Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Backstreet
Menjadi kekasih Bhaskara Wijatmoko sama sekali tidak pernah terpikir dalam benak Alicia. Bahkan, ia mengira, semalam dirinya hanya bermimpi saat pria itu mengajaknya pacaran.
Namun, Alicia menjadi yakin saat ia membuka mata, Bhaskara sudah berada di sampingnya sambil tersenyum manis.
"Morning, pacar," ucap Bhaskara dengan suara manis. "Ayo bangun dan mandi. Nanti telat masuk kantor," ujarnya sembari mencubit pelan hidung Alicia.
Alicia mengerjapkan matanya. Merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sejak kapan Bhaskara bisa bersuara semanis itu? Selama ini yang Alicia lihat adalah Bhaskara dengan mode kemarahan yang meluap-luap, dan omongan sepedas boncabe level 10.
"Kenapa bengong?" Bhaskara menusuk pipi Alicia dengan lembut. "Mau saya mandiin?"
Alicia terbelalak, buru-buru bangkit dari kasur. "Sa-saya bisa mandi sendiri!" ujarnya sambil berjalan terbirit-birit menuju kamar mandi.
Bhaskara hanya bisa terkekeh melihatnya.
Selesai mandi, Alicia terheran-heran saat ia melihat beberapa kantong pakaian branded berada di atas kasur.
"Apa ini?" Tanyanya heran.
"Itu baju kerja kamu," Bhaskara muncul dari belakang dan memeluk Alicia. "Gimana? Kamu suka?"
"Ini...terlalu berlebihan," desis Alicia. "Saya tidak pernah ke kantor pakai barang-barang semahal ini,"
Bhaskara mengernyitkan dahi mendengar reaksi Alicia. Padahal, semalam dirinya sudah berkonsultasi dengan Leon tentang barang-barang apa yang disukai wanita. Leon, yang sudah berpengalaman dengan banyak wanita berkata dengan yakin kalau 99 persen wanita pasti suka barang branded. Tapi Bhaskara sama sekali tak menyangka kalau Alicia termasuk dalam satu persennya.
"Kamu tidak suka dengan hadiah saya?" tanya Bhaskara heran.
"Bukannya tidak suka. Saya hanya merasa terbebani. Lagipula baju ini sayang sekali kalau cuma untuk dipakai kerja sehari-hari. Harganya mungkin jauh lebih mahal ketimbang gaji saya,"
"Kalau gitu, saya tambahin aja gaji kamu,"
"Jangan," Alicia menggeleng. "Saya sudah bilang kan? Saya tidak ingin profesionalitas kerja kita hancur hanya karena kita pacaran,"
"Oke," Bhaskara mengangkat tangannya, menyerah kalau Alicia sudah dalam mode sekretaris. "Terus, gimana? Ini baju sudah dibeli, malah sayang kalau tidak dipakai. Lagipula, sebentar lagi jam masuk kerja. Kamu tidak mau terlambat kan?"
Alicia terdiam untuk berpikir, lalu menghela napas panjang. "Kalau begitu, terpaksa saya harus menerimanya,"
"Nah, gitu dong," Bhaskara mencium pipi Alicia sekilas sambil tersenyum. "Sekarang siap-siap sana,"
"Baik," Alicia mengambil kantong belanja itu dan berniat membawanya ke kamar mandi.
"Loh? Heh? Mau kemana kamu?" Bhaskara terheran-heran.
"Mau ganti baju?" Alicia juga heran kenapa Bhaskara perlu menanyakan hal yang sudah pasti.
"Kenapa ganti bajunya di kamar mandi?"
"Kalau tidak, saya ganti dimana?"
"Di sini lah, di depanku,"
"Apa?"
"Kenapa? Kamu malu? Bukankah semalam saya sudah melihat semuanya?"
"Ta-tapi kan tetap saja..."
"Atau kamu takut saya akan menerkam kamu lagi seperti semalam?" Bhaskara tersenyum, sengaja benar dia menggoda Alicia. "Hahaha, saya cuma bercanda. Ya sudah, lanjutkan ganti bajunya sayang,"
Apa? Pipi Alicia memanas. Sayang, katanya?
Alicia jadi salah tingkah. Ia pun buru-buru pergi ke kamar mandi untuk menyembunyikan wajahnya yang semerah samyang.
...----------------...
"Saya turun di sini aja Pak," Alicia menunjuk area taman yang ada di sebelah gedung kantor.
"Loh, kenapa turun di sini? Kan bisa bareng-bareng ke sana, " Protes Bhaskara.
"Pak Bhaskara, bukankah kita sudah sepakat untuk merahasiakan hubungan kita? Apa kata orang-orang nanti kalau mereka melihat saya berangkat bersama Anda?"
"Ya tinggal bilang aja kalau kamu ada urusan mendadak sama saya,"
"Tidak bisa Pak. Nanti Mas Rendy sama Mas Niko curiga, terus tanya-tanya saya. Bapak tau sendiri kan betapa tajamnya mereka?"
"Halah..." Bhaskara mendengus kesal. "Mau pacaran aja susah banget,"
Alicia tersenyum, merasa geli dengan raut kesal Bhaskara yang tampak seperti anak kecil kehilangan mainan. Lagi-lagi itu adalah ekspresi yang baru ia lihat dari Bhaskara.
"Bukan susah, Pak. Saya cuma ingin menjaga profesionalitas. Lagipula, bukankah Bapak yang paling sering menegaskan soal itu di kantor?"
Bhaskara mendengus, melipat tangannya di dada. "Iya, iya. Saya yang salah..."
"Kalau gitu, saya permisi dulu," Alicia membuka pintu mobil. "Sampai ketemu di kantor, Pak Bhaskara."
"Tunggu," Bhaskara menahan lengan Alicia. "Jangan lupakan tugasmu,"
Alicia mengerutkan kening. Bhaskara langsung cemberut melihatnya.
"Jangan bilang kamu sudah lupa? Saya kan suruh kamu buat mikirin nama panggilan untuk saya!"
"Oh, benar," Alicia menganggukkan kepala. Ternyata tugas itu toh, dia pikir apa. "Saya akan memikirkannya Pak,"
"Bener, ya? Saya tagih janji kamu,"
"Iya," Alicia tersenyum kecut, lalu ia keluar setelah Bhaskara melepaskan tangannya. "Hati-hati, Pak Bhaskara,"
"Kamu juga, pacar," Bhaskara tersenyum, mengedipkan sebelah matanya. Membuat Alicia sontak tersipu malu.
...----------------...
Saat di kantor, Alicia berusaha bersikap biasa saja. Lagipula dia sudah terlatih untuk bersikap profesional selama dua tahun ini. Tapi, yang menjadi masalah adalah Bhaskara. Masalahnya, pria itu berulangkali mencuri kesempatan untuk mendekatinya.
"Alicia," panggil Bhaskara saat mereka sedang rapat bersama sekretaris yang lain. "Kamu mau makan siang apa?"
"Apa?" Alicia sontak melirik ke arah Rendy dan Niko. Tampak kedua seniornya itu terlihat heran. "Ah, apa saja Pak. Saya ikut bapak aja," kata Alicia, mencoba bersikap tenang.
"Kamu mau pasta, steak, atau ramen?" Bhaskara masih tak menyerah. "Kalau sushi kan kemarin sudah,"
"Saya apa saja Pak, saya suka semuanya," Alicia mencoba memberi jawaban aman.
"Kalau begitu, mau semuanya saja?"
"Apa? Jangan Pak!" Alicia panik, ia melirik Rendy dan Niko yang sudah menatapnya dengan tatapan aneh. "Coba bapak tanya sama Mas Rendy dan Mas Niko juga!"
"Hm..." Bhaskara mengalihkan pandangannya ke arah dua sekretaris yang lain. "Saya sampai lupa ada kalian di sini. Jadi, kalian mau makan siang apa?"
"Steak boleh sih, Pak!" celetuk Niko. "Saya suka yang merek A Pak. Kayanya enak," katanya mengambil kesempatan menyebutkan restoran mahal.
"Oke," Bhaskara mengangguk. "Hari ini makan siangnya steak,"
Rendy dan Niko langsung kegirangan, sementara Alicia sibuk mengelus dadanya sendiri. Masa sih baru sehari backstreet udah ketahuan?
Saat makan siang, Jarwo membawakan tiga kotak steak pesanan Bhaskara pada mereka bertiga. Di luar kotak itu sudah tertulis nama mereka masing-masing. Rendy dan Niko langsung menyantap steak itu dengan lahap, sementara Alicia memandanginya lebih dulu. Ia lalu membuka kotak, dan terbelalak saat melihat ada secarik notes di situ.
Selamat makan sayangku. Jangan lupa tugasmu.
Astaga, ternyata jadi pacarnya Bhaskara jauh lebih merepotkan ketimbang jadi sekretarisnya!
kebelet baget pengen jadi bapak. kalau tau Alice gk hamil gymana reaksinya bhas ya/Facepalm//Facepalm/.
ini nih malu bertanya salah paham jadinya/Grin/