Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 Birthday party
...Dua bulan kemudian setelah ulang tahunnya yang ke 23 tahun....
Malam ini Aya berdandan seperti gadis polos dan culun. Dia mengikat rapi rambut panjangnya dan membiarkan poninya menutupi seluruh keningnya. Memakai dress putih motif bunga melati, sling bag hitam dan sepatu hitam ditambah kaos kaki putih. Tidak ketinggalan kaca matanya.
Dia sengaja berdandan seperti itu agar tidak ada yang tertarik untuk mengobrol atau mencoba mendekatinya. Toh dia hanya ingin menghadiri acara ulang tahun sahabatnya.
Bus yang dia tumpangi berhenti di halte yang tidak jauh dari lokasi pesta itu diadakan. Dia turun dari bus dan mulai melangkah menuju kafe tempat pesta itu diadakan. Tanpa di sadarinya, sepasang mata sejak tadi memperhatikannya. Seorang pria mapan yang mungkin berusia awal tiga puluhan itu memarkir mobilnya di depan kafe yang sama dengan tujuan Aya.
"Kafe ini harusnya tidak tersedia untuk gadis polos sepertimu cantik." gumam pria itu sambil bergegas turun dari mobilnya.
Aya masuk ke kafe itu, diikuti oleh si pria. Dia memperlihatkan kartu akses untuk menuju tempat pesta Mentari yaitu di lantai dua kafe ini.
"Wah, gadis itu bahkan punya akses untuk masuk ke secret room?" pikir pria itu yang juga menunjukkan kartu aksesnya pada petugas kafe.
Langkah kaki Aya begitu santai untuk menaiki anak tangga menuju lantai dua cafe. Pria tadi pun dengan perlahan mengikutinya sambil tersenyum menatap punggung gadis didepannya yang dia pikir seorang gadis polos yang menggemaskan.
Pintu Secret room terbuka saat Aya menyentuhkan kartu aksesnya ke area kunci pintu itu. Dia pun masuk ke ruangan yang merupakan club rahasia yang hanya diketahui oleh orang orang tertentu saja. Dan ini kali ke dua Aya datang ke sini untuk menghadiri pesta ulang tahun Mentari.
Secret room milik paman Mentari berikut dengan kafe dan seluruh gedung lima lantai ini. Dia sudah menjalankan bisnisnya sejak lama. Bisa dikatakan paman Mentari ini adalah seorang Mafia.
Aya masuk diikuti pria tadi. Kedatangannya disambut oleh Mentari dengan penuh kebahagiaan.
"Kak Aya, makasih udah datang." sambut Mentari langsung memeluknya.
"Nih buat kamu." memberikan kadonya.
"Makasih kak. Sebenarnya aku gak butuh ini. Kedatangan kakak aja udah sangat berarti buat aku."
Aya memberi respon dengan senyuman pada Mentari yang kadang terasa seperti seorang adik baginya. Mentari dua tahun lebih muda darinya. Tapi, mereka seangkatan sama sama Mahasiswa fashion desainer tahun ketiga.
"Kak Aya, kenalan dulu..." Mentari menggamit pacarnya agar mendekat.
"Ini mas Elang, pacarku." ujar Mentari memperkenalkan Aya pada pacarnya.
"Hai, aku Elang pacar Mentari." mengulurkan tangan mengajak Aya berkenalan.
"Aku Cahaya."
Elang melihat tampilan Aya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Sayang ini benaran sahabat kamu?" bisiknya pada Mentari.
"Iya. Kenapa?"
Mentari tahu kekasih sahabatnya itu mengejek penampilannya. Tapi tidak apa, Aya tidak peduli sama sekali.
"Tari, aku ambil minum dulu ya."
"Iya kak. Santai aja ya. Nikmati pesta dan makanannya juga."
"Hmm."
Aya menjauh dari Mentari, dia mencari tempat duduk yang lebih nyaman di pojok.
"Sayang, teman kamu itu kok kayak culun gitu sih?"
"Aya gak culun kok, mas. Dia cuma mencoba melindungi diri saja. Makanya penampilannya seperti itu."
"Melindungi diri dari apa coba?"
"Ya dari pria pria hidung belang dong." Jawab Mentari yang membuat Elang mengerutkan dahinya.
"Dia yang mau kamu kenalkan sama Doni, kan?!"
"Iya."
"Ya ampun sayang! Kamu kan tahu, tipe Doni itu cewek yang fashionable. Kalau begitu tampilan teman kamu, aku rasa Doni tidak akan mau dikenalkan sama dia."
"Kita lihat saja nanti." sahut Mentari yang sangat yakin Doni akan senang dikenalkan dengan Aya.
Sementara Mentari dan pacarnya masih berbincang, pria yang sejak tadi diam diam mengikuti Aya pun kini duduk di sofa yang sama dengan Aya. Kehadirannya membuat Aya terganggu dan hendak menggeser duduknya, tapi pria itu menahan Aya dengan menggenggam pergelangan tangannya.
"Jangan takut cantik, saya gak gigit kok."
"Lepas!" tegas Aya sambil menatap tidak suka pada pria itu.
"Oke." pria itu segera melepaskan tangan Aya.
Dengan cepat Aya mencari tempat lain. Dan pria itu masih terus mengawasinya dengan tatapan mata yang menunjukkan betapa dia tertarik pada Aya.
Acara pesta berlanjut. Ada sesi pemotongan kue dan juga ada sesi dimana Elang mengungkapkan perasaannya pada Mentari di hadapan semua orang.
"I love you so much Mentari. Aku berharap kamu akan menjadi wanita yang selalu bahagia didunia ini. Terimakasih sudah lahir sayangku. Happy birthday to you."
Mereka saling berhadapan, kedua tangan Mentari melingkar di leher Elang sedangkan kedua tangan Elang melingkar di pinggang Mentari. Terakhir dia memberi kecupan di kening kekasihnya yang berulang tahun itu.
Aya tersenyum senang melihat kebahagiaan sahabatnya itu. Tapi sedetik kemudian senyuman itu hilang kala dia melihat sosok pria yang tiba tiba menghampiri Mentari untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
"Mas Doni!" sapa Mentari tampak senang dengan kehadiran pria itu.
"Sorry ya aku telat."
"Gak apa apa kok. Mas udah datang aja aku senang banget."
"Happy birthday, Tari."
"Thank you, mas Doni."
Saat itu juga Aya terlihat gelisah. Perlahan lahan dia melangkah mundur. Raut wajahnya tampak aneh, dia seperti sedang ketakutan.
Pria yang tadi mengikutinya mengetahui situasi Aya saat ini. Dia merasa ada yang aneh terjadi pada gadis yang menarik perhatiannya sejak awal.
"Tari, happy birthday." dengan cepat pria itu memberikan selamat pada Mentari dan memberikan kadonya.
"Terimakasih mas Ka..." Mentari bahkan belum selesai bicara pria itu sudah bergegas pergi.
"Bro, lu mau kemana?!" Elang menahan langkah sahabatnya itu.
"Sorry bro, gue ada urusan mendadak." sahutnya, lalu segera pergi mengikuti langkah Aya yang sudah tidak terlihat di ruangan itu lagi.
Dia mengikuti Aya yang ternyata menuju toilet. Langkahnya terhenti karena tidak bisa masuk ke toilet cewek.
Sementara dia menunggu Aya di depan toilet, justru di depan sana orang orang sedang berpesta ria. Mereka berjoget diiringi musik dj yang sangat bagus untuk membuat semua orang bergoyang goyang.
Pemilik pesta tampak sangat gembira, berjoget bersama kekasihnya sambil sesekali mereguk minuman mereka yang dikasih sedikit minuman memabukkan.
"Tari, katanya kamu mau ngenalin aku sama seseorang?" tagih Doni pada Mentari yang sudah setengah sadar akibat minumannya.
Mentari dan Elang celingukan mencoba menemukan keberadaan Aya. Tapi mereka tidak bisa menemukannya sama sekali.
"Sorry mas, sepertinya mas Doni telat. Temanku sudah pulang." ujar Tari menjelaskan yang membuat Doni tampak sedikit kecewa.
"Makanya jangan telat." ledek Elang.
"Iya juga sih, harusnya gue datang lebih awal."
"Udah lah jangan sedih. Nikmati aja malam ini bro." Elang mengajak Doni ikut berjoget bersama.
Dan di belakang sana, Aya keluar dari toilet dikejutkan dengan wajah yang sudah tak asing lagi baginya.
"Hai cantik!" Sapa pria itu.
Aya mendengus kesal, ditatapnya tajam raut wajah pria yang kini berdiri di hadapannya.
"Semua pria sama saja." Gumam Aya berbisik pada dirinya sendiri.
"Hei, saya tidak sama ya." protes pria itu yang mendengar kalimat bisikan Aya.
"Lalu, apa mau anda tuan?" tanya Aya kesal.
Pria itu menatap Aya dari ujung kaki hingga unjung kepala, lalu kembali lagi menatap dada Aya.
Huh! Lenguh Aya kesal. Dia pikir pria ini ingin bermalam dengannya.
"Lakukan apapun yang anda ingin lakukan tuan. Persetan dengan semuanya." rutuk Aya.
Pria itu tersenyum dengan senyuman iblisnya. Dia melangkah mendekati Aya hingga jarak antara mereka hanya sejengkal saja. Mata tajam pria itu menatap bibir tipis kemerahan milik Aya, tanpa menunggu lama dia menyentuh bibir Aya dengan bibirnya.
Mata Aya membola, kedua tangannya mengepal erat. Bayangan trauma masa lalu terlintas di ingatannya tapi ditahannya. Pikirannya sedang kacau saat ini. Bayangan saat dia disiksa oleh ayah dan kakak tirinya juga mantan kekasihnya terus terlintas dalam ingatannya hingga membuatnya ketakutan.
Tapi pria ini tidak menyadari sama sekali ketakutan Aya, buktinya dia terus saja melakukan kegiatannya.
"Ikut aku!" seru pria itu yang langsung menarik tangan Aya berlari keluar dari secret room.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪