Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Mau Jadi Pacarku?
Tangannya terjepit di antara tubuh mereka. Tak bisa bergerak. Rambutnya yang tadi terjalin di sisi wajah tergerai acak. Wajah laki-laki itu begitu dekat. Dahinya keras menekan dahi Lisle hingga yang bisa dilakukan gadis itu hanyalah menurunkan pandangannya.
Bagaimana ini? Lisle ketakutan. Gerakannya terkunci.
“Mau jadi pacarku?” Lelaki itu menjumput sehelai rambut Lisle yang menutupi pipi.
“Tu... tuan, jangan bercanda. Tolong lepaskan saya.” Suara Lisle di telinga Kennard malah menyerupai rengekan indah.
“Siapa namamu?” Suaranya berat dan dalam. Tak dihiraukannya permohonan gadis itu. Meski bisa dirasakannya juga gemetar tubuh lembut di pelukannya.
“Lepaskan.... Tuan, kumohon. Ini...” Lisle mengiba kacau. Beberapa kali berusaha melepaskan diri. Bahkan kakinya juga terkunci.
Kennard menyusut sisa airmata ketakutan di pipi gadis itu. Baginya semua kombinasi dari wajah, suara dan aroma gadis ini begitu menakjubkan. Dia jarang merasa setertarik ini. Bahkan gaun putih berenda yang dipakai Lisle menambah kepolosannya. Dia tampak bagai peri yang tersesat di neraka. Tempat ini benar-benar tak layak didatangi gadis ini. Bagi para bedebah, Paradise seperti namanya adalah surga dengan kenikmatan candu. Bagi gadis di depannya mungkin adalah neraka busuk dengan api yang menyala-nyala.
Kau akan terbakar di sini jika terlalu lama. Diam-diam Kennard mengeluh.
“Aku harus pergi. Tuan, mereka akan mencariku....” Lisle tak tau lagi harus mengatakan apa. Tapi dia teringat juga dengan Sally yang hendak menjualnya dan orang-orang yang mengejarnya. Jika mereka kembali mencari, tidak mustahil dia akan ditemukan. Mereka akan menangkapnya dan memberikannya pada seseorang yang dipanggil tuan Adolf itu.
“Kalau kau jadi wanitaku, tak akan ada yang berani mengganggumu. Aku berjanji....” Kennard masih tak mau melepaskan Lisle. “Siapa namamu, Nona Peri?”
“Aku... aku Lisle. Eh... Emmph....”
Sebuah ciuman membungkamnya lagi. Kali ini cuma sebentar. Tapi jantungnya serasa berhenti karenanya.
“Nama yang indah.” Kennard berujar senang. “Aku Kennard. Kennard Kent. Kau takkan rugi jadi pacarku. Percayalah....”
Wajah tampan itu. Suara tenang penuh percaya diri itu. Lisle terperangah sekejap. Padahal dia tidak mengiyakan. Tapi kenapa Lisle merasa lelaki itu seperti sudah mendapatkan jawaban.
Ketika dirasanya tekanan itu mengendur, Lisle sontak memberontak. Dia mendorong tubuh tinggi itu. Berhasil. Tapi saat bergegas ke pintu, pintu itu terbuka. Dua lelaki berpakaian serba hitam menghadangnya.
“Ternyata kau di sini.” Kedua lelaki tampak kegirangan. Mereka sudah menyusuri setiap sudut. Bahkan sempat dilempari botol alkohol saat memeriksa setiap pintu karena dianggap mengganggu. Gadis itu ternyata ada di sini.
“Nona, kau sudah menyusahkan kami dan membuat kesal tuan Adolf.”
“Menyerahlah baik-baik dan biarkan kami mengantarmu pada Tuan.”
Lisle melangkah mundur ketika dua orang itu mendekatinya. Punggungnya menyentuh seseorang di belakangnya. Tiba-tiba tubuhnya diraih sebuah lengan yang kuat dan ditarik. Orang itu lelaki bernama Kennard tadi.
“Sayang, apa mereka mengganggumu?” Kennard merangkul Lisle ke sisinya. Tatapannya penuh kelembutan. Lisle menelan ludah. Lelaki ini memanggilnya ‘sayang’ dengan suara mesra membuat kulit wajahnya kembali memerah.
Kenapa tempat terkutuk ini juga berisi lelaki tampan perayu seperti ini? Sesaat Lisle menjadi linglung.
“Hei, apa yang kau lakukan? Gadis itu milik tuan Adolf!” Salah satu dari mereka berteriak gusar.
“Apa kau mengenal orang yang bernama Adolf itu?” Kennard masih belum mengalihkan matanya dari Lisle.
Lisle menggeleng pelan. Dia memang tidak mengenalnya. Dia bahkan tidak sempat melihat orang yang dipanggil tuan Adolf itu.
Kennard menatap kedua orang di depannya dengan dingin. Sosok dengan tinggi yang melampaui kedua lelaki itu terlihat menakutkan di bawah lampu penerang. Bayangannya jatuh sebagai kegelapan yang panjang di lantai yang dingin.
“Gadisku bilang dia tak mengenal orang bernama Adolf. Jadi pergilah dari sini sebelum aku memaksa kalian pergi....” Suaranya tenang nyaris tanpa tekanan.
“Sialan! Kau mau menentang tuan kami?” Salah satu dari mereka maju dan bersiap menyerang ketika beberapa orang mendatangi tempat itu.
“Tuan Kent, tuan David sudah menunggu anda di ruangan.” Lelaki berpembawaan sopan yang baru tiba itu berbicara. Dia diiringi empat orang berjas serba hitam. Gerak-gerik mereka tampak waspada.
Lelaki pertama itu adalah Steve, assisten pribadi Kennard. Dia tadi segera menyusul tuannya karena terlalu lama keluar. Pertemuan malam ini adalah pertemuan beberapa teman dekat Kennard. Saat semuanya berkumpul, tuannya malah tak kunjung muncul.
“Baiklah. Di sini agak kacau. Aku ingin kau membereskannya. Hampir saja aku harus mengotori tanganku sendiri.” Kennard berpaling pada Lisle.” Ayo....”
Lisle bergerak menghindari raihan tangan Kennard.
“Aku harus pulang... sekarang....” Dan tanpa menunggu lagi Lisle menerobos orang-orang di depannya dan berlari melewati pintu.
Para pengawal itu hendak bereaksi menghadang tapi Kennard memberi isyarat membiarkan.
“Steve, kau suruh orang mengikuti gadis itu. Aku tak ingin ada yang mengganggunya lagi. Pastikan dia pulang dengan selamat.”
Steve mengangguk. “Baik, Tuan.” Lalu menelpon seseorang dan berbicara sebentar di sana.
Sementara kedua orang suruhan Adolf tampak gentar. Selain karena mereka kalah jumlah, mereka mendengar nama tuan Kent disebut. Nama itu begitu menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Meski tak pernah melihat orangnya karena jarang menampakkan diri, tapi tak mungkin ada orang lain dengan aura kuat seperti ini kan?
“Tu... tuan Kent?” Keduanya hampir berbarengan membisikkan kata itu. Saling pandang sejenak. Kennard hanya melirik sekilas kemudian berlalu dari tempat itu.
Baru beberapa langkah dia berhenti seperti teringat sesuatu.
“Katakan pada tuanmu, dia sudah membuat gadisku ketakutan...” Lalu dia benar-benar pergi. Meninggalkan kedua orang itu yang mulai memohon ampun dan berlutut di depan para pengawal.
Senyum dingin menghiasi sudut bibir lelaki itu begitu samar masih didengarnya jeritan kesakitan di antara suara pukulan. Sebentar lagi Adolf akan menemukan orang suruhannya yang berlumuran darah.
“Adolf....” Dia melafalkan nama itu dengan kesal. Bayangan lelaki berumur empat puluhan itu membuat dia mengepalkan tangan. Dia cukup mengenal sosok cabul itu.
***
Lisle tiba di apartemen dengan perasaan kacau. Celine belum pulang dari kerjanya. Begitu mengunci pintu Lisle bersandar di baliknya dengan perasaan tidak menentu. Napasnya masih tak beraturan. Jantungnya pun berdetak dengan sangat kencang. Malam ini dia menemui banyak kejadian yang menakutkan.
Dia memejamkan mata mencoba menenangkan diri. Tapi justru bayangan lelaki itu yang terlihat. Sangat mengganggu sekaligus menakutkan. Lisle teringat ciuman itu. Perutnya serasa bergolak. Bergegas dia ke kamar mandi, mencuci muka di wastafel, mengosok bibirnya berulang kali, berharap sensasi yang ditinggalkan lelaki itu menghilang.
Dipandanginya wajahnya di cermin. Tampak seraut wajah yang memerah dan kedua mata yang mulai mencipta embun. Dia terisak sendiri.
“Lisle, kau kenapa?” Celine tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Tampak keheranan dengan penampilan Lisle yang berantakan.
Lisle berbalik. Tangis Lisle meledak dalam pelukan Celine.
kopi sudah otewe ya