Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berurusan Dengan Polisi
Dikantor polisi Jihan digodain para polisi, ternyata semua polisi di sana sudah kenal dengan Jihan. Ini bukan kali pertama gadis cantik itu berurusan dengan polisi.
“Ji, karena apa lagi sekarang?” tanya polisi yang terlihat sudah berumur.
“Biasa pak tentang anak,” sahut polisi yang duduk di depan computer sambil mengetik.
“Anak siapa lagi sekarang Jihan? Anak tetangga, anak RT atau anak Pak RT?”
Jihan hanya tersenyum kecil mendengar candaan para polisi padanya, ia juga tidak mau bolak balik berurusan dengan polisi, tapi hatinya yang baik tidak mau melihat anak-anak tidak berdaya disakiti.
“Jihan saya sudah menulis laporan tentang kamu, tapi … kekasihmu menolak menjamin dirimu . Jadi, kamu tidak bisa bebas kalau tidak ada yang menjamin. Siapa yang akan kita telpon?”
Jihan tidak menjawab, ia menidurkan kepalanya di atas meja sembari berkata dengan suara kecil, “aku hanya menolong mereka.”
“Jihan tidak semua niat baik kita diterima sama orang,” ujar polisi senior.
“Masak kita diam ,Pak.” Jihan mendongak menatap polisi.
“Ada cara lain Jihan. Lapor polisi. Ini kamu minum dulu.” Polisi itu justru sangat akrap dengannya.
“Lalu siapa yang akan menjamin kamu Ji atau kamu akan menginap di sini malam ini?” tanya Theo polisi yang memeriksa Jihan.
“Jangan Pak, besok saya kuliah.”
“Hmm … orang tua tidak ada, keluarga tidak ada di sini, kekasih juga tidak mau menjamin lalu Bagaimana, Ji?” tanya Theo lagi.
Tidak lama kemudian seorang polisi bertubuh tinggi tegap masuk.
“Pak Rafan istrimu ni,” ujar mereka semua saat seorang polisi tampan itu masuk.
“Aku bukan istrinya Pak.” sahut Jihan dengan tatapan memelas.
“Loh, setiap kali kamu dibawa ke sini dia akan selalu menjamin kamu pulang.”
“Dia hanya anak Bosku kerja Pak,” ujar Jihan dengan menundukkan kepala.
Ruangan itu semakin banyak anggota polisi, mereka habis pulang tugas mengawal demo. Polisi, polisi yang masih mudah itu menahan senyum saat Jihan di candaain sama Theo.
“Kalau tidak … Kamu menikah saja sama Rafan, jadi setiap kali kamu ada masalah sudah ada yang menjamin di sini,” goda Theo lagi.
“Aduh Pak, jangan bawa-bawa Pak Rafan terus terus aku merasa tidak enak,” bisik Jihan sambil bersungut, wajahnya benar-benar tidak enak.
Lelaki yang diomongin hanya diam, duduk sembari memainkan ponsel di tangannya. Ia seolah-olah tidak terusik saat dirinya disangkut pautkan dengan Jihan.
“Ji, kamu menikah denganku saja. Kita bikin anak yang banyak biar kamu tidak gangguin anak orang,” ujar Bram polisi berpakaian intel itu duduk di didekat Theo.
“Berisik Bapak,” ujar Jihan kesal.
“Iya Benar. Kekasihmu tidak mau menjamin kamu lagi, dia sudah capek katanya urusin masalah kamu,” ujart Theo menunjukkan ponselnya.
Mendengar kekasihnya tidak mau membantu, Rafan menoleh sekilas lalu menyibukkan diri memainkan ponselnya lagi. Jihan mencoba menelepon Fahar tetapi panggilan darinya diabaikan. Ia tidak punya pilihan lain, terpaksa menelepon anak Bu Bos. Ia melirik Rafan dengan sikap ragu-ragu ia menelepon, ternyata pulsanya habis dan ponselnya kehabisan daya.
“Astaga,” rutuk Jihan sembari menenggelamkan kepalanya diatas lengan di atas meja.
“Kenapa Ji, ponsel kamu mati? Ini pakai hapeku saja, tidak usah nangis, besok-besok jangan datang lagi ke sini sebagai terlapor. Datang ke sini bawa undangan pernikahan, undang kita,” ujar Theo.
“Iya benar itu, akan lebih bagus lagi kalau menikah denganku atau dengan Rafan,” goda Bram lagi.
“Iya Pak,’ jawab Jihan sembari merapikan hijap yang ia pakai.
Saat ingin menelepon, ternyata nomornya lupa. Jihan bigung, Rafan ingin bergegas pulang Jihan menghampiri.
“Pak Rafan, tunggu.”
“Rafan, istrimu manggil,” ujar Theo bercanda lagi.
“Jangan Pak Rafan dong, sayang gitu,” ledek ujar polisi yang lainya.
Kelakuan Jihan membuat rekan-rekan Rafan meledek mereka lagi. Rafan menanggapinya dengan tenang, “Ada apa?” tanya Rafan dengan tatapan datar.
“Boleh aku pinjam ponsel Bapak, Hapeku habis daya.” Rafan menatap ponsel Theo yang dipegang Jihan. “Oh, nomornya tidak ada di sini, aku mau … minta tolong sama Kak Dila,” ucap Jihan dengan suara pelan.
Dila anak bosnya , tak lain kakak Rafan juga. “Ini.” Rafan menyodorkan ponsel miliknya.
“Aku bilang juga apa, ujung-ujungnya suaminya juga yang paling dibutuhkan.”
‘Para polisi ini, bisanya hanya bisa meledek saja’ umpat Jihan kesal .
Sebenarnya tidak enak sama Rafan, setiap kali ia ada masalah Jihan akan meminta bantuan Bosnya bekerja dan Nyonya bosnya tersebut akan menelepon Rafan putranya yang kebetukan bekerja di kepolisian.
Tidak lama kemudin dokter berwajah cantik itu datang, “Ji, ada apa?”
Mata para polisi itu langsung melonggo saat seorang wanita cantik datang. Mereka bahkan tidak tahu kalau wanita yang berprofesi sebagai dokter itu adik dari Rafan
“Kak Dila, maaf aku menganggu Kakak.”
“Tidaka apa-apa kebetulan mau lewat sini, aku mau pulang juga tadi.”
“Ini siapa yang menjamin?” tanya Theo.
“Saya Kakaknya Pak, adik Rafan.”
“Oooh,” suara para polisi itu serentak sembari menatap Rafan, “ Kakak Ipar,” ujar Theo lagi.
“Ah, kakak Ipar?” Dila menatap mereka dengan wajah bigung, para polisi itu kebanyakan bercanda. “memang Mbak gak tau kalau Jihan istri Rafan di kantor ini. Hampir tiap minggu Jihan datang ke sini melihat Rafan,” ujar Theo.
“Iss! Bapak Fitnah aja,” ujar Jihan kesal.
Dila akhinya mengerti apa yang dimaksud sama rekan abangnya. Jihan beberapa kali berurusan dengan polisi yang menjamin pasti Rafan. Ia tertawa melihat wajah Jihan yang kesal sementara Rafan seperti biasa akan bersikap coll diam dan tidak banyak bicara alias kulkas dua pintu. Setelah ada penjamin Jihan akhirnya diperbolehkan pulang.
“Ji, kamu gak menginap di kantor polisi saja temanin kita bertugas,” ujar Theo lagi.
“Tidak usah. Bapak berisik.” Theo tertawa ngakak.
“Besok-besok jangan datang ke sini lagi ya, Ji.”
“Iya, saya datang nanti, sebar undangan menikah,” ujar Jihan sembari mendengus kesal.
Mereka semua tertawa. “Iya begitu dong,” canda Bram.
Saat ingin keluar dari ruangan Dila menatap sang Kakak.
“Kak Rafan pulang kan, kita baren saja bawa mobilku.” Dila melempar kunci mobil pada sang kakak yang berdiri diam sedari tadi.
“Aku pulang duluan saja kak Dila, terimakasih banyak, aku minta maaf merepotkan terus menerus.”
“Eh mau kemana? Kita pulang bareng kita mau antar. Kata Ines kamu pindah kontrakan ya? Ayo kami antar biar tau tempat kamu yang baru.” Gadis cantik itu memaksa Jihan masuk ke dalam mobil.
“Iya Kak Dila, aku sudah pindah.”
“Eh, kenapa harus ngontrak rumah sih. Kenapa tidak tinggal di rumah kami. Umi juga sudah berapa kali nawarin kamu tinggal di sana, bisa berangkat kerja bareng Umi dan yang lainnya,” ujar Dila.
“Tidak enak Kak.”
“Gak enak bagaimana? Karyawan yang lainnya tinggal di rumah.”
Melihat tatapan dingin Rafan, Jihan ingin rasanya menghilang dari sana secepatnya. Tetapi Dila memaksanya masuk ke dalam mobil dan berniat mengantarnya ke kontrakan. Dalam mobil Jihan ingin menjelaskan alasan dirinya dibawa ke kantor polisi lagi.
“Pak Rafan, saya kekantor polisi lagi karena-”
“Saya tidak nanya,” potong pria itu dengan ketus.
Seketika wajah Jihan merah menahan malu di depan Dila
Bersambung
Bantu like ya
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.