NovelToon NovelToon
The Blood Judgement I : Zero

The Blood Judgement I : Zero

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Sci-Fi / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi / Penyelamat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Syarif Sang penakluk

volume 1 - Awal dari segalanya
volume 2 - kebenaran dunia
Volume 3 -

keinginan berjuang demi umat manusia penuh penderitaan dan melelahkan, tetapi masih ada secercah harapan untuk menyelamatkan dunia. yuk kita simak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarif Sang penakluk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Gadis dihadapanku menatap dengan cara yang manis ke arahku. Tanpa kusadari dia membuatku  merasa gelisah dan berdebar. Tiba-tiba aku merasa grogi berdiri didepannya.

"Hey, kau jangan menatapku seperti itu. kau membuatku merasa tak nyaman dan gugup," ucapku terbata-bata.

Mendengar ucapanku, dia mundur selangkah dan memberiku ruang untuk menenangkan kegugupanku. Meski begitu, dia masih menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Hey, kenapa kau diam saja?" tanyaku semakin merasa gelisah.

"Hmm.... Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sama sepertimu yang kehilangan tempat tinggal dan orang tua. Orang tuaku mengorbankan nyawa demi keselamatanku," ucapnya sembari berbalik dan berjalan menuju jendela. Dia bersandar dan menatap ke langit diluar yang tertutup awan kelabu.

"Sebenarnya aku tidak terlalu mengingat perjuangan dan pengorbanan orang tuaku. Yah, saat itu aku masih kecil dan tidak mengerti banyak hal. Kupikir aku hanya menangis ketika para Valkries datang untuk melawan para malaikat," lanjutnya.

Pandangan gadis itu menerawang seolah mengingat kejadian saat orang tua dan penduduk kota terbunuh didepan matanya secara langsung, seperti apa yang kualami. Hanya saja dia tidak meluapkan emosi dan perasaannya secara langsung.

Aku yakin ekspresiku yang tersembunyi oleh masker saat ini sangat tercengang saat mendengar ceritanya. Siapa yang menyangka ternyata gadis dihadapanku ini memiliki pengalaman yang sama denganku.

Gadis itu menoleh kepadaku, dia tersenyum memberikan semangat kepadaku agar bisa tetap tenang saat menghadapi situasi kacau dunia yang kiamat.

Sesuai keinginanku, dia benar-benar berusaha untuk membuatku tidak grogi lagi. Dia juga terlihat sangat ingin menarikku untuk keluar ke dunia nyata. Aku pikir tidak ada salahnya menuruti keinginannya. Mungkin itu lebih baik dibandingkan dengan hanya mengurung diri dan main game.

"Baiklah, aku akan membantumu," ucapku pada akhirnya.

Gadis itu terlihat senang saat mendengar keputusanku untuk membantunya. Dia bahkan dengan tak sabar menarik tanganku dengan cukup erat dan membawa ku ketempat dimana aku bisa membantunya.

Beberapa menit kemudian, kami akhirnya tiba ditempat yang seharusnya tidak kukenali. Saat ini wajahnya terlihat sangat serius seolah ada sesuatu yang darurat untuk dilakukan. Karena masa lalu kami yang mirip, aku entah bagaimana merasa lebih dekat dengannya.

Manusia seharusnya memang tidak terlalu terikat dengan masa lalu sehingga dia bisa menjalani kehidupan dan meraih masa depan yang lebih indah.

Setelah kami berjalan cukup lama, ternyata dia membawaku ke tempat dimana Valkries berlatih. Aku melirik sekitar, tangan indahnya yang menarikku juga tak luput dari pandanganku. Entah kenapa aku seolah terbawa suasana, terlebih karena bangunannya menjadi tempat yang cocok untuk berfoto.

Bangunan ini sangat ramai dengan hiruk-pikuk para Valkries yang sedang berlatih. Baik beladiri murni maupun menggunakan senjata seperti pedang dan lainnya.

PANGKALAN MILITER

Ketika mereka akhirnya berhenti berjalan, Mereka sudah berada didekat prajurit laki-laki membersihkan Robot Tempur seukuran gedung.

Saat aku merasa bingung apa yang harus dilakukan ditempat ini, gadis yang menggandengku menoleh dan mengatakan bahwa bantuan yang ingin dia butuhkan adalah untuk membersihkan Robot Tempur di sebelah kanan. Aku mengangguk sembari bergumam dalam hati, ternyata itu saja bantuan yang dia minta padaku. Hanya untuk membersihkan Robot Tempur yang kotor sehabis bertempur.

"Oh yah, kalau ada sesuatu yang kau butuhkan atau tidak kau mengerti, kau bisa memanggilku di sebelah sana ya," ucapnya sambil menunjuk jarinya ke arah sebuah ruangan yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Aku pergi dulu. Tolong bersihkan robot tempur ini sampai mengkilap ya!" serunya riang sambil berlari pergi ke arah ruangan yang dia tunjuk tadi.

Gadis bertingkah menggemaskan seperti itu membuatku ingin mencubitnya saja. Karena aku sudah berada disini, meski enggan membantu untuk hal merepotkan seperti membersihkan robot tempur tapi pada akhirnya kulakukan juga. Daripada membuat masalah dan berujung lebih repot lagi.

*

*

Entah berapa lama kemudian ketika robot tempur sudah setengah bersih, Aku merasa tidak kuat lagi melakukan hal ini. Jika saja aku mempunyai kekuatan super, mungkin bisa menyelesaikannya dengan sangat cepat. Tapi, di dunia ini mana ada kekuatan sihir, yang ada hanyalah kemutakhiran teknologi yang seperti kekuatan sihir.

Tanpa sengaja aku melihat seseorang yang mengenakan pakaian seperti seorang jenderal. Aku yakin tidak terlalu tertarik padanya, tapi tetap merasa sedikit ingin tahu terhadap apa yang dilakukannya.

Pekerjaan yang diberikan oleh valkries tadi kutinggalkan dan mengikuti jenderal itu dengan hati-hati.

RUANG KONTROL - MARKAS PUSAT

Jenderal itu pergi ruang kontrol pusat, disana ada wanita berambut pirang dan berambut putih. mereka berdua terlihat terlibat dalam percakapan. Dilihat dari ekspresi keduanya, diskusi itu benar-benar sedang membahas hal serius.

"Strategi Prajurit valkries butuh di perkuat," ucap gadis berambut putih.

"ara-ara, sepertinya kamu benar, semuanya seharusnya bisa diselesaikan dengan baik. Aku yakin jenderal memiliki rencananya sendiri dalam mengatur para valkries."

"seharusnya seperti itu," sahut gadis berambut putih sembari menganggukkan Kepala.

Jenderal pun masuk ke ruang pusat kontrol dan menghampiri mereka. Raut wajah sang jenderal yang biasanya tenang kini memiliki Ekspresi khawatir pada masa depan umat manusia.

"Ara-ara... Jenderal apa kau baik-baik saja?" Tanya Wanita berambut pirang.

"Tidak apa-apa, ini sudah hal biasa bagi ku," jawab jenderal sembari meminum segelas air putih di meja.

Setelah jenderal itu meminum air putih, gadis berambut putih mulai menghampiri sang jendral dengan gestur ala militer. Ia pun mengucapkan sesuatu pada sang jenderal.

"Jenderal, apa rencanamu selanjutnya?" Tanyanya.

Sang jenderal melihat gadis berambut putih itu dan mulai menghela nafas sedalam-dalamnya. Setelah beberapa saat, dia menjawab pertanyaan pada gadis tersebut.

"Kita harus mengadakan rapat untuk membahasnya. Rasanya masih butuh waktu untuk memikirkan strategi terbaik selanjutnya."

"Baiklah," gadis berambut putih memberikan hormat pada sang jenderal lalu pergi begitu saja.

***

Saat aku tak sengaja mengikuti sang Jenderal, aku melihat seorang dua perempuan berbicara dengan jenderal itu. Tempat ini seharusnya kemungkinan besar adalah Markas Besar Militer. Penampilan struktur design bangunannya saja terlihat jika memiliki banyak ruang komputer canggih dan alat-alat canggih untuk komunikasi.

Komputer disana menampilkan Demonstran rakyat dunia, sayangnya ketiga orang itu hanya mengobrol saja alih-alih memantau layar.

Tanpa kusadari gadis berambut putih itu menemukanku sedang mengintip mereka bertiga. Dia segera berlari melesat pintu dimana aku berada. Pergerakannya hanya sekejap sampai menangkap dan menarik tanganku secara paksa dan membawakanku ke hadapan Jenderal dan wanita Berambut pirang.

Ini benar-benar mengecewakan Sekali, orang seperti ku ketahuan.

Jenderal itu menatapku tajam, penuh kecurigaan. Tatapannya membuatku merasa seperti sedang diinterogasi olehnya bahkan sebelum dia membuka mulut. Disaat yang sama, gadis berambut pirang itu juga menatapku dan tersenyum.

"Sejak kapan kau menyusup ke tempat ini?" jenderal tersebut memasang wajah mengerikan.

"Jenderal, apa yang harus kulakukan kepada orang ini?" Gadis berambut putih itu bertanya pada sang jenderal sambil memberikan hormat.

Sang jenderal sedikit menoleh ke arah gadis berambut putih dan memberikan perintah langsung kepadanya.

"Aku perintahkan agar kau siksa dia di tempat pelatihan, dia sudah menyusup ke area terlarang!"

"Apa?!" Aku sangat terkejut mendengar perintah sang Jenderal dan segera mencoba melarikan diri, tetapi sayangnya di cegat oleh wanita berambut pirang.

"Ara-ara kau mau lari kemana? Sebaiknya kau tidak kabur dan jalani saja hukumanmu karena sudah melanggar aturan."

Gadis berambut putih yang mencekal lenganku menarikku dengan paksa ke tempat latihan sesuai arahan jenderal untuk disiksa.

TEMPAT PELATIHAN

Seharusnya aku sudah menduga bahwa ini bukan sekedar siksaan biasa. Aku juga dihukum untuk melakukan olahraga sembari menanggung siksaan itu.

Ini benar-benar tantangan untuk menahan siksaan batin dan fisik. Aku memaksakan diri untuk berlapang dada menanggung siksaan yang tak terkira. Gadis yang membawaku datang ke tempat ini melihatku olahraga sambil disiksa oleh Gadis berambut putih.

"Hei... Kenapa kau melakukan itu padanya?" Tanyanya.

"Dia menyusup ke ruang control!" sahut gadis berambut putih dengan nada dingin.

"Apa?! Itu tidak mungkin! seharusnya dia membersihkan Robot Tempur," sangkal gadis itu lagi.

Gadis berambut putih tidak menghiraukan kalimat gadis yang membawaku. Dia masih menyiksaku tanpa ampun. Dengan tidak sabar, gadis yang membawaku segera menghentikan penyiksaan yang dilakukan oleh gadis berambut putih.

"Stop! Jangan terus menyiksanya seperti ini!"

"Hmm..." gadis berambut putih menoleh kearahnya dengan tidak senang.

"Maksudku kau tidak seharusnya terus menyiksanya, biarkan aku melakukannya sebagai gantimu untuk menyiksanya," tawar gadis yang membawaku itu.

"Jangan ikut campur! Ini bukan urusanmu!" Tandas gadis berambut putih sembari melanjutkan latihan Siksaan, tetapi kemudian dicegat lagi oleh gadis berambut coklat.

"Lebih baik bagimu untuk menyiksaku saja!" ucap gadis berambut cokelat itu sembari membuat gestur menyerahkan diri untuk disiksa pada gadis berambut putih.

Melihat itu, gadis berambut putih mulai merasa jengkel dan memberikan pengampunan kepadaku lalu Pergi begitu saja. Saat pergi, samar-samar aku mendengar gerutuannya.

Gadis berambut coklat menghampiriku, membawaku duduk ke samping lalu mengobati ku.

"Kau ini kenapa tidak mengatakan kepadaku dulu saat meninggalkan tugasmu?" omel gadis itu cemberut sambil mengobati ku.

"Aku hanya tiba-tiba ingin tahu saja apa yang dilakukan jenderal yang tak sengaja kulihat. Adu...uh... aduuu...hh."

Gadis tersebut memasang ekspresi khawatir saat mendengar rintihanku. Dia menatapku prihatin. Ekspresinya itu terlihat manis dan menggemaskan. Dia mengobatiku dengan lebih lembut sembari berbicara memperkenalkan dirinya.

"Nama ku Adhira." Ucapnya.

Dia terdiam lama seperti menunggu responku. Tapi aku tidak tahu harus merespon bagaimana.

"Kenapa kau diam saja? Apakah kau tidak mendengar apa yang kukatakan?" ucapnya cemberut. Jelas dia merajuk.

"Uh, apa yang kau katakan tadi?" Tanyaku dengan nada gugup.

"Aku sudah memberikan tahu namaku, tapi kau tidak merespon. Bukankah seharusnya sekarang giliranmu untuk memberitahukan namamu?" andhira mengembungkan kedua pipinya dengan ekspresi kesal yang justru membuatnya terlihat semakin imut.

"Nama... Ah maaf, nama ku Akio Graham. Kau bisa memanggilku Akio saja." ucapku sembari dengan canggung memegang bagian belakang kepala dan tersenyum.

Gadis bernama Adhira itu tak banyak merespon. Masih memasang wajah kesal, tapi jelas dia hanya bertingkah Tsundere. karena dalam hati dia mulai jatuh hati padaku tanpa disadari.

Setelah dia menyembuhkan lukaku, kemudian kami berpisah. Tapi tak kusangka Adhira menarikku untuk membantu membersihkan Robot Tempur Yang masih setengah bersih agar bisa cepat selesai. Dia benar-benar sangat lembut dan baik padaku dibanding gadis berambut putih.

........BERSAMBUNG.......

1
Moon-Typestar
.
LyanaLyrashiaa_1805
bagus ni, semangat ya kak!!
Moon-Typestar: makasih, kak
total 1 replies
ChiArt_27
emang apa-apa masalah dari awal itu berasal dari diskriminasi. Penyakit paling umum dah🤏
ChiArt_27
Akio calon ngeharem💅
ChiArt_27
dia pasti trauma liat orang tuanya tewas di depan mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!