Istri Barbar Tuan Muda

Sore hari, Alina merasa sudah agak baikan, apalagi setelah minum obat dari dokter Santi. Tubuhnya terasa enteng sekarang. Gadis itu terus saja kepikiran pada suaminya.

"Tuan Muda sekarang sedang apa ya? Apa dia ke kantor? Apakah dia marah sama aku? Apakah dia tersinggung, dengan ucapanku tadi pagi?" gumamnya.

"Al, Al… ngapain terus mikirin pria, yang tak punya hati itu? Udah ah, mending aku buka lagi akun media sosialku, siapa tau Aura aktif dan membalas pesanku!" gumamnya lagi seraya merogoh ponselnya.

Gadis itu, membuka aplikasi akun media sosialnya.

"Eh.. benarkan Aura mengirim balasan," gumamnya lalu membuka pesan balasan dari sang adik.

"Kak Al, kabarku, ibu dan ayah baik. Kakak sendiri bagaimana? Aku kangen, ibu, ayah, mereka juga merindukanmu. Alhamdulillah Kak, toko grosir sembako ayah dan ibu, hadiah dari mertua Kakak, sekarang mulai ramai pembeli. Kapan Kakak berkunjung ke rumah?"

Pesan dari Aura.

Yeut!

Hati Alina begitu sakit, saat membacanya. "Ya Allah, saat mendengar keluargaku baik-baik saja, aku begitu bahagia. Dan aku sangat berterima kasih kepada, mama mertua dan tuan muda, karena mereka, sekarang ayah dan ibu bisa memiliki usaha sendiri. Dan Aura bisa meneruskan cita-citanya. Aku tidak perduli dengan hidupku. Asal keluargaku bahagia, tapi aku juga tidak bisa menutup mata, melihat mbak Sandra dan mbak Sukma menderita. Sedangkan sudah tidak ada alasan lagi, untuk mereka bertahan di rumah ini," batin gadis itu menangis.

Alina kemudian, membuka pesan yang lain. Gadis itu mengernyitkan dahinya, saat melihat siapa yang mengirimi dia pesan. Bibir gadis itu menyungging senyum, karena yang mengirimi dia pesan adalah sahabatnya.

"Si Boneng, dia chat aku?"

Alina kemudian membacanya.

"Al, lo apa kabar? Nomor hp lo kok, jadi gak bisa di hubungi sih? Balas chat ini ya, sumpah gue kangen sama lo. Katanya ayah lo kemarin, dia bilang sama gue, katanya lo nikah sama anak konglomerat ya? Tega ya lo gak undang gue?"

Pesan dari sahabatnya Boneng. Sebenarnya namanya Nengsih. Hanya saja, Alina suka memanggil sahabatnya itu dengan sebutan Boneng.

"Boneng, gue lagi sakit… lo tengokin gue kesini dong! Katanya lo kangen. Gue gak bisa jelaskan lewat pesan. Mending kita ketemu langsung, gue butuh bantuan lo Neng. Bisa gak lo pura-pura melamar kerja kesini? Nanti gue kirim alamatnya! Cepat balas pesan ini!"

Send. Pesan Alina terkirim.

"Si Boneng, sedang tidak aktif lagi," gumam Alina garuk-garuk kepala.

Alina terus mengecek ponselnya. Tapi tetap tidak kunjung ada balasan dari sahabatnya itu.

Ting.

Pesan balasan akhirnya masuk setelah, Alina begitu sabar menunggunya.

"Al, memangnya ada apa sih,? Sampai gue harus melamar pekerjaan di rumah itu?"

Balas Boneng.

"Gue mohon, bantuin gue. Pasti otak gue rada encer kalau ada lo disini! Nanti gue jelaskan saat nanti lo, udah masuk ke rumah ini. Pokoknya lo, harus melamar sebagai pengasuh anak, nanti gue informasikan, kepada kakak gue, karena nanti. Anak dia yang bakal lo asuh!"

Send. Pesan Alina terkirim.

"Aku harus menemui mbak Sukma. Dan aku perlu bantuan dia agar, si Boneng bisa masuk ke rumah ini, pokoknya kali ini aku harus turun ke bawah, tanpa ada  tahu!" gumam gadis itu kemudian keluar dari dalam kamarnya.

Alina berjalan, dengan sangat cepat, menuju lift untuk pergi ke bawah. Dan saat dia baru pintu lift terbuka di lantai dasar. Tubuh gagah yang ada di hadapannya sedang menatapnya.

"Hehe… Tuan Muda, ketemu lagi!" gadis itu nyengir, karena ketahuan lagi keluar kamar oleh Arya.

"Cepat masuk!" Arya mendorong lagi tubuh istrinya. Masuk ke dalam lift yang baru saja pintunya terbuka.

"Apa-apaan ini,? Tuan, aku mohon, aku izin ya! Aku ingin bertemu dengan mbak Sukma.

"Suuuttt….! Diam! Nanti mama lihat kamu!" ucap pria itu sembari menghalangi tubuh istrinya, sebelum pintu lift tertutup kembali.

"Mama lagi, mama lagi," cetus Alina kesal.

"Dengar ya, bocah! Saya bukan takut dengan mama. Tapi bayangkan jika dia melihatmu di tempat tadi, khawatirnya, itu akan imbas ke ayah, ibu dan adikku.

Alina terdiam, memang benar apa yang diucapkan Arya. Ucapan suaminya itu benar ada nya. Bukan suatu hal yang tidak mungkin. Mama mertuanya akan mengambil lagi, atas apa yang dia berikan, kepada orang tuanya.

"Tapi, Tuan. Aku ingin bertemu mbak Sukma!"

Wajah gadis itu memelas.

"Ya sudah, nanti saya antarkan kamu. Tapi jangan lewat sini!" jawab Arya.

"Tuan, kok kamu sangat manis? Dan Tuan baru pulang dari kantor?"

"Manis? Memangnya saya gula?"

"Serius! Tadi pagi Tuan, pergi tanpa bicara apapun,?" gadis itu seolah ingin tahu isi Arya.

"Tidak apa-apa, saya tadi pagi buru-buru berangkat ke kantor. Btw kamu tidak salah Al. Apa yang kamu katakan itu benar. Dan saya sudah memikirkannya. Sangat berat untuk menyakinkan mama. Tapi saya akan terus mencoba meyakinkannya agar mau membebaskan Sandra dan Sukma." jawab Arya. Tak terasa mereka kini sudah berada lagi di lantai tiga.

"Lalu, aku bagaimana? Apa Tuan Muda akan melepaskanku? Apa Tuan Muda akan, mengakhiri pernikahan kita, juga?" tanya gadis itu.

Deg!

Mendengar itu, hati Arya tersentak.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Arya.

"Iya, aku hanya ingin tahu. Aku berada disini itu karena ditukar, dengan uang. Aku tidak akan pergi, karena aku bukan tipe orang pengecut. Kecuali itu atas kerelaan Tuan Muda sendiri, yang menginginkan aku pergi. Dan membebaskan semuanya. Dan soal apa yang sudah mama berikan kepada orang tuaku. Aku akan menganggap itu adalah hutang, yang akan aku bayar. Aku janji akan bekerja keras untuk mengembalikan atas apa yang mama, berikan." jawab Alina.

"Pyuuhhhhh…" pria itu hanya membuang nafasnya.

"Tatap saya Al!" ucap pria itu.

Alina kemudian mengangkat wajahnya. Lalu dia tatap wajah tampan suaminya.

"Lihat mata saya! Apakah kamu melihat niat jahat, di mata ini untukmu?" tanya pria itu.

"Tuan Muda ini aneh, yang kulihat hanya ada dua bola mata yang berwarna kecoklatan. Juga putih di pinggirnya. Kalau punyaku warnanya abu ya?" gadis itu malah terkekeh.

"Oh my god! Bukan itu maksud saya!" Arya mengacak rambutnya. "Masa kamu tidak mengerti kiasan?" pria itu tampak jengkel.

"Lah, mana aku tau, dan mana aku bisa melihatnya mana orang yang, jahat dan baik lewat matanya. Memangnya aku dukun!" Alina malah semakin membuat Arya jengkel.

"Kamu ini ya!"

"Apa?"

"Ya sudah, kamu mau bertemu Sukma kan? Ayo ikut saya!" ajak Arya lalu berjalan duluan.

"Maafkan aku tuan muda. Aku sengaja, membuat hubungan di antara kita ini, tidak serius. Karena aku tidak bisa mengharapkan apapun dari pernikahan ini! Teruslah jengkel padaku…" batin gadis itu.