NovelToon NovelToon
Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Harem / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.

Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.

Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.

Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir Seleksi.

Aku tersenyum malu, merasakan sedikit canggung setelah semua ini terjadi. "Ehem..." Aku pura-pura batuk untuk menghilangkan rasa malu yang semakin terasa.

Darian, meskipun wajahnya penuh lebam dan bengkak, tampaknya salah paham. Dengan ekspresi serius yang agak berlebihan, dia berkata, "Raja, apakah Anda ingin saya membunuh orang-orang lemah ini?" Dia sudah berdiri, mengangkat pisaunya dengan niat yang jelas, siap untuk bertindak.

"Itu tidak perlu," jawabku cepat, tanganku sedikit terangkat sebagai tanda untuk menghentikannya.

"Kenapa?" Darian bertanya tanpa ragu sedikit pun, matanya berkilat tajam. "Mereka adalah orang-orang lemah, tidak pantas untuk hidup."

Aku menatapnya tajam, suara dingin keluar dari bibirku, menciptakan atmosfer yang segera terasa berat. "Darian, apakah kau mempertanyakan kata-kataku?"

Dalam sekejap, Darian langsung berlutut lagi, kepalanya tertunduk dalam, matanya tak berani menatapku. "Saya tidak berani, Raja." Namun, senyuman tipis masih menghiasi wajahnya yang babak belur. Di pikirannya, aku tahu, dia merasa bangga bahwa aku mengingat namanya—itu sudah cukup untuknya.

Aku mendesah pelan, menahan rasa kesal yang muncul. "Membunuh mereka memang mudah, Darian, tetapi itu hanya akan membuang permata yang belum diolah. Lebih baik kita pahat mereka, agar suatu hari nanti mereka bisa menjadi sesuatu yang berharga."

Darian menatapku dengan mata penuh rasa kagum, meski darah menetes dari sudut bibirnya. "Seperti yang diharapkan dari Anda, Raja. Raja sejati memang bijaksana."

Aku mengangkat alis, merasa terganggu dengan panggilan itu. "Sebutan itu mengganggu. Panggil saja aku Ronan, atau jika kau mau, Tuan Muda."

"Tuan Muda," Darian segera mengulang, patuh.

Aku mengangguk, merasa lebih nyaman dengan itu. "Itu lebih baik." Senyum kecil muncul di bibirku sebelum aku melangkah mendekati Lirae, yang sedari tadi berdiri tenang di belakang, memperhatikan dengan ekspresi penuh ketenangan. "Pisaumu," kataku, sambil mengulurkan pisau kecil yang tadi kupinjam darinya.

Lirae hanya tersenyum lembut dan menggeleng. "Itu tidak perlu. Sesuai kesepakatan kita, kau sudah menang. Pisau itu kini milikmu."

Aku terdiam sejenak, lalu mengangkat bahu. "Kalau begitu, aku akan menyimpannya." Aku memasukkan pisau kecil itu ke dalam saku mantelku, merasa sedikit aneh dengan perubahan kepemilikan yang tak terduga ini.

Di tengah suasana tenang itu, sosok pria bertopeng hitam muncul, berjalan mendekat dengan langkah mantap seperti bayangan yang menyelinap di antara kegelapan. "Kau lagi," kataku santai, mengenalinya dengan mudah.

Pria bertopeng itu tidak menjawab, hanya membungkuk hormat sebelum melangkah menuju Darian. "Apakah kau menyerah dalam seleksi ini?" tanyanya singkat dengan nada dingin, seolah segala hal adalah formalitas yang harus diselesaikan.

"Tentu saja," jawab Darian tanpa ragu, meskipun wajahnya masih bengkak dan dipenuhi luka. "Tuan Muda adalah pemenangnya."

Pria bertopeng itu mengangguk pelan, kemudian beralih menanyai para peserta lain yang tergeletak di tanah. Pertanyaan yang sama diulang kepada mereka, dan satu per satu, mereka semua menjawab bahwa mereka menyerah, tidak ada perlawanan tersisa.

Akhirnya, pria bertopeng itu beralih pada Lirae. "Apakah kau juga menyerah?"

Lirae, dengan senyum tenang dan anggun, menjawab singkat, "Aku menyerah."

Pria bertopeng itu mengangguk sekali lagi, sebelum berdiri tegak dan mengumumkan, "Dengan demikian, pemenang seleksi ini adalah Tuan Muda Ronan," ucapnya dengan nada hormat, suaranya menggema di antara pepohonan, seolah memberi penghormatan pada hasil akhir.

Darian tersenyum lebar mendengar pengumuman itu, matanya berbinar seolah-olah ia baru saja mendengar kabar paling menggembirakan dalam hidupnya. Namun aku merasakan sesuatu yang tidak beres. "Tunggu, bukankah seharusnya ada sepuluh peserta?" tanyaku dengan nada sedikit bingung. "Artinya masih ada satu orang lagi."

Pria bertopeng itu menatapku tanpa ekspresi yang terlihat di balik topengnya. "Anda adalah peserta terakhir yang bertahan. Orang terakhir telah menyerah tepat saat Anda memenangkan pertarungan dengan Darian," jelasnya, seolah dia sudah mengetahui semua yang terjadi tanpa sedikit pun kebingungan.

Aku mengangguk pelan, menyadari situasi ini. Yang tersisa hanyalah peserta wanita yang sebelumnya mencemooh orang-orang yang jatuh karena aura instruktur. Namun, dia tidak terlihat di antara orang-orang yang sudah dijatuhkan oleh Darian. Wanita itu, bersama Darian, adalah dua orang yang sebelumnya menyombongkan diri.

"Tuan Muda, karena Anda sudah memenangkan seleksi ini, silakan kembali," ucap pria bertopeng itu dengan formalitas yang tak tergoyahkan.

Aku mengerutkan dahi, masih merasa ada yang belum terjelaskan sepenuhnya. "Bagaimana caranya aku keluar dari sini?" tanyaku, teringat rumor bahwa Night Forest takkan membiarkan siapa pun keluar dengan mudah.

Pria bertopeng itu tersenyum samar di balik topengnya, tangannya merogoh kantong dalam jubahnya dan mengeluarkan beberapa botol kecil berisi cairan jernih. "Anda adalah pemenangnya. Saya tidak tahu bagaimana Anda akan keluar, namun kami hanya perlu membuat diri kami tak sadarkan diri. Ketika itu terjadi, kami akan kembali ke luar hutan."

Dia menyerahkan botol-botol itu kepada Darian, Lirae, dan peserta lain yang masih tersisa. "Air ini mengandung sihir bius. Minumlah, dan kalian akan keluar dari hutan ini dengan sendirinya." Ucapnya dengan nada tenang.

Pria bertopeng itu sendiri dengan cepat meminum isinya, dan dalam hitungan detik, tubuhnya terkulai lemas ke tanah, tak sadarkan diri. Darian, Lirae, dan para peserta lainnya mengikuti, meminum air itu tanpa protes, tubuh mereka terjatuh satu per satu ke tanah yang dingin, seolah tertelan oleh hutan.

Aku berdiri di tengah-tengah pemandangan itu, sendirian, dikelilingi oleh tubuh-tubuh yang tak sadarkan diri.

1
YT FiksiChannel
perasaan tersenyum terus, aku sampai ngeri membayangkannya
Dewi Sartika
bagus banget
Merena: Makasih/Smirk/
total 1 replies
Merena
Sepi Amat/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!