Ayah adalah sosok orang yang selalu berjuang untuk membahagiakan putrinya. Kebahagiaan akan selalu dirasakan seorang anak jika ayah selalu disampingnya.
Tapi, siapa sangka jika kebahagiaan itu tiba tiba harus hilang dengan sekejap.
Bisakah rasa bahagia itu hadir kembali seperti dulu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah serba bisa
Naura siap pergi ke sekolah yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Setiap hari dia selalu berjalan kaki menuju sekolah, dia selalu menjadi murid pertama yang sampai di sekolahnya. Pukul 06.15 dia sudah sampai di sekolah, tak heran jika dia akrab dengan penjaga sekolahnya yang setiap hari ia ajak mengobrol saat membersihkan sekolah. Naura sudah bersiap untuk menerima pelajaran dari bapak/ibu guru. Sebelum pelajaran dimulai dia selalu mengecek ulang PR nya. Ketika teman-temannya sudah sampai di sekolah, buku PR Naura selalu jadi langganan kesana kemari untuk dipinjam teman-temannya yang belum selesai dengan pekerjaan rumahnya.
Hari ini ada pelajaran kesenian, ada 2 tugas dari ibu guru di sekolah Naura. Pertama mengukir sabun batang dengan bentuk bebas. Tugas ini adalah tugas individu yang harus dikumpulkan 2 hari lagi. Tugas kedua adalah tugas kelompok, yakni belajar untuk membuat bordir bunga dengan tangan pada taplak meja yang memiliki 4 sisi. Satu kelompok berisi 4 anggota, masing-masing anggota mendapat satu sisi yang berbeda. Tugas kelompok ini dikumpulkan minggu depan, boleh dikerjakan secara bersama-sama atau dikerjakan sendiri secara bergiliran. Kelompok Naura memutuskan untuk mengerjakan tugasnya secara bergiliran karena jarak rumah mereka yang jauh. Naura mendapatkan giliran pertama.
Sesampainya dirumah, Naura bergegas mencari ayahnya.
"Ayah...ayah........"teriak Naura sambil mencari ayahnya disetiap ruang dirumahnya.
"Ada apa Naura?" sahut ayahnya yang sedang membenarkan bak mandi yang sedang bocor.
Ayah Naura menambal bak mandi yang bocor dengan cara memasukan beberapa semen ke dalam bak yang berisi air kemudian mengaduknya selama beberapa menit. Setelah itu air di bak mandi tersebut di kuras habis hingga bagian yg bocor itu kering. Ayah Naura mencoba cara tersebut karena mendapatkan saran dari Naura yang pernah mendengar cara itu saat Pak guru mengajar di sekolah. Setelah kering, bak mandi itu diisi air lagi oleh ayah Naura dan sudah tidak bocor lagi. Ternyata cara itu sangat efektif untuk menambal bak yang bocor tanpa harus mencari bagian mana yang bocor.
"Ayah, tadi ada tugas dari sekolah. Ayah bantu Naura ya ?" kata Naura sambil berharap ayahnya membantunya.
"Tugas apa Naura?" tanya ayah Naura sambil berjalan menuju ruang tamu.
"Ini yah tugasnya, Naura bingung yah caranya bagaimana ?" sambil melihat ayahnya penuh harapan.
"Bagaimana kalau mengerjakan yang di bordir dulu saja? supaya besok bisa gantian dengan temanmu mengerjakannya" saran ayah Naura.
" Iya yah" kata Naura bergegas ganti baju dan langsung bersiap mengerjakan tugasnya.
Ayah Naura membantu Naura memasang peralatan untuk membordir taplak meja. Setelah bagian lingkaran terpasang pada gambar bunga, Naura membantu ayahnya memasukan benang pada jarum bordirnya. Ayah Naura memberikan contoh caranya kemudian dilanjutkan Naura hingga bunga itu penuh dengan bordir hasil karya Naura.
Setelah selesai, Naura memperlihatkan hasil karyanya hingga selesai pada ayahnya.
"Ayah, ini Naura sudah selesai" kata Naura tersenyum pada ayahnya.
"Wah, bagus sekali Naura. Hasil bordir yg indah dan sangat rapi, tapi akan lebih bagus lagi kalau ditambahkan nama Naura dibawah bunga itu, bagaimana?" saran ayah memberikan ide untuk Naura.
"Ide yang bagus yah, tp ayah tolong tuliskan nama Naura di bawah bunga itu. Nanti biar Naura yang lanjutkan bordir namanya" sahut Naura dengan girang karena tugas kelompoknya hampir selesai.
"Iya sayang......." kata ayah dengan lembut sambil menuliskan nama Naura dengan sangat rapi.
Naura lalu melanjutkan bordir namanya itu, secara pelan tapi pasti dia mulai membordir namanya itu dengan hati-hati. Saat hampir selesai, Naura tertusuk jarum ditangannya. Ayahnya bergegas untuk menolong Naura supaya darahnya segera berhenti.
"Pelan-pelan saja sayang, nanti juga selesai. Setelah ini, kamu makan dulu ya supaya nanti ada energi lagi untuk mengerjakan tugas yang satunya" kata ayah Naura dengan lembut.
Naura yang sudah mulai selesai hanya menganggukkan kepalanya. Setelah selesai dia tak menyangka hasil tugasnya terlihat sangat indah. Naura sangat bersyukur karena ayahnya selalu ada dan selalu membantunya.
Setelah makan, naura mulai menunjukan pada ayahnya sabun tugas individunya.
"Mau diukir seperti apa Naura ?" tanya ayah Naura.
"Bunga saja yah, Naura kan suka bunga" kata Naura.
"Kalau begitu, coba Naura menggambar bunga sebisa Naura di sabun ini menggunakan pensil" kata ayah Naura ingin melihat kemampuan Naura dalam menggambar.
"Iya yah" sahut Naura sambil mulai menggambar bunga di sabun itu.
Ternyata bunga buatan Naura bagus juga. Dia mewarisi bakat seni yang diturunkan dari ayahnya. Walaupun tidak seindah dan serapi buatan ayahnya, tapi untuk anak usia SD gambar bunga itu sudah sangat bagus.
"Wah, bagus sekali Naura. Bunga buatan Naura sangat indah" kata ayah Naura memuji hasil karya anak kesayangannya.
Naura memulai untuk mengukir gambarnya dengan pisau kecil milik ayah. Sedikit demi sedikit mulai terlihat jelas ukiran bunga buatan Naura. Tak lama kemudian, ada bagian yang patah dari bunga ukiran Naura. Naura meminta bantuan ayahnya untuk memperbaiki bagian yang patah tersebut dengan menambahkan beberapa bagian bunga yang lain, supaya tidak terlihat jika itu patah. Naura sangat bahagia karena akhirnya hasil karya Naura selesai dengan hasil yang sangat bagus berkat bantuan ayah.
Keesokan paginya, Naura pergi ke sekolah membawa hasil bordirnya untuk diberikan pada anggota kelompok yang lain. Semakin cepat untuk bergiliran semakin cepat juga bisa diselesaikan dan dikumpulkan pada waktu yang tepat. Naura terbiasa untuk mengerjakan tugas seusai pulang sekolah. Karena jadwal kegiatan yang dibuat ayah, Naura terbiasa untuk tidak menunda pekerjaan apapun termasuk tugas sekolah. Walaupun tugas itu dikumpulkan masih beberapa hari lagi, tapi jika mengerjakannya tidak ditunda-tunda Naura jadi pnya waktu bermain lebih panjang besok. Hasil tugasnya juga akan lebih baik jika dikerjakan tidak terburu-buru.
Saat sekolah sudah selesai Naura bergegas memasukan semua peralatan sekolahnya ke dalam tas. Tas yang hanya beli setahun sekali dia pakai dengan penuh hati-hati supaya tidak cepat rusak. Saat mulai menutup tas, ternyata ada yang tersangkut dan resleting tas Naura tidak bisa digunakan untuk menutup tas. Naura mulai bingung bagaimana cara membawa semua bukunya, sedangkan tasnya tidak bisa ditutup. Akhirnya Naura memindah tasnya untuk di pakai didepan dan menutup tas itu dengan tangannya. Naura berjalan pulang lebih cepat supaya semua bukunya tidak terjatuh sampai dirumah.
Sesampainya dirumah, orang yang pertama dicari Naura adalah ayahnya. Naura berharap ayahnya bisa memperbaiki tasnya agar tidak perlu beli yang baru. Naura anak yang hemat, dia hanya membeli barang saat diperlukan saja. Selama tasnya masih bisa digunakan dia tidak akan membeli tas baru. Naura bergegas mencari ayahnya yang sedang membantu ibunya di warung sebelah rumah. Ayah Naura membantu ibunya untuk membungkuskan makanan untuk pembeli, karena ibu Naura sedang meletakkan adiknya yang sudah tidur ke kamar. Ayah Naura juga sering membantu ibu untuk mencuci piring, gelas, menyapu, bahkan juga bisa memasak. Masakan buatan Ayah Naura bahkan lebih enak daripada buatan ibunya. Tak jarang Naura meminta ayahnya untuk memasakkan makanan kesukaan Naura.
"Ayah, tas Naura rusak. Tas ini tidak bisa ditutup yah" sambil melihat ayah berharap bisa memperbaikinya.
Sambil tersenyum, ayah Naura meraih tas Naura itu. Ayah mengeluarkan semua buku Naura dari dalam tas. Ayah mengambil peralatan tukang dan mencoba memperbaiki tas Naura. Hanya butuh waktu 1 menit tas Naura sudah kembali bisa menutup lagi. Setelah itu ayah mengambil lilin untuk digosokkan pada bagian resleting supaya lebih mudah untuk dibuka dan ditutup. Naura tersenyum bahagia karena tasnya bisa diperbaiki oleh ayah tanpa harus membeli tas baru.