NovelToon NovelToon
KLAUSUL CINTA SANG CEO

KLAUSUL CINTA SANG CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Office Romance
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Leona Night

Valeria Sinclair, seorang pengacara berbakat dari London, terjebak dalam pernikahan kontrak dengan Alexander Remington—CEO tampan dan dingin yang hanya melihat pernikahan sebagai transaksi bisnis. Tanpa cinta, tanpa kasih sayang.

Namun, saat ambisi dan permainan kekuasaan mulai memanas, Valeria menyadari bahwa batas antara kepura-puraan dan kenyataan semakin kabur. Alexander yang dingin perlahan menunjukkan celah dalam sikapnya, tetapi bisakah Valeria bertahan saat pria itu terus menekan, mengendalikan, dan menyakiti perasaannya?

Ketika rahasia masa lalu dan intrik keluarga Alexander mulai terkuak, Valeria harus memilih—bertahan dalam permainan atau pergi sebelum hatinya hancur lebih dalam.

🔥 Sebuah kisah penuh ketegangan, gairah, dan perang hati di dunia penuh intrik kekuasaan. 🔥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sikap yang Mendua

Valerie’s POV

Pagi ini aku malas mau sarapan, tetapi Elizabeth sudah memberitahuku sejak sejam lalu bahwa makan pagi sudah ready. Tidak enak juga mengabaikan layanan Elizabeth. Aku respek padanya meskipun aku tahu dia lah orang yang mendukung keputusan Alex untuk mendukung perkawinan penuh kebohongan ini. Namun Elizabeth tidak bisa juga disalahkan,karena dia mendukung Alex hanya karena tidak ada jalan lain.

Perlahan aku menuruni tangga dan menuju ke ruang makan. Aku sudah mempersiapkan mental dan hatiku untuk makan sendiri, di ruang makan yang mewah dan besar itu. Betapa terkejutnya aku ketika aku melihat Alex masih duduk di eja makan, ngopi sambil baca koran. Tumben dia belum berangkat kerja. Biasanya dia sudah meninggalkan mansion di pagi hari tanpa meninggalkan pesan. Namun hari ini sepertinya ada yang berbeda.

Aku duduk tanpa menyapanya. Aku hanya melirik dia sebentar lalu mengabaikannya. Saat aku menuang teh panas ke gelas ku, tiba tiba dia menurunkan korannya, memandangku dan berkata,”Aku menyuruh koki membuatkan omelet favoritmu."

Suaranya yang sangat manly dan rendah sedikit membuatku terkejut.

"Surprise, Kau bahkan tahu aku punya makanan favorit?" responku singkat

Dia menyesap kopinya dan agak lama dengan cuek berkata,"Aku bukan pria yang tidak memperhatikan sekelilingku, Valeria."

Ini pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, Alexander menunjukkan perhatian kecil padaku yang bukan bagian dari sandiwara yang terdapat pada Klausul yang dibuatnya. Dan itu membuat ku merasa… aneh.

Segera ku makan omelet kesukaan ku. Aku sedikit tersanjung dengan perhatiannya itu. Hanya saja jauh di lubuk hatiku memperingatkan diriku sendiri untuk tidak terbawa secara emosi pada sikap Alex. Karena sikap manisnya ini bisa saja berubah sewaktu waktu.

“Tumben kau belum berangkat bekerja,”

“Aku sengaja menunggumu, sepertinya kita perlu membuat sandiwara ini lebih masuk ke area privat. Setidaknya kita harus meluangkan waktu untuk makan pagi dan makan malam bersama. Sehingga paman Damian tidak punya bahan untuk curiga pada perkawinan kita,’ Jawab Alex

Aku tersenyum tipis dan kembali berkata,” Dia tidak tinggal d sini, mana mungkin dia tahu atau curiga dengan apa yang kita lakukan,”

Sambil menghela nafas panjang, Alex berkata,” Paman Damian punya akal yang cerdik dan cenderung culas, dia bisa saja mempekerjakan siapapun untuk kemudian mengawasi kita bahkan mengorek informasi seputar kegiatan kita.”

“Tampaknya kau begitu ketakutan pada pamanmu. Aku yakin bukan karena kau tidak berani pada beliau, tapi pasti kau khawatir dengan koneksinya dan langkah yang bisa diambil apabila akal akalan mu ini ketahuan.”

“Aku tidak takut pada siapapun. Termasuk pada Paman Damian. Aku melakukan ini karena menghargai dia sebagai orang tua. Aku bisa saja berbuat kasar, namun aku juga cukup tahu diri, karena bagaimanapun beliau adalah kayak ayahku yang menggantungkan hidup pada perusahaan milik orang tuaku. Beliau juga yang sudah mengasuh dan memelihara kami dengan baik,” jawab Alexander dengan nada tinggi.

“Tidak perlu emosi begitu. Jika semua dasarnya adalah rasa hormat dan sayang pada paman Damian, aku yakin beliau akan memahami apa yang kau lakukan,” ujarku dengan nada datar.

“Mulai sekarang, kau harus siap di meja makan ini setiap pukul 7 pagi dan untuk makan malam pukul setengah 7 malam. Aku tidak suka makan terlalu larut,” ujarnya singkat lalu pergi meninggalkan ku seorang diri.

*****

Hari hari berlalu dengan cepat. Sesuai kesepakatan, kami selalu sarapan pagi dan makan malam bersama. Aku melihat Alexander mengalami banyak perubahan dalam berkomunikasi denganku. Semula dia sangat pendiam, cuek dan kaku. Namun setelah beberapa kali kami bertemu untuk Breakfast dan Dinner, dia lebih lunak dan mudah didekati.

Aku sendiri mulai beradaptasi dengan lingkungan di Mansion ini. Walau aku sering kesepian, tetapi aku selalu mampu menciptakan kesibukan baru, selain dari membantu Alex dalam hal legal formal yang dibutuhkan oleh perusahaannya. Memang tidak selalu, tapi hal itu cukup membuat kami sering berkomunikasi dan tentu saja mengenal satu sama lain lebih baik.

Seperti malam ini aku masuk menemui Alex ke ruang kerjanya sambil membawa dokumen perusahaan untuk aku serahkan padanya.

"Ini laporan legal untuk merger perusahaanmu. Aku sudah meninjau semua klausulnya." ujarku sambil meletakkan sejumlah dokumen di meja Alexander.

Alexander menerima dokumen itu, tetapi matanya tetap terfokus padaku, tidak seperti biasanya.

Tatapan itu membuat ku merasa sedikit gelisah.

"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" ujarku dengan nada jengkel.

Alexander menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya penuh pertimbangan.

"Aku hanya berpikir… kau cukup cepat beradaptasi dengan kehidupanku. Lebih cepat dari yang kuharapkan."

Aku memiringkan kepalaku dan berkata,” Kau tidak perlu merayu atau pura pura baik. Hal apa lagi yang perlu kulakukan atau harus kuhindari.”

Alexander tersenyum kecil, senyum yang samar tetapi cukup untuk membuat Valeria terkejut.

"Aku hanya… tidak mengira kau akan bertahan sejauh ini."

Itu hampir terdengar seperti pengakuan, tetapi Alexander segera mengalihkan pembicaraan.

"Lupakan. Kita punya acara gala besok, bersiaplah."

Alexander kembali fokus ke dokumen, tetapi aku bisa melihat jemarinya mengetuk meja dengan tidak sabar—pertanda kecil bahwa pikirannya terganggu.

Hal itu membuatku bertanya-tanya: apakah Alexander mulai memperhatikanku lebih dari yang seharusnya? Terus terang aku tidak mau lagi terjerumus seperti malam Valentine itu. Dimana aku menyerahkan kegadisanku padanya.

“Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke kamar,” ujarku

Baru beberapa langkah aku meninggalkannya, dia memanggilku.

“Tunggu Valerie, duduklah, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu,” ujarnya

Aku berbalik dan duduk di hadapannya.

Dia lurus menatapku dan kemudian berkata,” Apakah Lancaster tahu bahwa kau menikah denganku?”

Aku mengangkat bahuku, tanda aku tidak tahu.

“Kau melarangku untuk berpamitan waktu itu. Sehingga aku tidak mengatakan apapun tentang pernikahan ini.” jawabku.

“Apakah kau punya teman atau sahabat atau siapapun yang tahu tentang hal ini?” tanyanya lagi

“Aku memang punya teman Jennifer yang tahu bahwa aku akan menikah denganmu. Tetapi tentu dia tidak tahu bahwa ini adalah perjanjian semata. Aku cukup punya otak untuk tidak mengatakan apapun pada Jennifer. Aku malu. Aku tidak ingin dianggap bodoh dengan menyetujui Klausul yang ada pada perjanjian nikah itu,’ jawabku.

“Bodoh? Mengapa bodoh?” dia bertanya lagi kali ini dengan sikap tubuh lebih tegak

Aku menghembuskan nafas panjang, dan kembali berkata,” Alexander, kau harus tahu. Tidak selamanya uang bisa membuat orang bahagia. Tidak semua orang mau mengorbankan perkawinannya untuk uang. Aku sejatinya juga tidak. Karena pasca pernikahan palsu ini, statusku sebagai janda tidak palsu. Bahkan kehilangan keperawanan ku itu juga bukan palsu. Aku merasa diriku saat ini terjebak dalam permainan playboy kelas kakap yang tidak punya empati dan hati nurani. Bajingan berkedok pengusaha ternama. Tapi aku tidak berdaya. Aku ingin lepas dari belenggu Thomas Lancaster.”

Entah seperti apa isi kepalanya setelah mendengar ucapanku. Tetapi yang jelas saat itu dia hanya menunduk dan wajahnya tampak memerah. Aku tidak peduli. Dia harus tahu diri. Bahwa menikah dengannya dan mengikuti Klausul yang dibuatnya, adalah sebuah kesialan dan kesalahan fatal bagiku.

“Apakah kau tersiksa dan ingin menghentikan ini semua?” tanya Alex dengan tetap menunduk

“Bagiku aku hanya ingin berkomitmen. Karena hanya itu jalan keluarnya. Aku tidak ingin dicap sebagai pengkhianat atau orang yang tidak bisa pegang janji. Walaupun aku tidak bahagia bersamamu di rumah ini. Tapi, ya sudahlah toh ini hanya sebuah..pengorbanan untuk hidupku yang lebih baik kelak. Semoga saja ke depan aku lebih beruntung,” jelasku

Tiba tiba dia meraih tanganku, menggenggamnya lalu menciumnya lembut. Lalu dia mendongak dan berkata,” Maafkan aku, aku tidak pandai memperlakukan wanita dengan baik. Aku tahu aku berhutang nyawa padamu. Maka sudah seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik.”

Aku menarik tanganku perlahan, dan berkata,” Aku menolongmu karena rasa kemanusiaan. Aku juga menyayangimu. Aku ingin kita bisa saling jaga perasaan masing masing. Aku akui aku salah membiarkanmu tidur denganku saat Valentine kemarin. Karena itu akan merusak hubungan kolegial kita. Aku bukan siapa siapa bagimu, demikian juga sebaliknya.”

Alex menatapku dan bertanya,” Apakah kau menyesal melewatkan Valentine itu bersamaku?”

Mantap aku katakan padanya,” Ya aku menyesal. Tidak seharusnya aku menganggap kau menjadi bagian dari hidupku. Walau kita serumah dan kadang satu tempat tidur, kau tidak seharusnya masuk ke dalam hidupku. Karena kau adalah pemberi pekerjaan dan aku hanya pekerjamu.”

Dia menatapku dengan raut wajah yang susah dijelaskan, lalu berkata,” Saat itu aku tidak menganggapmu sebagai pekerja yang melayani majikan. Sama sekali tidak. Aku menghargaimu sebagai…”

Aku langsung memotong pembicaraan dia,” Sebagai istri?”

Dia menunduk tidak menjawab ya atau tidak. Sikapnya yang diam itu membuatku geram dan makin tidak respek.

“Sudahlah, ini sudah malam, aku harus tidur. Kau tidak perlu repot menganggapku istri, Aku tahu bagimu aku hanya seonggok sampah yang bisa kau nikmati jika perlu,” ujarku sambil berlalu meninggalkan ruang kerjanya.

Malam itu aku merenung. Apa yang terjadi pada Alex. Mengapa dia begitu bingung seperti tertarik ke dua kubu berbeda, antara ingin memperlakukanku dengan baik, atau memanfaatkanku. Aku merasa Alex sedang tidak baik baik saja. Sesuatu terjadi dalam dirinya yang bisa berdampak pada diriku. Dan aku tidak suka itu.

****

1
naura khalidya
mampir thor...
Leona Night: terimakasih sdh mampir/Heart/
total 1 replies
OBES20
lanjut
Leona Night: Terimakasih /Heart/
total 1 replies
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞IntanArmy💜°𝐒⃟: ✿࿐
mampir semangat
Leona Night: terimakasih sdh mampir
total 1 replies
Kim nara
Bagus ceritanya yuk baca yuk
Leona Night: Terimakasih, semoga menghibur, dan setia baca sampai tamat/Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!