Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 2 ~ Klan Zhang
Seorang Pria bertopeng saat ini berjalan lemas, di tengah badai yang mencekam. Sesekali ia akan terjatuh di genangan air. Namun ia akan bangkit kembali.
Sebelah tangannya menggendong bayi, yang kini telah basah kuyup oleh derasnya air hujan. Sedang tangan satunya memegangi dadanya yang saat ini tertancap anak panah beracun milik Jenderal Kaisar Langit
Anak panah tersebut kemudian ia cabut paksa, membuat darahnya memuncrat dan bersatu dengan derasnya hujan. Tak Hanya itu, bahkan lelaki bertopeng itu juga mengeluarkan darah hitam di mulutnya.
"Arkh!" ringisnya sesaat. Deru nafasnya turun naik tak beraturan. Topeng yang menempel di wajahnya ia buka, menampakkan wajahnya yang sedikit bercahaya. Setelahnya, kembali lelaki itu melanjutkan berjalan tanpa arah dan tujuan.
Dia adalah Dewa Gou Liang. Salah satu penghuni alam Dewa. Namun saat ini ia berada di alam Tengah, bersembunyi dari kejaran Kaisar Langit.
Dimana yang menjadi pemimpin di alam ini adalah ras Manusia. Meski manusia terbilang sangat lemah, namun kecerdasannya tidak bisa di remehkan. Kecerdasan Manusia bahkan bisa menyamai para Dewa. Namun ada juga yang memiliki kondisi khusus, sehingga para Dewa sekalipun tak bisa menyamai kecerdasan manusia.
Dewa Gou Liang berjalan, menapaki daratan yang di penuhi dengan genangan air. Cuaca yang saat itu kian mengamuk. Angin yang bertiup kencang membawa tetesan-tetesan air hujan pada satu arah.
Petir menyambar di mana-mana. Menumbangkan sebuah pohon besar yang berdiri kokoh.
"Uhuk–Uhuk!" Dewa Gou Liang terbatuk-batuk.
Bersamaan dengan keluarnya batuk tersebut, seteguk darah hitam juga berhasil lolos dari mulutnya.
"Sial!" Dia meludahi kasar sisa-sisa darah di mulutnya.
Melihat sebuah pohon besar. Ia memilih untuk beristirahat di bawah pohon itu. Sembari mengumpulkan energi alam, untuk memulihkan kondisinya.
Beberapa saat, ia merasakan hawa keberadaan seseorang, yang bergerak mendekat kearahnya. Dengan cepat, ia mengambil sikap waspada. Berjaga-jaga jika saja Jenderal Kaisar Langit datang menemuinya.
Di tengah derasnya hujan, secara samar terlihat sosok dua orang bertudung, yang bergerak ke arahnya. Semakin dekat, Dewa Gou Liang bernafas lega, kala mengetahui bahwa kultivasi mereka berada di Ranah Pendekar saja. Tak butuh tenaga lebih, untuk mengalahkan kedua orang itu jika pertarungan terjadi nantinya.
Di sisi lain, dua orang tersebut ternyata adalah sepasang suami istri yang dalam perjalan pulang, namun terjebak oleh derasnya air hujan.
Merasakan hawa keberadaan seseorang, kedua pasangan itu lantas bergerak ke arah orang tersebut. Beberapa meter dari tempat mereka melangkah, dapat keduanya lihat seorang pria tengah bersandar pada sebuah batang pohon besar.
Segera mereka mempercepat langkah, mendekati pria tersebut.
"Kak, Pria itu tampaknya sedang terluka!"
"Kau benar Hai-hai!"
Keduanya lantas memeriksa pria yang dimaksud. Pria tersebut sendiri adalah Dewa Gou Liang. Namun, belum sempat menyentuhnya. Tolakan energi yang begitu keras menghantam sepasang suami istri itu, hingga membuat mereka terpental beberapa meter ke belakang.
"Ke-kekuatan apa ini!" pria tersebut berkata sembari memegangi dadanya. "Hai-hai, kau tak apa?" Bangkit dari telungkup, lalu berjalan dengan sedikit lemas ke arah istrinya.
"Aku baik-baik saja, Kak!"
"Siapa sebenarnya pria ini?" Sang suami menoleh ke arah Dewa Gou Liang.
Kembali mereka bergerak ke arah Gou Liang, yang kini menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Ka-kau tenang, tuan! Kami tak bermaksud lain. Kami hanya ingin menolong mu." Pria tersebut berkata dengan suara gemetar. Entah mengapa, ia merasakan ancaman yang teramat sangat, ketika di tatap seperti itu.
Pandangan lelaki itu turun ke bawah, dimana Bayi Kaisar Langit berada. "Sepertinya kau sedang terluka parah?! Derasnya hujan serta cuaca yang begitu tak bersahabat ini. Aku takut bayi yang ada di gendongan tuan akan sakit nantinya!"
Dewa Gou Liang menoleh ke bawah, di mana bayi tersebut berada. Kembali ia mengangkat kepalanya, menatap sepasang suami istri.
"Aku tak merasakan adanya niat jahat dari kedua manusia ini. Apa aku berikan saja Bayi Kaisar Langit pada mereka!" pikir Gou Liang.
Lama ia larut dalam pikirannya. Suara dari pria tersebut langsung mengagetkan Gou Liang.
"Tuan! Apakah tuan baik-baik saja!" pria tersebut khawatir melihat Gou Liang yang diam saja.
Tersadar. Gou Liang langsung salah tingkah.
"E-eh... A-anu! Aku baik-baik saja!"
Kedua orang itu saling berpandangan. Aneh, melihat tingkah yang di tunjukan Gou Liang.
"Tuan, Sebelumnya perkenalkan namaku Zhang Mao. Sedang ini istriku, Zhang Hai. Kami berasal dari klan cabang Zhang. Tempat kami tak jauh dari sini. Jika tuan berkenan. Kau bisa mampir ke tempat kami, dan mengobati lukamu terlebih dahulu. Setelah lukamu pulih, kau bisa meninggalkan klan kami!" tawar Zhang Mao dengan sopan.
Gou Liang mengangguk kecil. Setelahnya ia mendekatkan telapak tangannya pada perut bayi Sang Kaisar Langit. Secara samar, cahaya putih terlihat dari telapak tangan Gou Liang dan masuk ke dalam tubuh Si bayi.
Kemudian dia berusaha bangkit dari duduknya. Meski begitu, ia tak bisa menyeimbangkan tubuh, sampai-sampai dirinya hampir roboh. Beruntung Zhang Mao bertindak cepat, dengan memapah tubuhnya.
Sejenak, Zhang Mao begitu terkesiap kala tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Gou Liang. Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang nyaman, sekaligus hangat, masuk ke dalam tubuhnya.
Zhang Mao merasakan energi yang sangat besar nan murni tersembunyi dalam tubuh Gou Liang.
"Orang ini bukan manusia biasa. Identitasnya tak sesederhana yang aku lihat," batin Zhang Mao.
Gou Liang menepis pelan tangan Zhang Mao. "Aku bisa sendiri!" ucapnya dengan sedikit sinis.
Zhang Mao tak mengambil hati atas ucapan Gou Liang. Setelahnya ia mundur beberapa langkah.
Setelah berhasil berdiri dengan sempurna, Dewa Gou Liang, kembali menoleh ke arah sepasang suami istri di hadapannya.
"Aku rasa, kalian lah orang yang tepat... Rawat anak ini, aku akan kembali beberapa puluh tahun lagi, dan mengambilnya."
Dewa Gou Liang berjalan mendekati Zhang Hai, lalu menyerahkan bayi tersebut padanya.
"A-apa maksudnya ini tuan!"
Tak ada jawaban, Pria tersebut ternyata telah menghilang. Meninggalkan tanda tanya di benak dua orang itu.
"Bagaimana Kak?" Zhang Hai bertanya pada suaminya, terkait tindakan yang akan di ambil keduanya.
"Hmm, sebaiknya kita bawa anak ini ke klan Zhang. Setelah itu kita bicarakan masalah ini dalam klan!"
"Kau benar, Kak. Tidak baik kita lama-lama di tempat ini!" Zhang Hai menatap wajah bayi tersebut sesaat. Tampak bibir mungilnya kini mulai berwarna biru keunguan.
Setelahnya, keduanya melesat dengan kecepatan tinggi, menembus derasnya hujan.
Tak butuh waktu lama bagi kedua orang itu sampai di klan. Saat di gerbang, mereka di sambut hangat oleh beberapa anggota klan Zhang, yang memang di tugaskan untuk menjaga klan cabang.
Keduanya berjalan melewati orang-orang itu, dan langsung mengarah kediaman kepala keluarga Zhang cabang.
Ya! Status Zhang Mao saat ini adalah kepala cabang klan Zhang. Klan Zhang sendiri di tempat ini tak lebih seperti desa kecil.
\=\=\=
Hai semuanya, terima kasih telah mampir di cerita Zhang Ziyi ini. jangan lupa berikan like setiap habis baca yah, karena kunci semangat ada di tangan pembaca. Yah, melihat like yg bertambah, entah mengapa membuat author bertambah semangat untuk kembali menulis.
Ok, like aja udh membuat author puas, apalagi jika tambahkan berupa komen dan gift juga vote:)
Terima kasih....