Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'
Wajib baca season satu duluan ya ≧∇
"Duniaku ikut mati tanpamu."
Kehidupan Javas hancur saat wanita yang paling dicintainya meninggal. Ia mencoba melarikan diri, menyingkir dari tempat yang menenggelamkan banyak jejak kenangan tentang wanita itu.
Namun, ia tak bertahan lama, Isvara selalu tinggal di kepalanya, sehingga pria itu memutuskan kembali.
Hanya saja, apa jadinya jika Isvara yang mereka pikir telah meninggal—justru masih hidup? Bisakah Javas menggapai dan melanjutkan hidupnya bersama wanita itu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 | Pindah Rumah
Dion, Amara, Friska langsung setuju dengan nama Sheva Anindita untuk bayi yang berada di gendongan sahabatnya. Nama yang cantik untuk bayi yang cantik, karena memang Isvara sahabat mereka sudah menganggap baby Sheva seperti anaknya sendiri. Jadi baby Sheva mulai sekarang adalah keponakan mereka, tentu ketiganya akan menyayangi baby Sheva seperti Isvara menyayangi bayi itu.
"Jadi namanya Sheva, Bu?"
"Iya, Sus. Oh iya, kayaknya Suster Indah umurnya lebih tua dari saya, lebih baik suster panggil Mbak atau bahkan nama aja Kinan gitu. Jangan Bu, saya ngerasa kayak gimana gitu dipanggil Bu. Saya juga masih muda soalnya," ujar Isvara sambil bercanda.
"Baik, Mbak Kinan. Saya manggilnya Mbak aja kalau begitu."
"Iya, boleh." Isvara memberikan Sheva ke gendongan Suster Indah, karena ia akan memberitahukan ketiga sahabatnya tentang rencananya yang akan tinggal di desa terpencil.
"Apa kamu yakin akan tinggal di desa terpencil hanya berdua dengan Sheva, di desa terpencil pasti jauh dari mana-mana, Va," kata Amara.
"Enggak berdua, bertiga deh 'kan gue butuh Suster Indah buat bantuin gue urus Sheva karena Sheva masih baru lahir banget. Gue masih harus banyak belajar dalam mengurus anak bayi, jadi adanya Suster Indah bisa bantuin sekaligus ngajarin gue dalam ngerawat Sheva. Dan masalah desa terpencil pasti jauh dari mana-mana, gue juga tau itu kok, Ra. Bahkan gue emang sengaja, gue cuma pengen hidup tenang dan bebas dari hiruk pikuk perkotaan yang sangat memuakkan."
Friska menghela napas panjang. "Jika memang lo maunya kayak gitu, gue nggak akan ngelarang. Karena yang terpenting kebahagian lo, tapi gue, Amara sama Dion tetap boleh'kan datang buat mengunjungi lo sama Sheva."
Isvara tersenyum lalu mengangguk kecil." Boleh dong, masa nggak boleh sih. Karena gue juga pasti bakalan kangen banget sama kalian bertiga sahabat-sahabat terbaik gue, semoga persahabatan kita ini bisa sampai kita tua ya."
Isvara menatap ketiga sahabat secara bergantian. "Gue minta tolong banget kita berempat nggak ada yang saling menyakiti dan mengkhianati satu sama lain, gue yakin gue nggak akan bisa pilih salah satu dari kalian dan gue juga nggak bakalan sanggup kalau kalian sampai melakukan hal itu sama gue. Gue terlalu sayang sama kalian bertiga, yang gue anggap lebih dari keluarga gue sendiri. Jadi sebelum ada salah paham yang menimbulkan pertengkaran hebat, mending kita saling terbuka aja jangan ada yang ditutupi satu sama lain. Kalau ada yang kurang berkenan diantara kita, langsung diomongin aja nggak perlu nggak enak. Dari pada berakhir jadi penyakit hati yang bisa merugikan kita semua," ujar Isvara panjang lebar.
"Iya, Va. Kita janji kok.
"Lo tenang aja, kita berempat pasti saling mengingatkan satu sama lain." Keempat sahabat itu langsung berpelukan.
Keesokannya Isvara, Sheva dan Suster Indah benar-benar akan pindah ke desa terpencil yang ada Jogja. Di sana benar-benar pedesaan yang sangat asli sekali, ya memang akses ke mana-mana akan sangat susah. Namun, Isvara sudah memikirkan ini semua sebelum melakukannya.
Ketiga sahabat Isvara mengantarkan Isvara ke desa terpencil itu, setelah Isvara mengatakan hal itu Dion langsung bergerak cepat menyuruh anak buahnya mencarikan rumah yang layak untuk Isvara tempati nantinya. Ternyata ada rumah layak walaupun memang tidak besar dan mewah, Isvara yang melihat fotonya langsung suka.
Isvara benar-benar berhutang banyak pada Dion yang selama ini banyak membantunya, tentu ia bukan orang yang tidak tahu terima kasih hingga ia berjanji akan selalu membantu Dion jika pria itu membutuhkan bantuan.
"Lo udah yakin, Va? Kalau bakal tinggal disini sama Sheva? Ini jauh banget loh dari kota?" tanya Amara dengan wajah cemas. Amara memang kebanyakan negatif thinking jadi merasa takut duluan, pada Isvara melihat tempatnya bagus layak, tetangganya juga ramah-ramah.
Saat kedatangan Isvara bersama sahabat-sahabatnya, para tetangga memang datang untuk berkenalan dengan warga baru yang akan tinggal di desa mereka. Mereka nyambut Isvara dan bayinya dengan suka cita.
"Kinan, Ra. Jangan Va terus. Kebiasaan banget lo manggil gue Va terus, nanti gimana kalau ada orang yang denger 'kan jadi bingung nama gue siapa," tegurnya sedikit bercanda.
"Iya, Ibu Kinan. Saya minta maaf."
Isvara tidak tahan untuk tidak tertawa karena permintaan maaf sahabatnya. "Kalau lo tanya gue yakin apa nggak? Ya yakin dong, Ra. Gue juga udah sampai sini sama kalian buktinya, percayalah gue pasti bisa kok tinggal di sini."
"Percaya aja sama Kinan, Ra. Sahabat kita itu perempuan kuat, pasti bisa menjalani hidupnya di sini."
"Iya, Fris. Gue percaya kok, cuma khawatir aja dikit." Mereka bertiga bercanda-canda, Dion sendiri mengatur barang-barang baru ia belikan dan sengaja dibawa untuk isi rumah Isvara. Dion benar-benar memastikan kenyamanan untuk Isvara, jadi rumah sudah diisi kulkas, tv, kasur juga yang bagus.
Untuk membeli semua itu Dion menggunakan uangnya sendiri, Isvara sudah mengatakan ingin mengganti semua uang yang dikeluarkan sahabatnya itu. Namun, Dion menolaknya sekalipun ia tahu Isvara memang memiliki uang banyak.
Seluruh tabungan dan aset-aset milik Isvara sudah diamankan oleh Dion, sementara dipindahkan atas namanya karena memang Isvara belum mempunyai kartu tanda pengenal yang baru.
Sebenarnya Dion menawarkan untuk Isvara membuat identitas baru saja, karena di luar negri bisa melakukan hal itu tetapi Isvara merasa belum perlu. Ia hanya akan menggunakan kartu tanda pengenal palsu dengan nama Kinandari tetapi NIKnya tetap menggunakan NIK tetap yang lama, semua sudah diatur oleh Isvara dibantu Amara dan Friska yang memang mengenal orang yang bisa mengurus semua itu.
Jika banyak orang menganggap Dion sebegitu baiknya pada Isvara karena mencintai Isvara bukan menganggapnya sahabat saja, hal itu jelas langsung dibantah oleh Dion. Bagi Dion, Isvara, Amara dan Friska adalah sahabat yang sudah ia anggap keluarga sendiri. Sebenarnya Amara dan Friska jika membutuhkan bantuan seperti Isvara, pria itu juga tidak akan berpikir panjang untuk membantu Friska dan Amara. Karena memang tidak ada beda-nya, semua sama di mata Dion.
"Kita pulang sekarang ya, Kinan. Kalau lo butuh bantuan jangan lupa hubungi kita bertiga, kita bakalan selalu bantu lo apapun yang terjadi," pamit Friska dengan sedih.
Friska, Amara dan Dion memang langsung pulang, apalagi hari mulai malam juga. Karen Friska dan Amara keesokan harinya ada sesuatu yang penting yang harus dilakukan, jadi keduanya tidak bisa menginap. Sedangkan Dion tidak mungkin menginap sendirian di rumah Isvara, apa kata para tetangga nantinya. Apalagi ini adalah desa yang tidak bisa berbuat seenaknya, karena para warganya tidak akan tinggal diam.
Tanpa Isvara tahu, untuk menjaga Isvara. Dion sampai menyuruh anak buahnya untuk tinggal di sekitar rumah Isvara, merekalah yang akan membantu Isvara jika perempuan itu membutuhkan bantuan. Karena mengandalkan Dion yang jauh di sana tentu tidak akan langsung bisa membantu Isvara jika memang ada keadaan darurat.
Selain anak buah yang lajang, ada juga anak buah Dion yang sudah mempunyai istri yang pindah ke desa tempat Isvara tinggal. Demi mendapatkan gaji yang banyak, istri Indra tentu mau diajak pindah ke desa terpencil sekalipun. Apalagi istri Indra yang bernama Leni juga akan mendapatkan gaji sendiri, Indra dan istrinya akan menjadi tetangga yang baik untuk Isvara.
Isvara melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya yang sudah pergi dari rumahnya, setelah memastikan mereka sudah benar-benar pergi Isvara langsung pergi ke kamar.