Pernikahan Serena dan Sabir terjalin karena keduanya sepakat untuk pulih bersama setelah dikhianati kekasih masing-masing. Terbiasa berteman selama ini membuat perasaan cinta tumbuh serta-merta. Namun, di saat semua nyaris sempurna, Tuhan memberikan Sabir cobaan dalam urusan kerja. Di mulai dari sini, akan mereka temukan arti cinta, pertemanan dan keluarga yang sebenarnya.
Mari, ikuti lika-liku perjalanan Bapak Masinis dan Ibu Baker yang ingin menjadi pasutri apa adanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redchoco, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. SeaWorld
SeaWorld ramai sekali. Padahal sekarang bukan akhir pekan, tetap saja dipenuhi pengunjung.
Sekarang giliran Serena yang menggendong Daniel agar tidak hilang di keramaian. Bisa gawat kalau anak itu terpisah dari mereka.
"Mana bintang laut?"
"Ini dia," tunjuk Serena pada biota laut dalam kolam.
"Kok, enggak mirip Patrick?" Daniel nampak kecewa berat. "Temennya juga enggak ada. Spongebob mana?"
"Eh? Patrick?" Serena mengernyit selama beberapa detik, sebelum akhirnya tertawa pelan menyadari apa maksud Daniel. Anak itu sepertinya berharap bintang laut yang dilihatnya serupa Patrick dalam kartun Spongebob Squarepants.
"Bintang laut yang asli itu seperti ini, Daniel. Kalau yang Daniel bilang temennya Spongebob itu sekadar animasi," terang Sabir memberi penjelasan.
"Animasi?"
Bodohnya, Sabir lupa jika Daniel yang nampak cerdas ini juga anak kecil biasa. Mana paham dia istilah seperti itu.
"Artinya enggak bisa Daniel temui di dunia nyata."
"Cuma bisa nonton aja?"
"Iya," Sabir mengelus puncak kepalanya. "Pintar…." Merasa Serena memerhatikan, Sabir membawa tangannya untuk pindah ke puncak kepala istrinya.
Serena hanya geleng-geleng saja melihat tingkahnya. Dalam hati merutuki jantungnya yang sudah siap lomba lari. Gonjang-ganjing banget detaknya.
Melewati Antasena tunnel, Daniel antusias memandangi ikan-ikan di balik terowongan kaca yang mereka lewati.
"Kok, enggak ada duyung?"
Serena memberi penjelasan pula jika duyung yang dimaksud Daniel adalah manusia setengah ikan yang wajahnya rupawan, maka itu lagi-lagi sekadar animasi.
"Duyung asli enggak cantik, Daniel," sahut Sabir yang berjalan di belakang mereka —melindungi istrinya dari desakan orang lain.
"Ih, enggak boleh bilang begitu," Daniel menoleh ke belakang. "Nanti duyung sakit hati."
"Duyung enggak ada perasaan."
"Setiap makhluk hidup punya hati, Ayah."
"Tapi duyung bukan manusia."
"Tapi kan dia hidup juga."
"Iya, sih."
Serena langsung tertawa mendengar percakapan keduanya. Sabir, sih, pakai acara mendebat anak kecil segala.
Setelah puas berkeliling, mereka pun menuju kerumunan orang yang berada di dekat akuarium khusus piranha. Kebetulannya mereka datang di saat petugas memberi makan ikan-ikan.
"Bunda, bunda, semuanya, mana yang anaknya pada bandel? Setuju enggak kalau diceburin ke sini aja? Biar ada temennya Piranha," teriak petugas pemberi makan ikan.
Orang-orang yang merasa anaknya nakal langsung saja mengancam para anak.
"Kalau nakal lagi, besok-besok mama bawa ke sini, kamu, ya!"
"Ih, enggak mau. Takutttt."
"Makanya nurut kata Mama."
Daniel yang mendengar percakapan itu, langsung memeluk leher Serena erat-erat. "Daniel enggak nakal, kan, ibu?" tanyanya, khawatir akan dibuang ke kolam piranha.
Serena terkekeh geli. "Enggak, kok. Daniel kan anak baik, anak ganteng."
Sabir hanya memerhatikan dengan senyuman, lantas merangkul istrinya untuk sama-sama memandangi akuarium raksasa di depan sana.
Dunia terasa sepi, seolah hanya mereka yang berdiri di sini. Jantung Serena sudah aba-aba mau lari, sementara Sabir sendiri sudah lebih dulu sampai finish. Alias sudah deg-degan juga sejak tadi.
Lamat-lamat terdengar percakapan orang yang sedang menelpon.
"Hujan di daerah mana? Oalah, jadinya enggak bisa jemput? Iya, iya, enggak apa-apa. Kasihan juga ayah kalau hujan-hujanan naik motor. Kami bisa nunggu di sini."
Seolah berada di frekuensi yang sama, otak Sabir dan Serena langsung membunyikan dering peringatan.
"Hujan?" beo Serena, memandangi sang suami.
"Pakaian!" Dia panik.
Sabir mengambil alih Daniel dan menggendongnya, tangannya menggenggam Serena lalu mereka lari bersama membelah kerumunan, mengabaikan orang-orang yang nampak heran.
Tidak peduli, yang ada di pikiran keduanya sekarang cuma satu : jangan sampai pakaian yang sudah dicuci dua kali tadi pagi terpaksa dicuci kembali karena diguyur hujan.
***
𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒍𝒆𝒚𝒐𝒐𝒐𝒕𝒕... 𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒊𝒉𝒊 😂
𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒚𝒂 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏.. 𝑺𝒖𝒌𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒔𝒕𝒂𝒈𝒂𝒂𝒂 🥰
𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒐𝒕𝒉𝒐𝒐𝒓 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 ❤
𝒌𝒆𝒌 𝒈𝒂𝒓𝒆𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊 𝒉𝒊𝒚𝒂𝒂𝒂𝒂 𝒉𝒂𝒉𝒂𝒉 😂
duuuuh apakah akan terjadi huru hara 🤔