Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 2
Baru saja Citra selesai memakai baju, tiba-tiba terdengar suara teriakan ibu mertuanya memanggil namanya. Citrapun bergegas keluar dari dalam kamar untuk menghampiri.
" Ada apa Bu," tanya Citra membungkuk. Sebab dia tak berani melihat wajah garang ibu mertuanya.
Tiba-tiba terdengar suara piring dibanting ke atas lantai.
Ya, ternyata ibu mertuanya telah membanting piring itu sampai pecah. Dan Citra yang melihat kejadian tersebut hanya mematung di tempat tanpa berani mendongakkan kepala kearah ibu mertuanya.
" Dasar menantu tak berguna, coba lihat jam berapa sekarang hah…!" bentak ibu mertuanya sambil menjewer telinga kanan Citra dengan sangat kuat.
Hingga membuat Citra menjerit kesakitan, tapi ibu mertuanya tak menghiraukan jeritan Citra sama sekali, bahkan ibu mertuanya semakin memperkuat jewerannya terhadap telinga Citra.
" Ampun Bu, maafkan aku. Semalam aku bekerja terlalu larut, jadi aku terlambat bangun dan menyiapkan sarapan," ucap Citra sambil menautkan kedua tangan, berharap ibu mertuanya itu segera melepaskan tangan dari kupingnya.
Derai air mata sudah tak mampu lagi dia bendung, dan sekarang Citra mulai meneteskan air mata.
Namun, hal itu sama sekali tidak dihiraukan oleh ibu mertuanya yang bernama Siska itu. Siska terus saja mengencangkan jewerannya terhadap Citra. Dan setelah puas barulah dia melepaskannya.
" Jika kau mengulanginya lagi, maka jangan salahkan aku memberikan hukuman yang lebih sakit dari ini," bentaknya kemudian.
Citra hanya terdiam sambil memegang telinga kanannya yang agak panas, karena jeweran ibu mertuanya kali ini cukup kencang.
" Baik Bu," ucap Citra buru-buru berlari menuju kearah dapur untuk menyiapkan sarapan.
Namun baru saja dia sampai di ambang pintu tiba-tiba ibu mertuanya memanggil namanya kembali.
" Ada apa Bu," jawab Citra sambil membalikkan badan ke arah ibu mertuanya
" Mendekat," ujar Siska dengan mata nyalang.
Citra yang tidak ingin mendapat amukan dari ibu mertuanya langsung berlari kecil menuju Bu Siska. Namun betapa terkejutnya dia saat tangan ibu mertuanya itu mendarat sempurna di pipinya.
" Ampun Bu, memangnya apa salahku?" tanya Citra dengan mata berkaca-kaca.
" Kau masih bertanya apa kesalahanmu, sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku ibu, dan sekali lagi aku ingatkan, panggil aku Nyo… nya…!" ujar Siska dengan sangat marah.
" I-iya Nyonya," jawab Citra cepat, karena dia tak ingin memperpanjang masalah ini.
" Bagus, akhirnya kau mengerti dengan status mu di rumah ini," jawab Siska sambil tersenyum.
Kemudian dia menyuruh Citra kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Dan Siska juga mengingatkan kalau nanti jam satu siang akan ada tamu penting, maka dari itu Citra harus menyiapkan masakan yang paling enak.
" Baik Bu," jawab Citra. Lalu dia pergi ke dapur.
Di dapur
Citra yang sudah tak mampu membendung air matanya, kini mulai bercucuran dari kelopak mata indahnya.
Namun, walaupun demikian Ia tak menghentikan aktivitasnya memotong sayuran. Hingga Bi Sopi yang melihat keadaan Nyonya mudanya itu langsung menghentikan pekerjaannya yang sedang mencuci piring. Kemudian dia menghampiri Citra.
" Non Citra bertengkar lagi ya sama Nyonya Siska," tebak bi Sopi.
" Sini biar Bibi yang memasak untuk sarapan," ujar bi Sopi lagi, lalu dia mengambil pisau dan sayuran yang berada di tangan Citra.
Citra membiarkan bi Sopi memotong sayuran, sedangkan dia duduk di atas kursi yang tersedia di dapur. Namun itu tidak berlangsung lama karena ibu mertuanya tiba-tiba datang ke dapur.
" Citra…!" teriak Siska menggelar di ruangan itu, karena melihat Citra yang sedang duduk santai di atas kursi.
Citra yang mendengar suara ibu mertuanya langsung berdiri, kemudian dia berjalan menuju kompor dan menyalakannya.
" Dasar menantu tak berguna, sudah tau kami semua sedang kelaparan, kau masih duduk santai di atas kursi," ujar Siska marah.
Lalu dia berjalan menuju Citra yang sedang membuat sarapan.
" Aku tidak mau tau, kalau sarapannya tidak selesai dalam waktu tiga menit, kamu akan aku kurang di dalam gudang semalaman," ancam Siska.
" B-baik Nyonya," jawab Citra dengan bibir gemetar.
Kemudian Siska meninggalkan Citra.
Tiga menit kemudian
Citra sudah menyelesaikan pekerjaannya, kemudian dia berjalan menuju meja makan dan menata hasil masakan yang dia buat.
Tidak berselang lama, Rifki turun bersama dengan ibunya, dan mereka berdua tampak membicarakan sesuatu.
Sedangkan Citra yang melihat hal itu, dia pun menajamkan pendengarannya, dan betapa sakit hatinya ia kala mendengar suaminya sendiri mengatakan kalau sebentar lagi Rifki akan menceraikan dirinya.
Siska pun tampak tersenyum dan menyetujui keinginan anaknya.
Namun berbeda dengan Citra, dia langsung pergi meninggalkan meja makan dan berlari menuju dapur.
Di dapur
Citra langsung duduk di atas kursi, lalu dia menangis dalam diam.
"Apakah aku seburuk itu di mata suamiku? sehingga dia mau menceraikan ku, padahal selama ini aku sudah menuruti perintah dan keinginannya, apa mungkin aku yang terlalu berharap untuk di cintai," Citra merenung.
Namun saat dia merenung, tiba-tiba sebuah krikil kecil mengenai punggungnya, lalu dia menoleh ke seluruh penjuru ruangan dapur, tapi tidak melihat siapapun.
Ia berpikir kalau itu hanya perasaan nya saja, tapi Citra melihat dengan jelas kalau batu kerikil yang mengenai punggungnya ada di bawah kakinya. Bulu kuduk Citra seketika meremang.
" Apa mungkin di dapur ini ada hantu? tapi itu tidak mungkin, lagipula ini sudah mau menjelang siang, masa Ia hantu keluar di siang bolong begini, seharusnya kan malam hari," Citra bergumam dalam hati.
Karena merasa takut, kemudian Citra berdiri dari tempat duduknya, dan berniat memanggil bi Sopi untuk menemani dirinya yang ingin memasak makanan untuk menyambut tamu yang datang nanti siang.
Namun saat Citra ingin memanggil nama bi Sopi, tiba-tiba seseorang menutup mulutnya dari belakang, dan menyeretnya keluar dari dapur itu menuju taman belakang rumah.
" Lepaskan aku... lepaskan aku," Citra terus berontak, bahkan kaca mata besarnya sudah mulai jatuh ke atas tanah.
" Diamlah, ini aku Robin sahabat baikmu," ujarnya sambil melepaskan dekapan tangannya dari mulut Citra.
Citra yang mendengar nama itu seketika membulatkan bola matanya, bahkan hampir keluar dari sarangnya, sedangkan Robin yang di tatap seperti itu terlihat sangat santai dan tampak cengengesan.
Hingga sepersekian detik kemudian Citra menetralisir keterkejutan dirinya dengan menarik nafas dalam.
" Untuk apa kau datang ke mari, cepat pergi dari sini sebelum ada yang melihat mu." usir Citra dengan tegas.
Robin seketika membulatkan bola matanya, dia tidak menyangka kalau sahabatnya itu dengan tega mengusir dirinya. Bahkan dia sudah memanjat pagar setinggi tiga meter untuk bertemu dengan Citra.
" Kau tega sekali padaku, aku sudah susah payah datang ke sini, tapi kau tidak menawarkan aku segelas air putih pun," celoteh Robin sambil tersenyum manis ke arah Citra, bahkan dia sempat-sempatnya menggoda Citra dengan mengedipkan sebelah matanya hingga beberapa kali.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr