi, sang ayah segera pergi ke kamar untuk beristirahat. Dan Amel hanya menggeletakkan uang yang baru saja diberikan ayahnya di sembarang tempat. Tak ada tampang antusias sama sekali.

Dalam hati, ia begitu sedih karena seolah sang ayah membeda-bedakan dirinya dengan adik-adiknya. Terlebih Aluna, gadis cilik itu selalu saja mendapatkan apa yang tidak pernah Amel dapatkan. Dan hal itu, cukup membuat Amel semakin memupuk benci dan dendam di hati terhadap adik kecilnya itu.

"Awas aja kamu Luna. Aku gak akan biarin kamu pakai baju lebaran dari ayah tahun ini." geram gadis itu membanting setrika yang ada di tangannya.

¤¤¤

Bersambung

1
Mutiara 123
kok papa amel gak hadir harusnya kn jdi wali , lebih di bikin seru papa aluna marah gitu liat anaknya di gituin,,,
Mutiara 123
hla sdh 2 thn kemudian kok si aluna masih ttp kls 5 sd ya thoor,,
DiPhatel: iya kah? Waduhh, makasih ya kak. nnti coba saya revisi lgi
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
baju baru alhamdulillah.. tuk dipakai di hari raya.. 🎶🎶
DiPhatel: fufufufu. Jarang" ini Aluna dpat baju baru loh
total 1 replies
🌸𝗢𝗹𝗶𝘃𝗶𝗮 🍾⃝ ͩSᷞʜͧᴇᷡᴀ🌸
𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐥𝐨𝐡 😭 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐠𝐢𝐧𝐢
DiPhatel: makasih ka udh mampir
total 1 replies
☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥
aku mampir
DiPhatel: makasih kaaa
total 1 replies
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hallo aris
DiPhatel: Hai kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 Ig@Fanie_liem09
pocipan mampir ..
yu slg follow
nanti aku akan masukan kalian ke gc Cmb ya...
yu slg belajar mksh
DiPhatel: makasih kakak
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
DiPhatel: Makasih kakaaa
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
rapi.. not bad lah
DiPhatel: Makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!