"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Ahhhh.."
"Ahhhhh.."
"Enak sayang "
Suara seorang wanita yang yang terus merintih di dalam kamar.
Gania semakin mendengar jelas suara rintihan tersebut, bahkan Gania juga mendengar rintihan suaminya, seakan-akan sedang menikmati aktifitasnya.
"Ahhh.."
"Ahhh.."
"Oh.. yes.. Oh.. No.."
"Terus sayang.. lebih kencang." pinta wanita itu dengan sangat manja, hingga membuat Gania bergidik merinding.
Gania yang mendengar suara-suara laknat tersebut seketika sudah tidak bisa untuk menahannya. Bagaimana bisa Desta membawa seorang wanita di dalam kamarnya tanpa sepengatahuan istri dan tanpa izin istrinya.Gania secara langsung membuka pintu yang sedang tidak di kunci, lalu mendorong pintu begitu saja secara lebar-lebar.
Benar saja saat Gania sudah membuka pintu kamar, ia melihat suaminya sedang bercinta dengan seorang wanita di salam satu selimut. Bahkan saking asiknya mereka berdua bercinta, mereka tidak menyadari dengan kehadiran Maura di apartemen tersebut. Gania yang melihat adegan syur suaminya dan perempuan tersebut seketika dadanya menjadi sesak, bahkan ia merasa kakinya sudah tidak lagi menapak pada tanah.
"Mas.." teriak Gania.
Desta yang masih sibuk dengan aktifitasnya seketika berhenti kala mendengar suara Gania. Desta seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Gania.." Desta yang seketika beranjak menjauh dari tubuh wanita di bawahnya dan menyudahi aktifitasnya.
Gania menatap kecewa ke arah Desta suaminya, dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Buket bunga yang sedang di genggamannya seketika terjatuh begitu saja di atas lantai. Desta yang melihat istrinya seketika langsung memakai celana boxsernya dan segera turun dari ranjang tempat tidur.
"Aku bisa jelasin, sayang.." Desta yang berjalan mendekat ke arah Gania. Dan tiba-tiba.
"Plak!." satu tamparan sudah mendarat ke arah pipi Kanan Desta.
"Siapa wanita yang ada di dalam selimut itu? hah.. siapa?." Bentak Gania sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tempat tidur, untuk melihat siapa yang tidur dengan suaminya.
Desta yang melihat Gania berjalan mendekat ke arah ranjang tempat tidur, mencoba untuk mencegahnya.
"Gania.. aku bisa jelasin, ayo keluar." Desta yang mencoba menarik tangan Gania.
"Plak!." Gania yang kembali menampar pipi Desta. "Siapa wanita itu? wanita mana yang kamu bawa ke kamar kita?." tanya Gania di depan Desta, namun Desta hanya diam saja.
"Kenapa kamu tidak bisa jawab mas.. hah.. kenapa?."
"Dia bukan siapa-siapa, sayang." Desta yang terus mencegah Gania agar tidak mendekat ke arah wanita tersebut.
"Lepasin!." Gania yang sudah mengibaskan tangannya secara kasar agar bisa lepas dari genggaman Desta. Gania seketika langsung menarik selimut putih yang menutupi tubuh serta wajah wanita tersebut.
Saat selimut sudah terjatuh ke lantai, Gania di kejutkan dengan wanita yang ada di dalam selimut tersebut. "Vania?." ucap Gania yang terus menatap tubuh wanita tersebut yang belum memakai sehelai kain apapun di tubuhnya.
Gania begitu syok saat melihat Vania yaitu adik tirinya. Yaitu anak dari ibu tirinya yang di nikahi oleh ayahnya dua tahun yang lalu. Usianya lebih muda dua tahun dari Gania
Wanita itu hanya diam dan menunduk, sambil meringkuk untuk menutupi tubuh polosnya. Namun Gania bisa melihat dari postur tubuhnya dan rambut nya bahwa itu adalah Vania adik tirinya.
Gania yang melihat Vania yang di tiduri oleh suaminya seketika menitikkan air matanya. Gania tidak menyangka mereka bermain serong di belakangnya.
"Sayang.. aku bisa jelasin.. aku dan Vania hanya_."
"Diam!." bentak Gania menatap ke arah Desta. "Kenapa kalian tega kapadaku ha.. kenapa?" Gania yang sudah menjatuhkan air mata sambil menatap ke arah mereka berdua.
Desta dan Vania yang melihat Gania marah dan menangis hanya diam. Mereka terlanjur basah kuyup dan sudah tidak bisa berkutik apa-apa.
"Dan kamu Vania." Gania yang menatap ke arah Vania."Kenapa kamu tega kepada kakakmu sendiri, kenapa kamu tega tidur dengan suami kakakmu sendiri? kenapa?." teriak Gania sambil menggoyahkan tubuh Vania berkali-kali.
Vania yang mendapat sentuhan dari kakak tirinya tentao diam.
"Kenapa kamu diam, Vania? jawab pertanyaan kakak, kenapa harus mas Desta? kenapa?." teriak Gania lagi.
"Karena aku mencintai mas Desta kak." jawab Vania yang sudah mengangkat wajahnya lalu menatap ke arah Gania.
Gania yang mendengar jawaban dari Vania semakin terkejut."Kamu mencintai mas Desta?."
"Iya.. selama ini aku mencintai mas Desta, dan iri kepada kakak, karena kak Desta lebih memilih kakak dari pada aku, padahal aku yang duluan dekat dengan mas Desta."
"Jadi selama ini kamu mencintai mas Desta, dan tidak terima jika mas Desta menikahi kakak?."
"Iya.." jawab Vania tanpa merasa bersalah sama sekali."Bahkan mas Desta juga mencintai aku."
"Vania." teriak Desta yang sekaan tidak setuju dengan ucapan Vania.
"Apa kak.. bukannya kakak juga mencintai aku, jika tidak cinta kenapa kakak mau tidur dengan ku, bahkan kita sudah berkali-kali tidur bersama." ucap Vania.
"Vania.. jaga ucapan mu." ucap Desta lagi.
Gania yang mendengar ucapan Vania semakin syok, hatinya benar-benar merasa sakit, dia tidak menyangka orang terdekatnya yang justru menyakitinya.
"Aku benar-benar kecewa dengan kalian berdua, aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan kalian berdua kepadaku!." teriak Gania, lalu berjalan keluar kamar begitu saja dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Alat tes kehamilan yang dari tadi di genggamnya seketika Gania jatuhkan begitu saja di depan kamar, karena menurutnya benda tersebut sudah tidak ada gunanya lagi, mungkin sudah tidak di inginkan lagi oleh suaminya saat ini.
"Gania.." panggil Desta, yang berlari untuk mengejar Gania, namun di cegah oleh Vania.
"Tidak usah di kejar mas.." Vania yang seketika menarik tangan Desta.
"Lepaskan, Vania. Aku harus mengejar Gania." Desta yang menoleh ke arah Vania.
"Untuk apa mas mengejarnya, percuma.. karena kak Gania sudah tidak akan mendengarkan perkataan kakak, kita sudah terlanjur ketahuan." ucap Vania lagi agar Desta tidak keluar dari kamar.
"Terserah apa katamu, aku akan tetap meyakinkan Gania, bahwa ini salah paham." Desta yang menarik tangannya dari genggaman Vania.
"Salah faham? kamus sendiri yang bilang kepadaku kalau kamu juga mencintaiku mas."
"Stop Vania.. aku harus mengejar Gania, dan lepaskan tanganku." Desta yang menarik tangannya secara paksa, lalu meraih kaos di depan kamar.
Saat Desta meraih kaos yang berserakan di depan kamar, matanya tertuju kepada benda kecil yang terlihat jelas terdapat garis merah dua di sana. Desta seketika meraih benda tersebut lalu menatapnya dengan tajam.
"Apakah Gania sedang hamil.. astaga.. istriku sedang hamil." ucap Desta.
"Gania..." teriak Desta kembali beranjak berdiri dan langsung berlari untuk keluar dari aparteman mengejar istrinya.
Vania yang masih duduk di ujung ranjang tempat tidur dengan badan yang masih polos, seketika tersenyum kecut."Hem.. sepertinya rencanaku, dan mama berhasil, membuat Gania, hancur, dan kecewa, ini belum seberapa Gania, mas Desta akan menjadi milikku, dan akan ku buat dia menikahi ku." ucap Vania pelan.
Desta terus berlari mencari Gania ke arah kanan dan kiri, namun Gania sudah tidak ada di depan aparteman."Di mana Gania." Desta yang berjalan menyusuri koridor apartemen.
Saat tiba di ujung ruangan, Desta melihat Gania istrinya sedang menangis di tepi ruangan, dengan menunduk. Desta yang melihat Gania seketika mencoba untuk mendekat.
"Sayang.." panggil Desta.
Gania yang mendapat panggilan tersebut seketika kembali beranjak berdiri, dan meninggalkan Desta begitu saja, namun baru beberapa langkah Gania berjalan, Desta lebih dulu menarik tangannya.
"Jangan menyentuhku!." Gania yang menarik tangannya secara kasar.
"Apa kamu sedang hamil?." tanya Desta.
Gania yang mendapat pertanyaan dari Desta seketika diam.
"Aku tanya kepada mu, Gania.. apa kamu sedang hamil?."
"Tidak." jawab Gania.
"Lalu ini apa? bukankah ini milikmu?." Desta yang menunjukan alat tes pack kepada Gania.
"Bukan.. itu bukan milikku." jawab Gania lalu kembali melangkahkan kakinya begitu saja untuk pergi.
"Jangan berbohong, Gania." Desta yang kembali menarik tangan Gania. "Kenapa kamu tidak bilang kepadaku, jika kamu sedang hamil."
"Bagaimana aku mau bilang, jika kamu sedang enak tidur bersama adik tiriku!." bentak Gania dengan air mata tak kunjung berhenti.
"Itu semua tidak seperti yang kamu bayangkan, aku dan Vania tidak ada apa-apa, Gania."
"Tidak ada apa-apa, kamu bilang tidak ada apa-apa? kalian tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada apa-apa.. kamu kira aku buta!." bentak Gania.
"Itu hanya sebuah kesalahan, Gania."
"Kesalahan.. apakah kesalahan bisa tidur berkali-kali? itu namanya bukan kesalahan, namun kesengajaan!."
"Aku hanya sekali ini saja tidur bersama Vania, apa yang di katakan Vania tadi bohong, percaya lah padaku."
"Apa yang harus aku percaya padamu, apa? seorang suami yang berselingkuh dengan adik tirinya? iya?."
"Gania.. aku tahu aku salah, maafkan aku.." Desta yang mencoba untuk memeluk Gania namun Gania langsung menolaknya begitu saja.
"Aku minta cerai." ucap Gania secara tiba-tiba.
"Cerai? apa kamu gila, kamu sedang hamil, Gania."
"Aku akan menggugurkan anak ini secepatnya." ucap Gania secara lantang.
"Apa? kamu akan menggugurkan anak kita? jangan gila kamu Gania."
"Aku gila? kamu yang gila!." Gania yang sudah tidak mengindahkan ucapan Desta lagi, ia kembali berjalan pergi dari apartemen.
"Gania.. jangan lakukan itu..." Desta yang terus mengajar Gania, namun Gania sama sekali tidak mengindahkannya.
banysk yg antri.