NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: bbyys

Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.

Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.

Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.

"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.

"Kau adalah milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Batu Setan

Setelah kejadian itu, Ashley mengabaikan Sora dengan sikap dinginnya. Ia memintanya untuk tidak menemuinya kecuali saat dipanggil. Sora kembali membantu pekerjaan Flora, mencuci pakaian.

Esok harinya Ashley pergi lagi untuk waktu yang lama.

Semenjak pagi, Sora melihat orang-orang tampak sangat sibuk. Apalagi kepala pelayan, ia terlihat memiliki banyak pekerjaan.

"Flora, apa akan ada acara dicamp?" tanya Sora.

"Memang akan ada acara. Tapi bukan dicamp." ujar Flora. "Akan ada acara perburuan yang akan dihadiri para bangsawan, ksatria serta para prajurit dari segala penjuru kerajaan."

"Tahun ini, pasukan pemburu yang akan menjadi penyelenggara acaranya. Itu sebabnya kepala pelayan sangat sibuk sekali."

"Acara besar seperti itu, pasti berat untuk mengurusinya."

"Tidak semuanya yang madam handel, ia juga akan dibantu beberapa wanita bangsawan yang biasa mengurusi acara seperti itu."

...****************...

Siang hari. Sudah waktunya makan siang.

"Elena." Panggil madam saat ia melihat Elena sedang menyantap makanannya.

Elena meletakkan alat makannya dan menghampiri madam.

"Ada apa, madam?" tanya Elena.

"Aku ingin kau pergi ke kota dan belikan beberapa barang." Madam memberikan selembar kertas kepada Elena. Diantara para pelayan, hanya Elena yang bisa membaca.

"Apa aku boleh pergi bersama satu orang lagi. Sepertinya, barangnya banyak, aku butuh bantuan untuk membawa barang-barang itu."

"Ajaklah siapapun yang kau mau."

"Sora!" Elena datang menghampiri. "Apa kau mau ikut aku ke kota?" tanya Elena.

"Kenapa kau harus mengajak Sora? Bukankah kau benci kepadanya?" tukas Flora, ia tak percaya dengan Elena dan berfikir mungkin ia memiliki maksud tersembunyi.

"Untuk masalah waktu itu aku minta maaf, aku sudah menyerah."

Sora memandangi Elena, tidak terlihat maksud lain dari wajahnya.

"Baik. Aku akan ikut denganmu." jawab Sora.

"Kau tahu. Elena selalu membuat masalah denganmu, kenapa mau pergi dengannya?" ucap Flora bingung.

"Di kota ramai orang, ia tidak akan berani macam-macam disana. Jangan khawatir." Sora menenangkan temannya itu yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Ayo, kita harus berangkat sekarang." ajak Elena.

Sora dan Elena naik ke kereta kuda yang sudah disiapkan, sang kusir menjalankan keretanya menuju ke kota.

Disepanjang jalan mereka berdua hanya diam saja. Tidak berbicara sama sekali, hubungan mereka memang tidak sedekat itu.

"Kita sudah sampai." ujar kusir memberitahu. Mereka turun di depan sebuah toko.

"Saya akan memarkirkan keretanya dulu di sana." tunjuk kusir ke arah tempat para kereta terparkir.

"Ayo masuk." ajak Elena.

Sora dan Elena masuk dari satu toko ke toko lainnya. Membeli banyak barang, barang-barang besar akan diantarkan langsung ke kereta kuda. Sedangkan barang kecil, mereka bawa sendiri.

Elena masuk kedalam toko pakaian, tokonya terlihat sedikit mewah. Elena disambut hangat di sana. Para penjaga toko sudah mengenalnya. Sepertinya ia sering berbelanja di toko itu.

"Ini pesanan Madam Cyra." Penjaga toko itu menyodorkan sebuah kotak berwarna merah. la menunjukan isi kotak itu.

"Iya. Benar ini barangnya." ujar Elena. Didalam kotak itu berisi gaun berwarna merah.

"Apa masih ada barang yang harus dibeli?" tanya Sora. Tangannya sudah penuh, tas-tas belanjanya sangat banyak.

"Sudah semua. Ayo kembali." jawab Elena.

Mereka pun kembali ke tempat keretanya di parkir.

"Tunggu!" Elena menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa?"

"Sepertinya ada satu barang yang tertinggal." sahutnya. Ia memeriksa beberapa kantong belanjanya. "Ada satu barang yang paling penting, bisa-bisanya aku lupa."

"Kenapa bisa lupa? Aku tadi sudah mengingatkannya, kan."

"Maaf Sora, bisakah kamu ambilkan barang itu." Elena mengambil barang belanja dari tangan Sora. "Barangnya ada di toko pakaian yang baru saja kita datangi."

Elena meninggalkan Sora pergi membawa barang bawaannya. Sora berjalan kembali ke toko itu.

"Kau yang tadi datang bersama Elena. Apa ada yang ketinggalan." tanya seorang penjaga toko yang mengenali wajahnya.

"Ada barang Elena yang tertinggal." ujar Sora.

"Apa barang ini?" Penjaga itu menyodorkan kotak berukuran kecil. Sora menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Terima kasih." ucap Sora sambil menerima barang itu.

Sora pun kembali ke tempat pertemuan, setibanya disana dia terkejut. Kereta yang tadi mereka tumpangi sudah tidak ada.

"Maaf apa anda melihat kereta yang ada disini?" tanya Sora kepada kusir lain yang ada disekitar.

"Sepertinya mereka sudah pergi 5 menit yang lalu." sahutnya. Sepertinya itu waktu saat dia kembali ke toko pakaian mengambil barang.

"Elena sengaja meninggalkanku." gumam Sora kesal.

Ternyata itu tujuannya, ia mengajaknya hanya untuk meninggalkannya di sini. Tapi untuk apa? Bukankah ia akan kena masalah jika ketahuan.

"Maaf, bisakan anda mengantarku ke camp pasukan pemburu?" tanya Sora.

Kusir itu langsung menolak. "Maafkan saya. Majikan saya akan mencari saya jika saya pergi. Anda bisa pergi ke tengah kota. Akan ada penyewaan kereta disana." jelasnya.

"Terima kasih." ucap Sora.

Sesuai petunjuk kusir itu, Sora berjalan menuju tengah kota. Mengikuti jalan besar menuju sebuah patung singa besar yang menjadi monumen kerajaan.

Mau berapa kali melihatnya, Sora sangat takjub dengan kota ini. Bangunan tua tapi indah, tempat yang asri. Dia mengagumi patung singa itu, patungnya berwarna putih bahannya terbuat dari batu granit kualitas tinggi. Patungnya di ukir dengan sangat rapi dan detail.

Sora melihatnya dari kejauhan, banyak kereta kuda yang berjajar rapi. Dia langsung berlari kesana.

"Akh!" Karena tidak melihat jalan dengan benar, Sora menabrak seorang pria tua hingga membuatnya terjatuh.

"Maafkan aku." Sora langsung membantunya berdiri. "Aku benar-benar minta maaf." Sora merasa tidak enak karena membuat seorang kakek tua yang sudah kesulitan berjalan menjadi terluka.

"Tak apa." sahutnya.

Kakek itu pun pergi, ia berjalan sambil melihat ke bawah seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa kakek sedang mencari sesuatu?" tanya Sora penasaran.

"Saya sedang mencari kalung milik mendiang istriku." Wajahnya terlihat sedih.

"Aku akan bantu carikan." tawar Sora, dia tidak enak membiarkannya kesulitan seperti itu. Sepertinya kalung itu barang berharga baginya.

Kakek itu langsung menolak. "Tidak perlu. Anda pasti sedang ada urusan."

"Tidak apa-apa. Aku tidak sedang terburu-buru." jawab Sora. "Seperti apa bentuk kalungnya?"

"Kalau begitu maaf sudah merepotkanmu. Kalungnya memiliki liontin yang terbuat dari batu berwarna merah transparan." urainya.

"Apa kakek ingat, melewati jalan mana saja, mungkin jika kita menelusuri jalannya. kita akan menemukan kalung itu."

"Saya ingat." Kakek itu mulai berjalan, Sora mengikutinya dari belakang sambil melihat kebawah, mencarinya.

Semakin lama kakek itu berjalan semakin jauh dari kota dan masuk ke dalam taman kota. Terus berjalan hingga ke ujung taman menjauhi keramaian.

Tidak ada siapapun disana.

"Apa benar kakek lewat sini?" Curiga Sora.

"Benar. Saya mungkin sudah tua. Tapi, ingatan saya masih kuat."

Mereka berjalan semakin jauh dari keramaian. la berjalan masuk kedalam hutan. Berjalan semakin dalam. Sora mulai merasa cemas.

"Tempat apa ini?"

Mata Sora terbelalak saat melihat ada sebuah bangunan di tengah hutan kota. Bangunan besar berwarna putih dengan pilar besar, jika melihat dari bentuknya, sepertinya tempat itu adalah kuil.

Kuilnya tidak begitu terawat, tanaman merambat menjalar di sekitar bangunan, ada lumut dimana-mana serta beberapa retakan terlihat.

"Tapi kenapa terletak ditengah hutan?" Pikir Sora.

Lokasi kuilnya sangat terpencil apalagi letaknya di tengah hutan. Pasti didalam kuil ini sudah lama ditinggalkan dan tidak terpakai lagi.

"Tempat apa ini?" tanya Sora lagi.

"Ini adalah kuil Akeelah sang penjaga batu setan."

Sora terkejut. Suara kakek tua yang bergetar saat berbicara kini berubah. Suaranya berat, mirip suara seorang pria.

Sora membalikkan badannya, matanya kembali terbelalak. Kakek tua itu seketika berubah menjadi seorang pria dewasa.

"Kamu siapa?" Lontar Sora waspada.

"Kenalkan. Namaku Ramsey." sapanya.

Seorang pria berambut hitam yang ikal, berbadan tinggi. Tidak terlalu kurus tapi tidak gemuk juga. Proporsi badannya sangat bagus. Kulitnya yang putih pucat, wajah yang tegas serta hidungnya yang mancung. Dia adalah pria tertampan yang pernah Sora temui.

Sora memandanginya dengan lekat, dan baru menyadari matanya yang berwarna merah. "Vampire?" gumam Sora. la menyeringai memamerkan gigi taringnya.

"Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa berpura-pura menjadi pria tua dan membawaku ke sini?" Sora mundur ke belakang. Berusaha menjauh dari orang itu.

"Aku membutuhkan bantuan."

Sora mengerutkan keningnya. "Bantuan apa yang bisa aku berikan? Aku tidak memiliki kemampuan apapun." tukas Sora.

Dia tidak memiliki kelebihan atau kemampuan apapun. Dia hanyalah seorang gadis biasa.

"Tidak! Kau memilikinya." Paparnya dengan penuh percaya diri. "Aku melihat ada energi putih di sekelilingmu. Aku tahu kau pasti bisa menolongku."

"Energi putih?" Sora melihat sekeliling tubuhnya, tapi tak melihatnya. Yang Sora lihat hanyalah energi hitam disekitar tubuh pria itu. Energinya sangat pekat.

"Apa yang kau lakukan?" ucap Sora ketika pria itu menarik tangannya, menariknya hingga ke depan pintu masuk kuil.

"Bukalah pintu itu?" Perintahnya.

"Bagaimana caranya?"

Sora memandangi pintu itu dengan pandangan bingung. Pintunya sangat besar, tingginya sekitar 2 kali lipat dari tubuhnya. Pasti akan sulit dan berat untuk membukanya. Kenapa pria itu malah menyuruhnya, ia terlihat lebih kuat daripadanya. Seharusnya pria itu membukanya sendiri.

"Coba sentuh saja pintunya. Nanti kau akan tahu caranya."

Sora menyentuh pintu itu, menyentuhnya dengan pelan.

Tiba-tiba tanah bergetar, pintunya terbuka dengan sendirinya. Mata Sora kembali terbelalak.

"Sudah aku duga. Kau adalah orang yang tepat." Pria itu kembali menariknya masuk kedalam kuil.

Lorong yang panjang menyambut mereka. Lampu lentera yang dipasang di sepanjang lorong menyala dengan sendirinya. Menyala satu persatu mengikuti langkah kaki mereka.

Ruangannya putih semua. Tidak seperti bagian luarnya, bagian dalamnya terlihat masih bagus.

Sora terus berjalan masuk lebih dalam hingga dia sampai di tengah ruangan. Ruangannya sangat luas. Pilar-pilar berwarna putih terpasang disekeliling, Sora melihat sebuah patung wanita di tengahnya.

"Siapa wanita itu?" tanya Sora.

"Dia adalah Akeelah pertama." sahutnya.

"Akeelah? Apa itu?" tanya Sora tidak mengerti. Dia sudah mempelajari banyak hal tentang dunia ini. Tapi di buku yang pernah dibaca tidak ada yang menyebutkan tentang Akeelah.

"Akeelah adalah dewi penjaga batu setan."

"Apa lagi batu setan?" Terlalu banyak hal baru, yang tidak dia ketahui. Pengetahuannya masih kurang.

"Batu setan adalah batu yang akan membuat para monster kuat dan bisa menghancurkan peradaban manusia."

Sora memandanginya dengan mata yang terbuka lebar. 'Batu yang bisa membuat para monster kuat? Jika batu itu jatuh ke tangan yang salah. Apa yang akan terjadi nantinya? Apa akan terjadi perang lagi?' batin Sora.

Sora pernah dengar tentang perang yang terjadi 10 tahun lalu. Perang melawan penyihir. Perangnya berlangsung bertahun-tahun. Kelaparan terjadi dimana-mana, kerusakan di berbagai tempat, serta banyaknya wabah penyakit. Perang memberikan dampak buruk untuk semuanya. Sora tidak bisa membayangkan jika perang itu terjadi kembali.

Mereka terus berjalan mendekati patung besar itu, di depan patungnya ada sebuah kolam kecil, airnya sangat jernih padahal tempat itu terlihat tidak ada yang merawatnya. Di dasar kolamnya, Sora melihat banyak sekali berbagai batu permata dengan berbagai warna dan bentuk.

"Ambillah, salah satu batu itu." Perintahnya.

"Batu yang mana? Kenapa aku harus mengambilnya? Kenapa tidak kau saja yang ambil." Sora terus melontarkan banyak pertanyaan kepada pria itu. Membuat Ramsey mengerutkan dahinya dan memandangi Sora dengan tatapan tajam.

"Kau terlalu banyak bertanya, ambillah batu yang mana saja. Yang menurutmu menarik."

Sora menurutinya, mengambil batu dengan asal. Tiba-tiba tanah kembali berguncang, guncangannya lebih besar dari yang tadi, pilar-pilar berjatuhan, sepertinya tempat ini akan runtuh.

"Kita harus pergi dari sini." Ramsey berkata kepada Sora dengan cepat.

"Apa yang kau lakukan?" Tanpa meminta izin. Ramsey menggendong tubuh Sora.

Berlari dengan cepatnya menghindari runtuhan. Sora melihat pintu masuknya yang perlahan hampir tertutup.

"Pintu masuknya akan menutup." ucap Sora dengan panik. Dia menutup matanya. Dia tidak yakin bisa keluar dari sini dengan selamat.

"Akh!" Pria itu menurunkannya dengan kasar.

Sora melihat pepohonan lebat disekelilingnya, ia bisa mengeluarkannya dengan selamat.

'Bukk ....'

1
Aksara_Dee
sampai sini dulu ya Thor, nanti lanjut lagi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!