Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29~PPH
~Latulip Cafe~
Dengan cepat, Daniel segera turun dan langsung membukakan pintu mobil untuk sang Model.
Dia langsung menggenggam lengan Rania, untuk diajaknya masuk kedalam.
Sementara Rania, dia yang tidak tahu jika hari ini ulang tahunnya, dia hanya mengikuti langkah Daniel dengab dahi berkerut.
Setelah hampir sampai, Daniel tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia seketika menutup kedua mata Rania dengab tanganya.
"Daniel, apa yang kamu lakukan?" geram Rania berniat melepaskan tangan mantan Managernya.
Daniel hanya tersenyum, lalu segera mendesak Rania agar melanjutkan kembali langkahnya.
SURPRICE!
Begitu mereka memasuki ruangan, Daniel seketika membuka mata Rania, dengan melepaskan tanganya kembali.
Wajah Rania yang semula ditekuk, kini spontan menatap terkejut dengan kedua mata membola lebar. Dia tidak menyangka, rupanya sang Manager menyiapkan semua ini untuk acara ulang tahunnya.
"Daniel ... Kamu yang buat ini semua?" tanya Rania yang masih mengedarkan pandanganya didalam ruangan tersebut.
Ruangan itu sudah disulap menjadi ruangan yang romantis, dengan beberapa lilin kecil dan juga taburan bunga mawar dilantainya. Balon-balon bewarna merah juga mengumpul beberapa disudut ruang, tanpa lupa menyematkan foto Rania saat dia berada di kota Paris.
Dan disaat yang bersamaan, motor Dimas baru saja memasuki halaman Cafe yang sama.
Dia sengaja meninggalkan mobil pada sang sahabat, karena dia pikir kedatanganya ke Cafe hanya untuk meletakan sebuah Cake ulang tahun, yang sudah dia pesan sebelumnya.
Dimas berjalan masuk dengan dua paperbag besar. Beberapa pikiran negatife tentang kepergian Rania bersama pria asing, sempat dia enyahkan untuk sementara waktu dalam pikiranya. Senyum hangat sejak tadi mengembang dalam bibirnya, kala dia sudah mulai melihat ruangan yang sudah dia sewa sebelumnya.
Langkah Dimas sempat berhenti untuk beberapa detik.
Mengingat ruangan yang tidak tertutup sempurna, jadi Dimas masih dapat melihat ke ruangan sebelah, yang dimana tadi sore dia sempat bercengkrama sebentar dengan pria itu.
'Pria itu benar-benar sudah mempersiapkan semuanya. Ya, semoga saja kekasihnya mau menerima pertunangannya!'
Gumam Dimas dalam hati, saat melihat pria asing yang menyewa ruangan disebelahnya, kini sedang berlutut dihadapan sang pujaan dengan membuka sebuah kotak cincin berlian.
Karena posisi si wanita yang tidak begitu jelas, dan menghadap depan, jadi Dimas tidak begitu paham betul wajah wanita itu seperti apa. Dia hanya melihat wajah si pria yang masih berlutut menunggu jawaban pujannya.
Setelah itu, Dimas bergegas masuk kedalam ruangan yang sudah dia sewa.
Rania masih tidak menyangka, atas sikap mantan Managernya saat ini. Bagaimana bisa, Daniel memendam cinta selama ini untuknya. Sedangkan Rania, selain menganggap orang didepannya patner kerja, dia juga hanya menganggap Daniel sebagai seorang teman, tidak lebih.
"Rania ... Aku sudah lama memendam semua ini. Aku sakit saat melihat kamu menikah dengan Pandu, dulu! Aku sudah sempat mengikhlaskanmu. Namun kini, setelah kamu berpisah darinya, mungkin aku rasa, Tuhan menyuruhku kembali untuk mengungkapkan rasa yang tertinggal ini."
Daniel masih mengunci tatapan Rania dari bawah. Tanganya sedikit bergetar, saat kota cincin itu juga menjadi saksi ungkapan hatinya saat ini.
"Rania ... I love you so much! Well you marry me?" ujar Daniel kembali.
Degh!
'Rania?'
Dimas yang sempat akan keluar setelah dia meletakan kue serta buket bunga. Kini langkah serta hatinya menggantung diambang pintu, saat mendengar kalimat 'Rania' dari ucapan si Pria.
Karena ruangan yang didesai terbuka, dan hanya diselimuti sisi penyangga tiang disetiap sudutnya, kini jantung Dimas semakin berdegup kencang, kala dia baru tersadar, jika pakaian yang dikenakan si Wanita, begitu mirip dengan dress hitam milik Rania.
Dada Dimas mendadak nyeri saat, dia melihat wajah si wanita yang tadi sempat membuang wajah kesamping. Dan benar saja, dia adalah Rania.
Tatapan Dimas dan Rania sempat bertemu beberapa detik, sebelum Dimas bergegas keluar dari dalam Cafe itu.
Bukanya Dimas pengecut. Dengan posisinya sekarang, dia sendiri sadar, jika dia bukan siapa-siapanya Rania. Dan Dimaa tidak ingin mengganggu acara pria itu, yang mungkin saja kekasih baru Rania.
'Itu tadi, kaya mas Dimas? Benar nggak sih?'
Rania saat ini menoleh keseluruh ruangan, mencari sosok pria yang tadi melihat kearahnya.
Kedua mata Dimas seketika memanas, dengan dada yang sudah bergemuruh, menyamai langkahnya keluar.
'Ya Allah, haruskan hamba sakit untuk kedua kalinya? Hamba sadar siapa diri ini! Tapi yang ini rasanya benar-benar sakit'
Kaki jenjang Dimas semakin membawanya keluar, hingga dia saat ini sudah bersiap menaiki motornya dan memakai kembali helm bewarna hitam tersebut.
"Maaf Daniel, aku tidak dapat menerimanya!" Rania spontan menutup kembali kotak berlian tersebut.
Setelah itu dia berlari keluar, dengan mata mengedar keseluruh tempat. Dan disaat dia menoleh kedepan, dia melihat Dimas sudah keluar dari halaman Cafe dengan motornya.
"Mas Dimas ...."
Rania sedikit berlari untuk mengejar TNI tersebut. Namun usaha Rania sia-sia, karena Dimas tidak mendengar teriakannya. Dia lebih dulu pergi dengan mengencangkan gas motornya.
"Mas Dimas-"
"Rania ... Tunggu Ran, kamu mau kemana?" Daniel juga berlari keluar untuk mengejar Rania.
Dari arah berlawanan, sebuah mobil bewarna putih kini berhenti ditepi jalan, saat melihat Rania sudah menangis menatap jalanan tanpa ujung.
Diky yang membawa mobil Dimas, kini semakin dibuat bingung dengan pemandangan di depan matanya.
"Rania ... Dimana Dimas?" tegur Diky setelah turun.
Rania spontan menoleh.
"Mas Dimas sudah pergi! Tolong antarkan saya menemuinya," pintanya menatap iba Diky.
"Ayo cepat masuk!"
Diky lantas segera masuk kembali kedalam mobil bersama Rania. Mobil melaju kencang, sesuai arah tunjuk Rania, saat motor Dimas melewati jalanan tadi.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" ujar Diky menoleh sekilas dengan tatapan penuh tanya.
Entah mengapa dada Rania menjadi sesesak ini, hingga kedua matanya seketika berkaca.
"Mas Dimas mungkin salah paham dengan yang dia lihat tadi. Tapi aku juga nggak tahu, kenapa dia tiba-tiba ada di cafe itu."
"Kamu juga ndak tahu, kalau Dimas sudah nyiapke kejutan di Cafe tadi untukmu? Dimas sudah menyewa satu ruangan, guna menyiapkan kejutan dihari ulang tahunmu, Ran! Ini buktine, aku sempat memotret sebelume!"
Dimas menyodorkan ponselnya, untuk diperlihatkan kepada Rania.
Rania membekap mulutnya, karena Dimas juga sudah menyiapkan kejutan yang sama dengan Daniel.
"Sekarang kita kemana, Dik? Aku nggak tahu kemana mas Dimas pergi," gumam Rania setelah mengembalikan ponsel Diky.
"Hanya ada satu tempat yang sering didatangi Dimas. Semoga saja dia masih ada disana," jawab Diky yang masih fokus dengan kemudinya.
.
.
.
"Bagaimana?"
"Menurut informasi yang saya dapat tuan ... Non Rania sudah beberapa minggu diluar kota, tepatnya di Semarang! Salah satu pelayannya berkata seperti itu," ujar seorang pria disebrang telfon.
Pandu terdiam sejenak. Senyum puas sontak terbit dibibir tipisnya, setelah mengantongi informasi mengenai mantan istrinya kini.
Flashback pagi hari
Mengingat kediaman tuan Domanick berada di komplek perumahan elit, jadi sering kali terdapat beberapa pedagang makanan yang lewat setiap paginya.
"Bubur ayam ... Bubur ayam!"
"Bubur ayam ... Bubur ayam!"
Karena pagi ini Aston tidak sarapan dirumah, jadi para pelayan sengaja tidak memasak, dan memutuskan untuk membeli makanan diluar.
Dan kebetulan, pagi ini Putri dan Nadia yang sedang membersihkan bagian halaman, mendengar suara tukang bubur yang sedang lewat.
"Kita beli saja yuk, Mbak? Aku sudah laper nih," gumam Nadia memegangi perutnya.
Putri mengangguk, lalu hanya mengikuti Nadia berjalan keluar gerbang.
Entah kebetulan atau disengaja, penjual bubur itu masih setia menunggu didepan gerbang rumah tuan Domanick.
"Tak kirain sudah pergi, Mas!" ujar Putri .
Penjual bubur itu hanya tersenyum sopan, sambil berkata, "Mau dibungkus atau makan sini, Neng?"
"Bungkus 6, Mas!" seru Nadia setelah menghitung untuk siapa saja bubur tersebut.
"Tumben, rumah sepi Neng? Memangnya pada kemana?" tanya penjual tersebut, sambil meracik bubur tadi.
"Biasa Mas ... Pada sibuk sendiri-sendiri," jawab Putri asal.
"Nyonya sama Tuan Besar ke Jerman, Tuan Muda sibuk meting! Dan Nona, sudah beberapa minggu keluar kota!" sahut Nadia tanpa berpikir dua kali.
Penjual bubur itu sempat menghentikan aktivitas tanganya beberapa detik, saat mendengar kata Rania sudah keluar kota.
"Memangnya pergi kemana, Neng? Kan mbak Rania model terkenal!"
"Di rumahnya Simbahe, Mas! Ada di Semarang, tetanggaan sama rumahku didesa," kata Nadia menatap bubur tersebut.
Penjual itu menoleh sekilas, "Maksudnya, si Neng ini asli Semarang?"
Dengan kepolosannya, Nadia hanya mengangguk, "Benar, Mas! Rumah saya tetanggaan sama rumah ibunya Nyonya Lisa!"
Penjual bubur itu menarik sudut bibirnya.
'Bagus! Aku sudah mendapat informasi yang lebih menarik! Tuan Ricard pasti akan senang!'
Setelah tersadat, penjual bubur itu langsung saja memasukan beberapa bungkus bubur ayam kedalam kantung kresek bewarna putih.
"Ini Neng! Totalnya 84 ribu!"
Setelah bertransaksi, Putri dan Nadia langsung saja masuk kedalam, tanpa kecurigaan apapun terhadap penjual itu.
Flashback off
lanjut thor