Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21
“Maksudnya apa Nak? Kok kalian kayak melihat hantu saja?” Bu Ulfa sampai keheranan melihat sikap kedua anaknya.
“Anu itu a-ku maksudnya anaknya Pak Jarwo kecelakaan Bunda,” jawabnya Arsyila.
Arsyila dan Arshaka sampai keringat dingin melihat bundanya yang tiba-tiba muncul di belakang mereka yang secara tidak langsung mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Iya yah Bun, Romi kecelakaan bersama dengan teman wanitanya dan mereka sudah dilarikan ke RS terdekat dan katanya temannya itu meninggal dunia karena overdosis obat-obatan terlarang,” jawab Arshaka yang terpaksa mengalihkan pembicaraan.
“Astaghfirullah aladzim, innailaihi wa Inna ilaihi raji'un, semoga hanya mereka yang bertindak tidak baik,ya Allah jaga dan lindungilah anak-anak kami dari perbuatan keji dan maksiat,” cicitnya Bu Ulfa yang sedih mendengar kabar buruk itu.
“Amin ya rabbal alamin,” ucapnya kedua anak-anaknya.
Bu Ulfa segera meninggalkan balai-balai dimana anaknya berada karena masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakannya.
Arshaka akhirnya bernafas lega karena bundanya tidak memperpanjang pertanyaannya mengenai masalah video rekayasa yang dikirim oleh Olivia ke nomor hpnya Arsyila.
“Shaka, ngomong-ngomong gimana caranya cegil itu dapat nomor hpku? Bukannya cuma orang-orang tertentu yang tahu dan orang-orang kampung saja?” Arsyila kebingungan.
“Iya yah, kok bisa dia mengenal kakak bukannya kakak tidak pernah kenal apalagi bertemu dengan cewek rese itu! Terus siapa yang memberikan nomornya kakak? Tidak mungkin kan ia mengambil nomornya kakak di sosmed,” ujarnya Arshaka.
“Gue enggak pernah nyimpan nomor ponsel gue di sosial media apapun, lagian kalau gue nyimpen nomor palingan yang sudah terblokir tak terpakai,” ucapnya Arsyila.
Arsyila dan Arshaka kepikiran kenapa bisa dan apa alasannya Olivia bisa mengetahui nomor teleponnya Arsyila.
“Ini aneh dan gue yakin kalau ada orang yang mengenal kita berdua yang memberikan nomornya kakak dan pasti ada orang dibalik layar yang menyuruh dan bekerjasama dengannya,” terka Arshaka.
“Tapi, siapa coba orangnya coba? Seharusnya gue yang ngomong gitu sama Lo, apa jangan-jangan ketika Lo ngedate sama dia diam-diam mengambil nomor hpku di kontak ponselnya Lo?” tebaknya Arsyila.
“Nggak mungkin kak, gue mah selalu ngumpetin hp kalau ketemuan sama itu perempuan gila. Lagian gue selalu ngehindar kalau diajak kencan. Teman kosan juga nggak ada yang tau nomor hpnya kakak,” jelasnya Arshaka.
“Sudahlah, nanti kita pikirkan solusi terbaik untuk mengatasi cegil gak waras itu. Gue mau bocan besok gue mau tampil cantik enggak mau sampai ada lingkaran hitam dibawah kelopak mataku,” Ucapnya sambil berjalan meninggalkan Arshaka yang merenungi ucapan kakaknya.
Keesokan paginya …
Erina dan Arshaka masih bergelung dalam selimut yang sama karena cuaca pagi ini cukup dingin tetapi suara gaduh ribut-ribut dari luar kamarnya membuatnya harus bangun dari tidurnya.
Terdengar lenguhan kecil dari bibirnya Erina,”Mas Shaka bangun yuk, sudah masuk shalat subuh.”
Arshaka segera mengucek matanya sambil melihat ke arah jam weker yang ada di atas meja nakas sambil menyibak kelambu berenda berwarna pink itu.
“Sudah pukul 4 lewat kurang 5 menit jam lima. Kamu nggak shalat?” Tanyanya yang masih berwajah bantal.
“Semalam sebelum tidur tamu bulananku datang jadi seminggu kedepan harus cuti dulu,” jawabnya sambil menarik kembali bedcover yang menutupi tubuhnya.
“Mas ambil wudhu dulu, gak sempat ke mesjid kalau jam segini,” Arshaka berjalan ke arah luar.
“Pantesan orang kampung sini engga ada yang beli AC karena cuacanya sudah sangat dingin, apalagi di jam segini saja sudah bikin menggigil kedinginan,” gumamnya Erina giginya bergemeletuk kedinginan.
Berselang beberapa menit kemudian…
Arshaka sudah berdiri di atas sajadah panjang berwarna merah dengan khusuk melaksanakan kewajibannya yaitu shalat lima waktu.
Erina duduk bersila di atas ranjangnya yang ukurannya hanya untuk tiga orang dewasa. Dia terkesima mendengar suara suaminya ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
“Masya Allah merdunya suara suamiku imamku dunia akhirat insha Allah til Jannah,” cicitnya Erina.
Erina tidak pernah menyesali keputusannya untuk menikah dengan anak muda yang usianya berbeda jauh dengannya yaitu mereka berbeda selisih empat belas tahun.
Erina selalu blak-blakan memuji kebaikan dan ketampanan suaminya yang membuat dirinya selalu bersyukur atas nikmat luar biasa yang Allah SWT berikan kepadanya.
Arshaka menyelesaikan shalatnya menutupnya dengan muroja'ah Al-Qur'an untuk memperdalam hafalan dan memperbaiki bacaannya.
Arshaka mencium mushafnya ketika selesai mengaji dan menyimpannya di lemari dimana terdapat beberapa banyak buku-buku bacaan dan pelajaran.
Arshaka melipat alat sholatnya kemudian berjalan ke arah ranjang dan melihat istrinya yang tak berkedip menatapnya dengan kedua kakinya yang berayun tak menyentuh lantai.
Arshaka berlutut di hadapan istrinya, ia kemudian mencium punggung tangan istrinya.
“Jika saya melakukan sesuatu yang benar dalam hidupku, itu adalah ketika aku memberikan hatiku kepadamu.”
Erina tak sanggup berucap sepatah katapun mendengar ungkapan tulus dari hati suaminya. Meskipun mereka baru sebulan lebih saling kenal dan usia pernikahan baru jalan dua minggu lebih, tetapi bagi keduanya cinta itu sudah bermekaran di dalam hati mereka.
Erina menangkupkan kedua tangannya di sisi pipinya Arshaka, “Hal paling indah yang aku putuskan untuk lakukan adalah berbagi hidup dan hatiku denganmu, i love Akmal Amelio Arshaka,”
Arshaka mengusap bibirnya Erina,” Aku menyadari bahwa setiap hari aku makin mencintaimu. Terima kasih untuk selalu ada untukku I miss you Erina Syifa Mutmainah.”
Wajah keduanya semakin dekat, jarak mereka semakin terkikis hingga kedua bibir pasutri itu sudah bersentuhan. Arshaka memiringkan kepalanya dan siap mengulum bibir merah merona, tapi ketukan pintu di kamarnya membuat keduanya buru-buru melepaskan pelukannya dan bibirnya yang sudah saling bersentuhan.
Kedua pasutri itu terkekeh geli karena suasana yang begitu syahdu dan romantis kembali terganggu oleh kehadiran orang lain.
“Hahaha! Kita pending dulu, enggak enak ada orang yang mengetuk pintu,” ucapnya Erina.
Arshaka mendengus wajahnya ditekuk,” kenapa selalu saja ada yang mengganggu!”
“Nak Erina, orang-orang dari MUA sudah datang, apa kamu sudah bangun?” tanyanya orang dari balik pintu.
“Tunggu bunda, kami sudah bangun kok,” jawabnya Erina kemudian berjalan ke arah pintu tapi menyempatkan untuk mengecup sekilas bibir suaminya.
“Kiss tipis-tipis dulu sayangku,” Erina malah mengerlingkan sebelah matanya.
Arshaka tersenyum nakal,” entar malam gue akan menghabisi bibirmu yang seksi itu.”
Orang-orang sibuk berlalu lalang mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk pelaminan yang cukup besar dengan ornamen dan dekorasi khas Desa Mekarjaya.
Kursi-kursi tamu sudah berderet-deret dengan tertata rapi. Meja prasmanan sudah dilapisi dengan kain meja yang senada dengan kain yang melapisi kursinya.
Tenda yang berukuran besar sudah terpasang dan janur kuning sudah melambai-lambai padahal baru pukul enam pagi.
Asap sudah mengepul dari arah belakang rumahnya pak Raffi dan wangi bumbu masakan tercium tertiup angin sepoi-sepoi.
Para ibu-ibu sudah berpakaian seragam khas yang dibuat oleh Bu Ulfa untuk para ibu-ibu yang bekerja di dapur.
Bu Leni, Bu Ani dan Bu Reni hilir mudik kesana kemari bergantian membawa beberapa bahan-bahan masakan di dalam baskom membantu para tukang masak yang disewa berasal dari tetangga desa sebelah.
Berselang beberapa menit kemudian…
Erina sedang di-make up oleh orang mua dari kota propinsi karena ibu Ulfa tidak ingin menantunya didandani setengah-setengah. Dia ingin melihat menantunya semakin tampil lebih cantik lagi dari biasanya.
“Masya Allah Nak Erina, kamu cantik banget sayang,” pujinya Bu Ulfa yang berjalan ke arah dalam kamar anaknya.
Arsyila merangkul pinggang bundanya, “Mbak Erina bikin pangling yah Bunda, Shaka nggak salah pilih istri.”
Segala pujian terlontar dari bibir orang-orang yang melihatnya. Tidak satupun orang yang menganggap dan mengatakan kalau Erina tidak cantik.
Panggung besar sudah berdiri kokoh sebagai tempat para artis kabupaten yang akan menghibur para tamu undangan yang hadir.
Layar tancap pun terpasang dan menampilkan pasangan pengantin baru yang menjadi pusat perhatian dari semua tamu undangan silih berganti mengucapakan selamat dan doa restunya.
Nabil, Bimo dan Damar teman kuliah sekaligus teman kosannya sudah datang. Ketiganya duduk di salah satu kursi sambil menyaksikan pertunjukan acara tersebut.
Bimo menyenggol lengannya Nabil,” lihat ke sudut panggung. Bukannya itu Olivia si cegil yang selalu ngejar-ngejar Akmal?
Author,” Arshaka kalau di kota terutama di area kampus dikenal dengan nama Akmal yah kalau dengan orang di kampung terutama keluarga dekat yaitu Arshaka/Shaka semoga tidak kebingungan lagi, happy reading!”
Kedua temannya menyipitkan matanya agar penglihatannya lebih tajam,” benar banget, itu Olivia si Cegil. Dia ke sini mau ngapain?” Tanyanya Nabil.
“Kayaknya ada yang nggak beres! Gue yakin dia datang karena punya tujuan tersembunyi,” tebaknya Damar raut wajahnya terlihat sendu setelah berbicara seperti itu..
“Gue akan membuntuti apa yang akan dia lakukan, Damar ikut gue. Nabil Lo tinggal di sana kan Lo mau pedekate dengan adik iparnya Akmal,” ucapnya Bimo.
“Lo emang sohib terthe best lah, kalau kalian butuh bantuan panggil saja nggak perlu sungkan,” ujarnya Nabil.
Acara pembukaan dimulai dengan tarian tradisional suku di kampung tersebut. Dibawakan oleh beberapa anak-anak sanggar seni setempat.
Keluarga besar Erina dari kota terkesima dan terkesan melihat perhelatan acara pesta rakyat tersebut. Erina dan Arshaka sudah duduk bersanding di kursi pelaminan.
“Siapa yang mau saweran kepada anak-anak penari kita dipersilahkan,” ucapnya MC yang membuka acara tersebut.
Semua orang berbondong-bondong bergantian memberikan saweran kepada mereka. Pak Jamal selaku kepala desa Mekarjaya yang paling duluan tak tanggung-tanggung semua penari yang berjumlah 12 orang itu mendapat saweran banyak.
“Bagaimana dengan Pak Jenderal apa sanggup menyawer mereka?” Tanyanya Pak Jamal yang menatap merendahkan ke arah Pak Irfan.
Pak Irfan tersenyum tipis,”Maaf Pak saya tidak pernah melakukan hal seperti ini tapi insha Allah semua anak-anak itu akan saya berikan beasiswa selama tiga tahun berturut-turut.”
Semua para tamu undangan bertepuk tangan mendengar perkataan dari Pak Irfan dan tentunya bersukur karena tak disangka-sangka mendapat hadiah yang terbaik pernah mereka dapatkan.
MC segera berbicara,” Alhamdulillah makasih banyak Pak Irfan. Anak-anak catat dan ingat baik-baik perkataan Pak Irfan dan setelah acara tolong disetor biodata lengkap kalian semua. Begitu kan Pak Irfan?”
“Cih! Itu pasti hanya akal-akalan Pak Irfan saja! Saya yakin hanya pansos,” cibirnya Pak Jamal.
“Saya juga berfikiran seperti itu Pak kepala Desa, Pak Irfan pasti hanya pencitraan semata yang berpura-pura ingin membantu mereka,” sinis Pak Jarwo.
Pak Irfan nampak tenang dan sama sekali tidak terprovokasi dengan perkataan julid dari mereka berdua. Karena manusia dengan tipe seperti mereka sudah kerap kali dia temui selama hidupnya.
“Insha Allah Papa saya akan menepati janjinya, kalau perlu serahkan biodata kalian sekarang juga serta kelas berapa dan dimana kalian bersekolah! Ingat tiga tahun beasiswanya!” Tegas Esra.
Dia tidak menyukai melihat tatapan dan ucapan nyinyir dari pak Jamal dan Pak Jarwo calon kepala desa baru yang menganggap ucapan papanya hanya sekedar bualan dan omong kosong saja.
Elma pun tak mau diam saja melihat papanya dihina oleh orang dari kampung kakak iparnya.
Elma mendekati salah satu penari yang kemungkinannya masih SMP itu, “Adek, namanya siapa?”
“Saya Kak?” tanyanya anak remaja itu sambil menunjuk ke arah tubuhnya sendiri.
“Iya benar sekali karena kakak mau catat dan langsung transfer uang sebagai tanda bukti kalau kamu salah satu penerima beasiswa dari papa saya,” jelasnya Elma.
Anak remaja yang lainnya langsung mengelilingi tubuhnya Elma gadis 23 tahun itu. Semua orang bahagia karena ucapannya Pak Irfan langsung terbukti.
Pak Jarwo dan pak Jamal tak berisik dan berkutik karena Elma langsung mengirimkan uang kepada dua belas anak SMA kelas X itu ke nomor rekening masing-masing senilai dua juta perorang.
Elma tersenyum mengejek ke arah kedua tokoh masyarakat yang selalu mencari kesalahan orang-orang yang menurutnya tidak sejalan. Terutama orang-orang yang menurutnya mengunggulinya bagi mereka dia lebih unggul dan paling ter dari orang lain.
Bimo terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Olivia bersama dengan perempuan muda yang tidak dikenalnya.
“Astaga dragon! Cantik-cantik tapi perbuatan mereka tidak terpuji!” Ketusnya Bimo.
“Jangan gegabah kita harus terus memperhatikan apa yang mereka lakukan dan bicarakan! Ingat aktifkan alat perekam hp masing-masing,” titahnya Damar.
Janganlah berbuat kejam pada Elma pak dokter karna naluri seorang ibu itu biar apapun yg terjadi akan selalu melindungi anaknya dari marabahaya..
Kamu ga tau hal apa aja yg menimpa Elma semasa mengandungkan putramu.. Ùh sesak dadaku author.. 😭😭😭😭😭
Sabarlah pak dokter..