Awalnya Zhea berpikir bahwa perasaannya selama ini kepada dokter tampan putra sulung Will dan Alea—Nathan Willy Coopers hanya perasaan kagum biasa. Namun kenyataannya Zhea salah!
Perasaan itu nyatanya adalah perasaan cinta sejak pertama kali mereka bertemu. Dan siapa sangka seiring berjalannya waktu, perasaan cintanya malah semakin tergila-gila untuk mendapatkan balasan cinta dari dokter nan dingin bernama Nathan itu.
“Aku sudah tergila-gila mencintaimu, Dr. Nath! Dan aku akan berjuang untuk mendapatkan cintamu dan membuatmu berhenti menganggapku sebagai anak kecil. Bahkan meski aku harus bersaing dengan wanita yang kau cintai!” ~Zheara Zaen Xavier~
Akankah Zhea berhasil mendapatkan balasan cinta dari Nathan? Ataukah Zhea harus merelakan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02. Tidak Akan Pernah Menyerah
...“Ouh, Kakak hampir saja lupa memperkenalkan calon Kakak Iparmu! Ini kekasihku namanya Giselle Alendiandra, dia juga seorang dokter hebat seperti Kakak! Dan Giselle perkenalkan ini adikku, Nathallia Willea Coopers dan temannya, cucu dari Tuan Rayden—Zheara Zaen Xavier.”...
“Zhea bahkan sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri, karena dia sering bermain dan menginap di sini bersama dengan Thalia. Mereka berdua sangat akrab, begitu pun aku, Papah dan Mamah!” sambungnya seolah mempertegas hubungan diantara dirinya dengan Zhea.
Calon Kakak Ipar?
Kekasih?
Hanya teman adiknya sekaligus cucu dari Tuan Rayden?
Dan bahkan sudah di anggap sebagai dik kandung sendiri? Jadi, selama ini Zhea hanya dianggap seperti itu di mata sang pujaan hatinya.
Zhea hanya bisa tersenyum sinis pada dirinya sendiri saat menghadapi kenyataan yang membuat hatinya semakin terluka. Luka yang tak terlihat bahkan tak berdarah, tapi begitu terasa sangat menyakitkan baginya.
“Apa-apaan ini? Jadi, usahaku selama ini untuk merebut perhatiannya dan selalu berada di sisinya hanya di anggap tidak lebih dari saudara dan teman dari adiknya? Kak Nath bahkan tidak pernah sekalipun menatapku sebagai seorang wanita?” Zhea hanya bisa merutuki kebodohannya sendiri di dalam hatinya.
“Halo, salam kenal! Semoga kedepannya kita semua bisa lebih dekat ‘yah?”
Wanita bernama Giselle itu pun menyapa Thalia dan Zhea dengan ramah. Zhea langsung menatap tajam pada wanita yang kini menjadi saingan terberatnya dalam mendapatkan Nathan.
“Aah … I-iya!” Hanya Thalia yang membalas sapaan itu dengan canggung.
“Sudah dulu perkenalannya, Kakak harus menemui Papah dan Mamah dulu untuk memperkenalkannya sekaligus meminta restu untuk hubungan kami,” ujar Nathan yang lalu mengajak kekasihnya menuju ke ruangan keluarga dimana Will dan Alea tengah menghabiskan waktu di sana.
Zhea hanya menatap kepergian pasangan itu dalam diam, hingga sebuah tepukan cukup keras di bahunya sontak menyadarkannya, “Hai, apa kau baik-baik saja?”
Sebagai orang tahu perasaan Zhea yang sebenarnya kepada Nathan, Thalia pun cukup mengerti rasa sakit yang kini Zhea rasakan. Apalagi setelah mendengar kenyataan bahwa selama ini orang yang dicintainya hanya menganggap dirinya sebagai saudara dan teman baik dari adiknya.
Zhea hanya diam menatap penuh luka kepada teman baiknya itu sembari berkata, “Setelah mendengar apa yang Kak Nath katakan, kau masih bertanya seperti itu padaku?”
“Hehehe, Kau pasti sakit hati dan terluka! Tapi bukankah sejak awal sudah aku katakan bahwa cintamu itu kepada Kakakku tidak akan pernah berhasil. Perbedaan usia kalian saja terpaut cukup jauh, sebaiknya kau menyerah saja, Zhe!”
“Tidak akan!” Zhea langsung menolaknya dengan tegas saran tersebut, “Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Kak Nath!”
“Seperti kata orang, bahwa sebelum undangan tersebar dan janur kuning melengkung terutama ketika janji suci pernikahan belum di sahkan. Bukankah aku masih memiliki banyak peluang untuk bersaing dengan wanita itu untuk mendapatkan cinta Kak Nath?”
Dengan penuh percaya diri Zhea mengatakan semua itu. Zhea sangat yakin bahwa setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil, dan kini dia hanya perlu menambahkan banyak usaha agar Nathan bisa melihatnya sebagai seorang wanita dan mendapatkan cintanya.
“Hah? Kau yakin akan bersaing dengan wanita yang jelas dicintai oleh Kakakku?” tanya Thalia tak percaya dengan keputusan Zhea yang bukannya menyerah setelah Nathan memperkenalkan kekasihnya, gadis itu malah semakin bertekad untuk mengejar cintanya seorang dokter Nathan.
“Sudah pasti! Ayo, kita lihat seberapa baik kekasih dari calon suami masa depanku itu dibandingkan dengan diriku.”
Zhea menjawab pertanyaan tersebut dengan mantap, dia kemudian mengajak Thalia untuk menyusul Nathan dan kekasihnya itu ke ruang keluarga dimana semua orang tengah berkumpul.
Thalia hanya bisa pasrah mengikuti kemauan sahabatnya, sebenarnya dia juga ingin mengetahui bagaimana kekasih dari Kakaknya yang selama ini jelas sekali tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Namun, hari ini sepertinya penilaiannya salah karena Kakaknya ternyata sudah memiliki kekasih yang cukup cantik dan elegan.
...****************...
Setibanya di ruang keluarga, ternyata wanita bernama Giselle itu disambut dengan baik oleh Will dan Alea. Zhea yang melihat kedekatan rivalnya dengan sang calon mertua, tentu sangat geram sampai dia tidak sadar sudah meremat tangan Thalia dengan cukup keras.
“Argh …” Thalia merintih kesakitan dan kemudian berseru, “Yakh, aku tahu kau sedang merasa kesal saat ini, tapi tidak melampiaskannya padaku juga!”
Sontak seruan Thalia membuat perhatian semua orang teralihkan pada mereka berdua. Detik itu juga Zhea langsung memasang wajah cerianya dan berjalan menghampiri Will dan Alea, mengabaikan Thalia yang tengah menggerutu sembari memegangi tangannya yang masih terasa sakit.
“Zhea! Apa kau sudah berkenalan dengannya?” tanya Alea yang langsung memberikan tempat di antara dirinya dan Will untuk Zhea duduk.
“Hmm, kami sudah berkenalan dibawah tadi! Dengan Thalia juga.” Bukan Zhea yang menjawab melainkan Giselle seolah wanita itu tengah mencoba menarik perhatian Alea.
“Benarkah? Aku harap kalian semua bisa semakin dekat satu sama lain.” Kata Alea seraya tersenyum dengan manisnya.
“Apa kalian akan menikah?”
Tiada angin, tiada hujan Zhea langsung menanyakan pertanyaan itu jauh dari topik pembicaraan mereka sebelumnya. Ditambah Zhea menanyakannya dengan ekspresi dingin, dengan tatapan yang tidak bersahabat pada Giselle.
“Tentu saja, kami merencanakan pernikahan. Karena itulah aku mengajaknya kemari untuk diperkenalkan dengan kedua orang tuaku. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah kau tidak setuju jika kami menikah?” Nathan yang menjawab, sekaligus memberikan pertanyaan yang niatnya hanya sebagai candaan untuk mencairkan suasana.
Tapi siapa sangka, Zhea malah menanggapinya dengan serius dan malah mengungkapkan perasaannya selama ini. Dengan berkata, “Tentu saja aku tidak setuju! Sebab Kak Nath hanya boleh menjadi suamiku.”
Bersambung....
anak sendiri di jahili
semangat terus tho... sehat selalu