Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Feeling Free
Kara akhirnya mendapatkan beberapa lowongan pekerjaan dan mengirimkan CV dan berkas lainnya melalui email. Setelah selesai, dia keluar rumah untuk berbelanja di mini market dekat rumahnya. Beberapa perlengkapan rumah tangga sudah mulai menipis karena Kara memakainya cukup boros demi kebersihan rumahnya usai dipakai orang.
Di mini market itu Kara berbelanja sabun, pembersih lantai, dan beberapa bahan makanan seperti minyak goreng, telur dan mie kering. Setelah membayar semuanya, Kara kembali ke rumahnya.
Siang ini Kara ingin membuat mie goreng dan telur dadar. Besok harus belanja sayur lagi. Kara menatap isi kulkasnya yang sudah mulai menipis.
Suara notifikasi ponselnya membuat acara memasak Kara pun terhenti lalu membacanya. Ada dua perusahaan yang menerima lamaran kerjanya, pertama di sebuah hotel berbintang di Jakarta Selatan tidak jauh dari rumahnya dan satu lagi di sebuah perusahaan besar area Sudirman.
Kara menyanggupi datang keesokan harinya untuk hotel di jam delapan pagi sedangkan perusahaan area Sudirman, jam sebelas siang.
Dengan hati senang, Kara pun melanjutkan acara memasak makan siangnya.
***
Adi merasa senang hari ini Irene bersedia menemani dirinya untuk makan siang. Gadis dengan kulit seperti porselin itu tampak cantik dengan bibir merahnya yang seksih.
"Jadi, kamu sudah resmi berpisah dengan gadis udik itu?" tanya Irene sambil menggenggam tangan Adi.
"Sudahlah. Dia meninggalkan semua baju dan sepatu yang diberikan oleh almarhum kakek dan kedua orangtuaku."
Irene mencebik. "Sombong sekali! Seolah-olah tidak menghargai pemberian orang!"
"Memang! Makanya aku bilang sumbangkan saja semua ke panti jompo atau panti asuhan!"
"Kapan kita akan menikah, sayang?" kerling Irene menggoda Adi.
"Secepatnya sayang, ketok palu juga baru kemarin. Setelah akta cerai keluar, aku akan segera menikah dengan mu" Adi mengambil tangan Irene dan mencium punggung tangannya.
"Kamu ada urusan lagi tidak di kantor?" goda Irene. Adi merasakan gadis itu sudah melepaskan sepatunya dan kakinya mulai mengusap juniornya pelan yang tentu saja membuatnya mulai mengeras.
"Kita check in?" balas Adi dengan suara parau. Keduanya kini memang sedang makan siang di sebuah hotel berbintang.
"I thought you never ask" bisik Irene dengan nada mende*sah.
Adi membayar makan siang mereka lalu ke resepsionis memesan kamar. Makan siang nya benar-benar membutuhkan hidangan penutup yang lezat dan itu hanya ada di diri Irene.
Keduanya sudah masuk ke kamar suite dan Adi menutup pintu kamar hotel sedikit keras karena juniornya sudah mendesak ingin dibebaskan. Irene dengan gaya menggoda melepaskan pakaiannya satu demi satu sembari berjalan pelan hingga polos di hadapan Adi.
Pria itu dengan tergesa segera menerkam kekasihnya yang dengan lihainya melepaskan ikat pinggang dan menurunkan celananya bersama dengan boxernya sedangkan Adi melepaskan jas dan kemejanya kasar lalu dengan nafas memburu mulai men*cumbu Irene.
Siang itu, di kamar hotel suite, terjadilah pergumulan dua anak manusia untuk mendapatkan kenikmatan surga dunia meskipun mereka melakukannya tanpa ikatan pernikahan.
***
Kara menonton tv sambil ngemil Snack ringan yang dibelinya tadi siang. Meskipun dirinya di depan tv, namun pikirannya melayang ke peristiwa satu tahun dua bulan lalu...
Kara baru saja pulang bekerja dari perusahaan percetakan ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Penasaran siapa yang datang, Kara pun masuk dan tampak ayah ibunya bersama dengan tiga orang asing yang langsung melihat dan menilai dirinya.
"Assalamualaikum" sapa Kara
"Wa'alaikum salam."
"Kara, ayo sini kenalan dengan sahabat ayah" pinta ayahnya. Kara pun mengangguk.
"Jadi ini yang namanya Kara?" tanya wanita yang seumuran dengan ibunya tapi tampak lebih terawat dan anggun.
Kara pun mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan wanita itu, lalu kedua pria berbeda usia disana.
"Anakmu sopan, lho Tono" kekeh pria yang seumuran dengan ayahnya.
"Terimakasih Ham" ucap Ayah Kara yang bernama Tono.
"Kara perkenalkan, ini kakek Haryo Saputro, sedangkan bapak adalah anak kakek Haryo, nama bapak Ilham Saputro dan ini istri bapak, Ayu" ucap Ilham.
"Salam kenal semuanya, nama saya Kara Gantari."
"Aku cocok pah" jawab Ayu.
"Apa maksudnya cocok, mbak Ayu?" tanya Ranti, mama Kara.
"Kami bermaksud menjodohkan Kara dengan putra kami, Adi" jawab Ilham.
Tono dan Ranti pun terkejut. "Maaf, Ham. Kenapa harus Kara?"
"Karena aku sudah suka sejak melihat Kara masuk tadi" senyum Ilham.
***
Acara perjodohan itu pun menjadi acara lamaran pernikahan karena kakek Haryo mengancam Adi tidak akan mendapatkan perusahaannya jika menolak menikah dengan Kara.
Kara sendiri tidak bisa menolak permintaan kakek Haryo yang tampak sangat menyayangi dirinya termasuk pak Ilham dan Bu Ayu.
Dua bulan setelah pertemuan pertama di rumah Kara, keduanya pun menikah dengan pesta yang cukup mewah mengingat kakek Haryo dan pak Ilham adalah pengusaha ekspor impor yang terkenal.
Malam pertama, Adi langsung membuat perjanjian dengan Kara.
"Asal kamu tahu ya, aku tidak suka sama kamu! Tidak Sudi menyentuh kamu! Aku sudah punya Irene dan aku sangat mencintai kekasihku itu. Jadi aku minta sama kamu, bersikaplah seperti istri yang baik di depan orang tuaku dan kakekku sampai aku bisa mendapatkan semuanya!"
Kara menatap Adi dengan tatapan terluka. Astaghfirullah, pernikahan apa ini.
"Aku minta kamu menikah denganku setahun ini dan jika kakekku belum meninggal, perpanjang sampai orang tua itu meninggal! Paham kamu!"
Kara mengangguk.
Sejak saat itu dia berusaha bertahan dengan pernikahan nerakanya dan yang menguatkan hanyalah perlakuan baik dari kedua mertua dan kakek Haryo. Ingin rasanya dia menceritakan apa yang terjadi tapi hatinya tidak tega menyakiti mereka semua.
Dua Minggu setelah menikah, ayah Sekar meninggal karena serangan jantung dan dua Minggu setelahnya, sang ibu menyusul setelah terjatuh di kamar mandi. Kara pun menjadi yatim piatu dan memutuskan untuk mengontrakkan rumah orangtuanya.
Selama tinggal di rumah Saputro, Kara dan Adi memang tampak tidur sekamar namun Adi sudah mensetting kamar tidurnya terkoneksi dengan ruang kerjanya yang terdapat tempat tidur besar disana. Keduanya memang tidur terpisah. Kara bukannya tidak berusaha mengambil hati suaminya namun Adi adalah tipe keras kepala bahkan dengan terang-terangan di depan Kara, dia sudah menemukan wanita untuk melepaskan hasrat biologisnya yaitu dengan Irene, kekasihnya.
Mendengar itu, hati Kara pun membatu. Dia sudah tidak peduli dengan apa yang suaminya lakukan di luaran karena dirinya merasa jijik dengan perilaku suaminya.
Hanya karena kedua mertuanya dan kakek Haryo sajalah yang mampu membuatnya berpikir waras. Namun takdir pun berkata lain. Ketiga orang yang tulus menyayanginya pun meninggalkan dirinya. Belum usai duka itu, Adi pun mengatakan bahwa sebulan sebelum 100 hari mereka, dia akan menggugat cerai Kara.
Bagi Kara, ini adalah kesempatan untuk menikmati hidupnya, terbebas dari suami yang tidak pantas dibilang imamnya. Kara lalu meminta tolong teman kuliahnya yang menjadi pengacara untuk membantu nya menghadapi Adi. Tari Faizal pun menyanggupi dan bersedia membelanya tanpa bayaran sepeser pun ketika mendengar cerita Kara.
Dan kini, Kara berada di rumah peninggalan kedua orangtuanya, menikmati kebebasannya setelah merasa terkekang di rumah mewah itu. Kara mendapatkan ketenangan di rumah sederhana ini.
Ayah, ibu, besok Kara wawancara kerja. Semoga besok ada yang diterima.
Kara mematikan tv-nya, memeriksa semua pintu dan jendela sudah terkunci atau belum lalu dia masuk ke kamarnya untuk berisitirahat karena besok dia harus berangkat pagi-pagi.
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Insyaallah besok acara nikahannya Danisha dan Kristal yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️