NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 2 — Serigala

“Aku melakukan ini berkat saranmu,” Qin Sheng berkata, “Semoga aku tak menyesalinya.”

Di sebelahnya, berjalan sosok tua yang tampak renta, punggungnya bongkok dan tangannya gemetaran. Dia berjalan dibantu tongkatnya, menyusuri jalan setapak yang mendaki ke arah bukit kecil, tempat tuannya menuju setiap kali ada suatu masalah. Orang tua itu bernama Ming Zhe.

Dengan suaranya yang bijak, orang itu menjawab. “Seharusnya tidak.”

“Seharusnya?” Qin Sheng mengulang dengan pandangan bingung.

Ming Zhe tersenyum. Hanya tersenyum, tak mengatakan apa pun.

“Ini sudah tiga hari kalau tidak salah, berarti pagi ini hari keempat.” Qin Sheng kembali berkata. Mereka sudah sampai di atas bukit kecil yang ditumbuhi banyak pepohonan, udara di sini sejuk sampai membuat Ming Zhe menggigil karena tubuh rentanya. “Nampaknya dia cukup akrab dengan Minzhu.”

Ming Zhe mengangguk. “Anak itu butuh teman bermain. Karena itulah saya menyarankan anda untuk mengadopsinya.”

Qin Sheng mengepalkan tangan, dia tampak tak senang. “Gagak tetaplah gagak, pembawa sial.”

Ming Zhe memandangi tuannya sambil tersenyum tipis. Sikapnya bukan seperti penasihat kepada tuannya, melainkan seperti ayah kepada anaknya yang nakal. Dia berkata bijak. “Tapi dia manusia.”

Qin Sheng tak menjawab.

...----------------...

Umur anak itu sekitar empat belas tahun, dia memiliki rambut hitam pekat pendek yang belum mampu dikuncir. Matanya pun hitam, sehitam dan segelap langit malam. Wajahnya amat tampan, sekilas pandang malah mirip perempuan. Namun, bibir dan tarikan dagunya membayangkan ketegasan dan sedikit keangkuhan.

Dia membawa makanan yang masih mengepul pada mangkuk. Didatanginya pondok kayu sederhana yang berada di sebelah taman lalu mengetuk pintunya. “Chen Huang, sarapan.”

Pintu dibuka dengan mendadak dan menampakkan sosok bocah seumuran dengan muka kusut. Rambutnya yang panjang dikuncir dengan tali kasar, dagunya membayangkan kekerasan. Yang paling mencolok adalah mata dan alisnya, sekilas pandang itu hampir mirip tatapan burung elang. “Kau hanya membawa masalah kepadaku.”

“Hah?” Qin Minzhu menelengkan kepalanya, heran. “Aku bawa sarapan.”

“Kau itu Tuan Mudanya di sini, dan hampir semua orang di kediamanmu menganggap aku budakmu,” kata Chen Huang ketus sambil merebut nampan berisi makanannya. “Bahkan para pekerja di dapur pun, memandangku dengan jijik.”

Sejenak, Qin Minzhu tercengang. Sedetik kemudian, senyumnya terbit. “Yah ... itu pekerja dapur, bukan aku.”

Chen Huang memandangnya dengan curiga. Memang dia sudah tiga hari berada di sini, desa tempat Suku Serigala berada. Namun, watak serigala mereka yang angkuh benar-benar membuatnya jengkel. Pernah pada suatu malam, dia berpikir lebih biak dimakan macan tutul daripada harus diasuh di antara kawanan serigala.

“Aku masih heran, kenapa kalian mau menyelamatkan Gagak?” tanya Chen Huang yang belum beranjak dari tempatnya. “Terakhir kali, seingatku kita malah berperang.”

Itu benar. Sepanjang pengetahuan Chen Huang, hal-hal tentang Suku Serigala hanya terkait perselisihan dan permusuhan. Walau itu baru terjadi hampir dua puluh tahun lalu. Namun kini, Suku Serigala menyelamatkan seorang Suku Gagak yang terlunta-lunta di hutan liar. Itu benar-benar sesuatu.

“Aku yang minta dan penasihat ayah menyetujui,” jawab Qin Mingzhu tanpa beban, “Waktu itu serigala kami mencium keberadaan seseorang.”

“Kuingat mereka ingin menerkamku.”

“Aku berhasil menghentikan mereka dan membawamu pulang. Kau tahu mereka hendak menerkammu? Kupikir waktu itu kau sudah pingsan.”

“Memang benar, tepat setelah rombongan serigalamu datang.”

“Maaf soal itu.” Qin Mingzhu tertawa hambar. “Makanlah cepat, setelah itu kita pergi main.”

Chen Huang membawa makannya ke dalam, menghabiskannya tanpa banyak suara. Setelah selesai dan keluar dari pondoknya, dia melihat Tuan Muda itu masih di sana, duduk di batu sebelah pondok.

“Nah, ayo!”

Qin Mingzhu mengambil nampan di tangan Chen Huang lalu melemparkannya kepada seorang pelayan yang kebetulan lewat.

“Tuan Muda, anda mau pergi ke mana?” teriak pelayan itu.

“Kebun apel!” Qin Mingzhu tak menghiraukan pelayan itu karena dia sudah menarik tangan Chen Huang berlarian di lorong rumahnya yang besar. Tiba di halaman, dia bertemu ayah dan penasihatnya, tapi dia hanya lewat di sebelah dua orang tua itu.

“Nah, apa yang saya bilang. Saya belum pernah melihat Tuan Muda seceria itu,” ujar Ming Zhe.

Qin Sheng hanya memandang itu, tanpa ekspresi.

Setibanya di hutan apel yang dikatakan Qin Mingzhu, dia membawa Chen Huang ke bawah salah satu pohon apel. Di sana terdapat batu besar yang bisa digunakan sebagai alas duduk, tempat itulah mereka menuju.

“Kudengar, para Gagak ahli dalam sihir gelap, benarkah?” Qin Mingzhu langsung mengutarakan rasa penasarannya. “Coba tunjukkan padaku.”

Chen Huang menghela napasnya lelah. “Hari pertama aku di sini, kau meminta tiga kali. Hari berikutnya dua kali. Berikutnya lagi lima kali. Sekarang mau berapa kali lagi? Sudah kubilang, aku belum mampu menguasai sihir gelap apa pun.”

“Kau bohong!”

“Buktikan kalau aku bohong.”

Tiba-tiba, Qin Mingzhu menarik lengan kiri Chen Huang sampai ke atas. “Nah, simbol ini tandanya.”

Di lengan atas Chen Huang, terdapat simbol segi empat yang di dalamnya ada lingkaran hitam. Lingkaran itu diisi dengan warna hitam pekat.

Chen Huang menutupkan kembali lengannya. “Anak-anak di atas umur dua belas sudah diberikan tanda itu.”

“Apa maksudnya? Bukankah itu simbol bagi para Gagak yang sudah bisa mengeluarkan sihir?”

Chen Huang menggeleng. “Itu hanya melambangkan kalau dia sudah dewasa. Bukankah aku sudah jelaskan padamu berkali-kali?”

Qin Mingzhu tampak belum puas. “Kau menyembunyikan sesuatu.”

“Terserah.”

Qin Mingzhu yang tidak puas, pergi meninggalkan Chen Huang di sana seorang diri. Dia memilih untuk memanjat salah satu pohon apel dan memakan buah-buah itu di atas pohonnya langsung.

Ditinggal sendirian, Chen Huang teringat akan kejadian beberapa hari lalu, ketika dia belum ditemukan oleh Suku Serigala.

Teringat itu, tangannya terkepal dan giginya bergemelutuk. Urat-urat nadi di dahi tanpa dapat dicegah menegang dan sampai dapat dilihat dari luar. Kemarahnnya bangkit mendadak.

'Iblis-iblis itu ... suatu hari nanti aku harus membunuhnya!'

...----------------...

Di ruangannya, Qin Sheng sedang bicara dengan Ming Zhe mengenai sebuah dongeng yang beberapa tahun ini menghantui tujuh suku di Wilayah Pedalaman.

“Benarkah orang-orang yang disebut kultivator itu ada?” Qin Sheng memandang ke luar, mengamati jauh ke arah selatan. “Ada yang bilang, puncak kekuatan mereka dapat hidup abadi?”

Ming Zhe terkekeh. “Itu berlebihan,” katanya, “saya pernah menemukan buku tentang mereka yang sekarang entah kusimpan di mana. Paling lama mereka hanya dapat hidup selama tiga ratus tahun, kalau beruntung mungkin tiga ratus lima puluh atau empat ratus.”

“Dan katanya mereka bisa jadi dewa?”

“Di mana harga diri dewa-dewa kita kalau posisi mereka dapat direbut oleh manusia? Itu konyol.”

“Aku lebih percaya omonganmu, itu lebih masuk akal.” Qin Sheng mendudukkan dirinya di sebuah kursi rotan yang sudah cukup lama berada di ruangan itu. “Wilayah Tengah sangat luas.”

“Di sana ada pemimpinnya, mereka menyebutnya kaisar.”

“Itu tak lebih hanya pemimpin suatu wilayah, kan?”

Ming Zhe mengangguk. “Tapi wilayah yang amat besar.”

Qin Sheng merenung, kembali melihat ke arah selatan. “Andai saja para kultivator itu menyerbu ke sini, kira-kira apakah kita mampu bertahan?”

Kali ini, bahkan Ming Zhe pun merasakan keraguan. “Saya tak berani menjawab.”

“Kenapa para kultivator itu, dapat mengeluarkan pukulan-pukulan hebat seperti kita? Bukankah mereka hanya manusia biasa tanpa Simbol Magis?”

“Qi, mereka mengumpulkan Qi, itu yang pernah saya baca.”

“Qi?” Qin Sheng memandang Ming Zhe dengan penasaran. “Maksudmu, aliran yang mengalir di setiap makhkuk hidup?”

Ming Zhe mengangguk.

“Mereka mengumpulkannya dan menggunakannya dalam pertarungan? Tak masuk akal.”

“Tapi kalau mereka benar-benar ada, begitulah kenyataannya,” jawab Ming Zhe tenang. Dia mengusap-ngusap hidung sebelum melanjutkan. “Tapi, itu tak begitu penting sekarang. Yang mengkhawatirkan adalah, kehancuran Suku Gagak. Saya sudah mengonfirmasi bahwa tak ada satu pun suku di Wilayah Pedalaman yang menyerbu Suku Gagak.”

“Bagaimana kau bisa tahu?” Qin Sheng tampak benar-benar terkejut.

Ming Zhe menjawab. “Saya mengirim selusin pasukan Suku Serigala pengawal saya. Tak ada satu pun dari mereka menemukan tanda-tanda pertempuran. Kalau itu memang bisa disebut pertempuran, kenapa hanya ada mayat Suku Gagak?”

“Kau serius? Tak ada tanda-tanda pedang bercabang dari Suku Naga?”

Ming Zhe menggeleng. “Gagak memang sering berselisih dengan Naga. Tapi mereka sudah berdamai beberapa bulan ini. Bagaimanapun, Suku Gagak amat kecil, hanya berjumlah ratusan orang, mereka sudah mengambil tindakan bijak dengan perdamaian itu.”

“Suku Gagak selalu dikucilkan,” gumam Qin Sheng. Kemudian lelaki itu menghampiri rak buku yang ada di sana, mengambil salah satu gulungan. “Tapi, ketika Wilayah Pedalaman masih dipimpin satu raja pada Zaman Permulaan, ada salah satu orang bijak berkata ....” Qin Sheng lalu membaca satu baris tulisan di gulungan tersebut. “Sayap-sayap gagak membentang melindungi umat manusia. Apa maksudnya?”

“Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal,” jawab Ming Zhe dengan pandangan serius.

“Jelaskan.”

“Apa musuh Wilayah Pedalaman pada Zaman Permulaan?”

Wajah Qin Sheng pucat seketika. “Tanduk Darah?”

“Kita semua sudah tahu.”

...----------------...

Untuk hal-hal terkait cerita, bisa mampir ke instagram @arisena_p

1
Tanata✨
Tak terasa sudah 10 chapter ya🤭 makin ke sini makin kerasa menarik.. beberapa sensasi tegang dan kocaknya juga cukup seimbang.

Hanya saja untuk development karakter nya aku masih merasa kurang cukup motivasi. Mungkin karena masih perkembangan awal. Akan tetapi, perlahan namun pasti keberadaan Chen Huang di Serigala, kayaknya akan semakin bisa di terima. Aku cukup merasakan bahwa dia saat ini sudah mulai banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya.
Tanata✨
Aku cukup suka sama rangkaian kata-kata pada paragraf ini. Aku jadi mudah membayangkannya
Tanata✨
Ye ye yeeeee/Sob//Sob//Sob//Sob/
Filanina
Bro, Hutan Emasnya udah tamat minta review dong.
Filanina: error kali ya
Arisena: nanti kukirim lagi, NT emang rada rada🗿
total 5 replies
Filanina
cerdik juga chen Huang sampai ayang terpesona.
Tanata✨
Kalau Chen Huang sampai di penjara, waaah waah sih😅🤣🤣
Tanata✨
Beda dikit dengan peribahasa "nasi sudah jadi bubur"
Tanata✨
ini flashback ya? aku baru sadar🤔 Tadinya aku agak bertanya-tanya, ternyata ada gagak lain selain Chen Huang. Tahunya ini masa lalu.

Aku baca ulang dan ternyata memang ini flashback😅✌🏻
Tanata✨
gk sakit gk sembuh, map maap ya/Hey/
Tanata✨
Skalian paus atau hiu😭😭✌🏻
Tanata✨
Kompaaakkk🤣🤣🤣
Tanata✨
Lantas siapa lagi kalau bukan chen huang, mungkin saat ini beliau belum terlalu pd/Hey/
Tanata✨
Gemes sama tingkah mereka, tidak saling menjatuhkan dan saling termotivasi satu sama lain...
Tanata✨
Filosofi makna kuda laut apa ya?😅 aku masih agak heran
Tanata✨
Wkwkwk panas hayo panasss🤣🤣
Tanata✨
Pada intinya kerja keras akan membuahkan hasil ygy
Arisena: /Proud/
total 1 replies
Tanata✨
Beruntunglah karena saat ini dirimu tokoh utama, kurleb plot armornya pasti tebel lah
Arisena: yoi/Doge/
total 1 replies
Tanata✨
Awet muda/Shy/
Arisena: /Slight/
total 1 replies
Tanata✨
Ngakak plisss😭😭✌🏻
Tanata✨
Wkwk, terkadang aku suka gemes kalau cheng huang mulai mengeluh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!