Aluna dan Bara saling mencintai satu sama lain, namun mereka memiliki problema yang sangat pelik tapi mereka mampu untuk bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ervina Dwiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Curhat
"Mah, aku boleh nanya sesuatu hal yang penting nggak? Tapi aku harap Mama jawab dengan sangat jujur ya aku nggak mau kalau misalkan mama cuma sekedar ngerasa gimana-gimana sama aku."
Bara seketika langsung menanyakan kepada mama apakah memang benar dirinya ingin dikuliahkan ke luar kota? Seketika mama langsung merasa senang banget ketika Bara menanyakan hal itu kepadanya, padahal Bara sama sekali nggak ada niatan untuk arah sana langsung melainkan hanya sekedar bertanya biasa saja tapi kenapa tiba-tiba aja mama ngomong kayak begitu?
"Ya emang aku ngomong kayak begitu tapi kan cuma sekedar nanya doang nggak ada sesuatu hal yang gimana-gimana banget? Aku sebenarnya sih nggak mau untuk berpisah sama Aluna soalnya kan aku udah ngejalin hubungan sama dia dari lama tapi ketika keluar kota aku rasanya nggak mau berpisah sama dia apalagi kan nanti aku bakalan sibuk dan bakalan susah."
"Kamu lebih memilih mantan kamu atau masa depan kamu? Kamu sadar nggak sih masa depan kamu itu jauh lebih cerah dari pada masa depan percintaan kamu yang paling penting itu adalah kamu harus bisa menjalani kehidupan kamu dengan sangat baik jangan memikirkan sesuatu hal yang aneh-aneh."
"Aku tau sih dan dia juga mengizinkan aku untuk kuliah di luar kota, yang paling penting itu kata dia adalah komunikasi satu sama lain dan ya walaupun dia ngomong kayak gitu aku tetap aja ngerasa berat susah untuk ngelupain masa-masa kita berdua karna kita sering jalan bareng."
"Em kamu nggak boleh ngomong kayak gitu dong yang paling penting itu adalah masa depan kamu yang jauh lebih cerah!"
"Oh iya Mah, aku pengen nanya deh kira-kira pembiayaan masuk kuliah itu mahal atau enggak ya? Soalnya aku juga pengen nyuruh dia untuk masuk kuliah sebenarnya kata dia sih nggak ada biaya untuk masuk ke sana kira-kira Mama bisa nggak membiayai keperluan dia untuk kuliah, kasihan tahu kalau misalkan dia nggak kuliah."
Mama malah tertawa terbahak-bahak atas apa yang diucapkan oleh Bara rasanya semudah itu banget padahal sama sekali nggak seperti apa yang dipikirkan oleh Bara, karena kuliah itu membutuhkan uang yang cukup lumayan banyak dan nggak semudah itu untuk menjalaninya kalau nggak ada pembiayaan atau perekonomian yang cukup.
"Em dia juga ngomong kayak begitu sih kalau misalkan sangat susah banget ngejalanin kalau kita nggak ada uang, tapi aku nggak mau pisah sama dia ya ampun kenapa sih susah banget hidup."
Mama memegang pundak Bara mengatakan hidup itu tidak semudah apa yang kita pikir harus banyak banget lika-liku yang harus kita jalani, apalagi Aluna bukan dari kalangan orang kaya jadi ibaratnya itu bakalan terhalang dan sebenarnya sih mama dari hati yang paling dalam tidak merusak hubungan mereka berdua pengen sang anak bisa meraih masa depan dan meninggalkan masa lalu yang sangat suram banget yaitu memiliki pasangan seperti Aluna.
"Em tapi mama merestui kan hubungan aku sama Aluna selama ini? Aku nggak mau deh kalau misalkan aku ngejalanin hubungan tapi orang tua aku nggak suka sama dia."
"Em kamu minta jawaban jujur atau jawaban gak jujur nih? Soalnya kalau misalkan mama jujur kamu nanti bakalan kecewa bakalan nggak suka makanya mama selama ini hanya sekedar memendam biasa doang."
Lantas membuat Bara langsung terkejut dengan kata-kata mama karena selama ini Mama tidak pernah menunjukkan rasa ketidaksukaannya dengan Aluna. "Em sebenarnya Mama itu tidak merestui hubungan kalian berdua Mama tuh pengen kamu memiliki masa depan yang jauh lebih cerah, tapi kalau misalkan kamu bahagia sama dia ya udah jalanin aja Mama setuju setuju aja kok berusaha untuk melakukan yang terbaik juga untuk hidup kamu."
"Apa gara-gara dia itu bukan dari golongan orang kaya? Kenapa sih mah selalu membeda-bedakan seseorang padahal ketika kita cinta dan sayang sama seseorang ya kita harus jalani untuk masalah perekonomian itu bisa dicari nantinya kenapa harus kayak begitu."
"Kamu nggak tahu aja bagaimana cara hidup yang benar seperti apa, Mama bukannya nggak merestui Mama itu takut aja dengan masa depan kamu yang nantinya gimana-gimana. Kamu tahu nggak papa kamu tuh berjuang untuk memperjuangkan kita semua dengan uangnya jadi ibaratnya Mama nggak mau itu terulang kembali Mama tuh pengen kamu mendapatkan seorang perempuan yang sederajat sama kamu, walaupun mungkin kamu masih SMA tapi masa depan kamu tuh jauh lebih bisa dikejar dan Mama nggak mau ngelihat kamu itu cuma sekedar di situ-situ doang kamu paham kan arti yang Mama maksud ini?"
"Jadi aku nggak direstuin hubungannya sama Aluna? Aku nggak mau sampai kapanpun berpisah sama dia Mah sampai kapanpun juga aku akan tetap sama dia sampai kapanpun, ya ampun kenapa sih malah kayak begini ya udah deh aku nggak mau kuliah di luar kota nanti mau bakalan menjawabkan aku sama dia."
"Kamu nggak boleh ngomong kayak begitu dong ini demi masa depan kamu, masa kamu bakalan bikin orang tua kamu kecewa sih? Kamu sadar nggak sih kehidupan itu tidak mau tentang percintaan masih banyak hal-hal yang bisa kamu kejar!"
Bara sama sekali nggak terima dengan apa yang diucapkan oleh mama karena sampai kapanpun akan terus bersama Aluna karena Aluna adalah orang yang paling ia cintai sampai kapanpun juga. "Hem, intinya adalah ketika aku sudah mencintai seseorang aku nggak bakalan ngelepasin dia, walaupun mungkin orang-orang yang ada di sekitar aku tuh memisahkan kita berdua, ya udah kalau gitu aku langsung masuk ke dalam kamar ya aku rasanya bete banget ketika Mama ngomong kayak begitu sama aku."
Bergegaslah Bara masuk ke dalam kamar dan ia pun benar-benar merasa kecewa banget nggak nyangka mama tiba-tiba aja ngomong kayak begini pantesan aja menyuruhnya untuk segera kuliah ke luar kota ketika udah lulus.
"Kenapa sih orang-orang yang di sekitar gue tuh selalu menyimpulkan tentang perekonomian dari masa depan, padahal gue juga bisa kali meraih masa depan gue dengan cara gue sendiri, gue juga pengen kayak orang-orang di luaran sana yang bisa menghadapi kehidupannya tanpa harus diikut campuri dengan orang tua."
Bara merasa kesel banget kenapa sih tidak sesuai dengan ekspektasi, apalagi Aluna yang mendukung ketika ia menimba ilmu di luar kota rasanya susah banget padahal mereka udah jelas-jelas menjalin hubungan cukup lumayan lama sekitar 2 tahun jadi ibaratnya udah tahu satu sama lain seperti apa.