Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan gila
"HAH? Kau ingin tidur dengan gigolo? Kamu gila Dambi. Benar-benar gila."
Gery, seorang pria jangkung berkulit putih, hidung mancung dengan tinggi badan sekitar 180 cm itu menatap Dambi dengan raut wajah tidak percaya. Disebelahnya duduk Yuka, yang kini terbatuk-batuk mendengar perkataan sahabat mereka itu.
Dambi, Gery dan Yuka sudah bersahabat dari SMA. Mereka masuk kampus yang sama. Sebenarnya Yuka berencana untuk kuliah di luar negeri, tapi tidak jadi karena Dambi memaksanya masuk dikampus yang sama dengan gadis itu dan Gery. Demi persahabatan mereka, Yuka akhirnya memilih kuliah di dalam negeri saja, bersama Dambi dan Gery.
Dambi sendiri entah pikiran darimana ia sampai memikirkan hal segila itu. Dari kemarin ia terus memikirkan ide agar perjodohannya dibatalkan. Karena orangtuanya bersikeras mau menjodohkannya, ia terpaksa harus membuat laki-laki yang akan dijodohkan dengannya yang membatalkan perjodohan itu. Kalau mau pria itu itu tidak suka padanya, berarti dia harus melakukan sesuatu yang dibenci oleh kebanyakan laki-laki.
Dan setelah berpikir-pikir lama, ide gila itu tiba-tiba muncul. Menurut Dambi, kebanyakan laki-laki tidak akan memilih menikah dengan perempuan yang sudah tidak perawan lagi. Apalagi yang bukan disentuh oleh mereka sendiri. Dambi tertawa, ia yakin sekali ide gilanya ini akan berhasil. Kan sudah dia bilang, dirinya tidak polos-polos amat.
"Nggak bisa Dambi, kamu mau ngerusak diri kamu sendiri cuma karena perjodohan bodoh itu?" pungkas Gery tidak setuju. Yuka disampingnya ikut mengangguk.
"Bener, gimana kalo papa sama Mama kamu tahu? Bukan kamu doang yang dihabisin, aku sama Gery juga. Please Dam, jangan aneh-aneh deh." timpal Yuka.
"Terus gimana dong? Memangnya kamu mau tidur sama aku?" Dambi menatap Gery yang langsung tersedak mendengar perkataan gadis itu.
"Nggak mau kan, makanya biarin aja aku cari gigolo." cicitnya. Yuka menggeleng-geleng. Dia merasa otak Dambi ini memang sudah geser karena perjodohan itu. Tiba-tiba Yuka terpikir sebuah ide.
"Aku tahu." Dambi dan Gery sama-sama memandangnya.
"Kamu nggak perlu cari gigolo beneran. Yang palsu aja." ucap Yuka. Dambi menatap sahabatnya itu bingung.
"Maksud kamu?" Dambi bertanya.
"Jadi kamu cari aja seseorang yang bisa dibawa ke hotel. Terus kalian bisa ngambil foto dengan pose yang kayak habis ngelakuin sesuatu yang nggak-nggak gitu. Nanti fotonya bisa kamu pakai buat dijadiin bukti ke calon tunangan kamu itu kalau kamu bukan perempuan baik-baik. Gimana? Coba ide itu dulu, kali aja berhasil." kata Yuka panjang lebar. Ia pikir itu adalah ide yang baik. Dambi juga tidak perlu mengorbankan tubuhnya.
Dambi berpikir sebentar. Boleh juga sih idenya Yuka.
"Terus, laki-laki yang mau ke hotel bareng aku siapa?" tanyanya menatap Yuka dan menghentikan pandangannya pada Gery. Ia tidak punya kenalan cowok lain. Cuma Gery doang sahabat seperjuangannya dari dulu.
"Nggak ada. Cari yang lain, aku nggak bisa titik." tolak Gery mentah-mentah. Bisa-bisa dirinya lagi yang habis kalau orangtua gadis itu sampai tahu. Ia tidak mau.
"Gini aja, aku minta tolong kakak aku aja. Kebetulan aku dengar hari ini dia ada di hotel, urusan bisnis sih. Tapi nggak apa-apa nanya dulu. Kakak aku itu orangnya baik, pasti mau bantu." Dambi makin semangat mendengar perkataan Yuka. Yuka lalu menelpon dan berbicara panjang lebar dengan sang kakak.
Dambi tidak pernah mengenal kakak Yuka. Karena kakaknya selalu sibuk kerja. Jadi tiap kali Dambi dan Gery main ke rumah Yuka, mereka tidak melihat keberadaan kakak dari gadis itu. Dambi jadi penasaran seperti apa rupanya, tampan atau tidak. Melihat Yuka yang sangat cantik, pasti kakaknya juga tampan. Karena sekarang Yuka ngekos juga, kemungkinan untuk melihat kakaknya jadi sangat kecil.
"Gimana-gimana?" Dambi berseru antusias menatap Yuka.
"Kakak aku awalnya menolak keras, tapi tenang aja, aku udah maksa banget dan ceritain tentang masalah kamu, jadi dia setuju. Nanti malem dia ada jam kosong. Kamu langsung pergi aja ke hotel. Nanti aku kirim alamat yang kakak aku kirim." Dambi langsung memeluk Yuka. Memang sahabatnya yang satu ini the best banget.
***
"Siapa?" Angkasa melirik sebentar ke Kevin setelah melihat pria itu mengakhiri pembicaraannya dengan seseorang di ponsel. Mereka sedang makan siang di sebuah hotel tempat mereka akan meeting sore nanti. Hari ini ada pertemuan dengan sebuah klien penting dari luar negeri, jadi Angkasa memakili papanya bertemu dengan klien penting tersebut.
"Adikku." sahut Kevin.
"Ada masalah?" tanya Angkasa lagi. Ia jadi penasaran karena Kevin berbicara panjang lebar ditelpon dan terdengar berdebat kecil dengan adiknya.
"Adikku ingin aku berakting menjadi gigolo dengan sahabatnya." Angkasa langsung terbatuk. Ia ingin tertawa tapi tidak jadi karena melihat raut wajah kesal Kevin. Gigolo? Astaga.
"Gigolo? Maksudmu, adikmu ingin kau tidur dengan sahabatnya?"
"Tidak sampai sejauh itu." sela Kevin cepat. Dia sudah gila kalau dirinya sampai setuju. Kevin bukanlah pria brengsek yang mau tidur dengan sembarang wanita. Angkasa mengernyitkan dahi.
"Hanya berpose seperti sedang melakukan itu untuk di foto. Temannya tidak mau dijodohkan, jadi kata adikku gadis itu ingin terlihat seperti perempuan nakal. Foto itu nanti akan dia tunjukkan pada calon tunangannya, supaya pertunangan itu dibatalkan. Pikiran konyol. Aku tidak tahu adikku memiliki sahabat yang bodoh begitu. " ia menjelaskan panjang lebar dengan nada jengkel. Kevin sudah mati-matian menolak tadi. Tapi adiknya terus memaksa. Mau tak mau akhirnya dia setuju saja daripada di teror terus oleh sang adik.
Benar kata Kevin. Gadis bodoh mana yang mau berlakon seperti itu? Tapi Angkasa penasaran.
"Bagaimana dengan rencanamu? Kau tetap akan mengajar dikampus itu?" tanya Kevin mengganti topik. Angkasa menganggukan kepala.
"Tapi setahuku kau tidak begitu tertarik dengan mengajar, kenapa malah tiba-tiba mau jadi dosen?" seingat Kevin, Angkasa memang tidak suka mengajar, itu sebabnya dia cukup heran dengan keputusan pria itu. Tapi ya sudahlah. Mungkin saja sekarang ini selera Angkasa sudah berubah.
"Aku hanya ingin mengganti suasana. Tidak ada salahnya menjadi dosen." gumam Angkasa.
"Oh ya, Milka menelponku kemarin. Kau sungguh tidak mau mencoba memulai hubungan dengannya? Menurutku dia wanita yang baik."
Angkasa mendongak. Milka adalah salah satu teman mereka saat kuliah dulu. Wanita itu juga pernah terang-terangan bilang menyukainya. Tapi Angkasa tidak punya perasaan apa-apa padanya. Daripada nantinya berujung menyakiti wanita itu, lebih baik langsung ditolak saja. Apalagi sekarang dia akan dijodohkan dengan perempuan pilihan orangtuanya. Dari cerita mamanya, gadis itu memang jauh lebih muda dan masih berkuliah. Namun Angkasa lebih memilih mendengar orangtuanya saja. Siapa yang tahu kalau ternyata hasilnya akan baik dan gadis itu cocok dengannya. Meski ia merasa tidak yakin, tapi dia akan mencoba.
"Milka memang wanita yang baik, tapi aku tidak menyukainya." ucap Angkasa langsung. Lalu kembali mengunyah makanannya.