Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yu Jian
Tiba-tiba terjadi keheningan di antara keduanya, Guo Mei hanya menatap dingin pemuda tampan di depan itu.
Sedangkan pemuda tampan itu terkejut. Baru saja dia menyadari sesuatu yang seharusnya mustahil terjadi. Sejak lahir, dia memiliki kutukan—atau lebih tepatnya, penyakit aneh yang membuatnya tidak bisa bersentuhan dengan wanita mana pun.
Jika terjadi kontak fisik, tubuhnya akan langsung bereaksi; kulitnya memerah, muncul rasa gatal yang menyiksa, dan tubuhnya menjadi sangat tidak nyaman.
Namun, saat gadis bercadar di depannya menyentuhnya, tidak ada reaksi apa pun.
Dia menatap tangannya sendiri, lalu kembali menatap Guo Mei. "Bagaimana bisa kau menyentuh ku?" gumamnya pelan, seolah tidak percaya.
Guo Mei mendengus ringan. "Tentu saja bisa. Aku manusia, bukan hantu," jawabnya santai.
Pemuda itu semakin bingung. Sepanjang hidupnya, tidak ada satu pun wanita yang bisa menyentuhnya tanpa membuatnya merasa tersiksa.
Bahkan, keluarganya sudah mencari berbagai macam metode penyembuhan, tapi tidak ada yang berhasil. Namun, gadis asing ini...
Dia menatapnya lebih lama, mencoba memahami. Namun, Guo Mei tidak tertarik untuk berlama-lama. Melihat pemuda itu hanya terdiam, dia berbalik, bersiap meninggalkan tempat itu.
Namun, baru beberapa langkah, tangan pemuda itu tiba-tiba menarik pergelangan tangannya. "Tunggu," suaranya dalam, penuh rasa ingin tahu. "Siapa namamu?"
Guo Mei melirik tangannya yang ditahan, lalu menatap pemuda itu dengan dingin. "Apa urusannya denganmu?"
Pemuda itu tidak menjawab, tapi genggamannya mengerat, seolah enggan melepaskannya.
Guo Mei merasa jengkel. Jika bukan karena sistem menyuruhnya datang, dia tidak akan repot-repot menyelamatkan pria asing ini.
"Aku harus pergi." Dia mengibaskan tangannya dengan sedikit kekuatan, melepaskan diri dari genggaman pemuda itu.
Namun, sebelum pemuda itu bisa berkata apa pun lagi, tiba-tiba terdengar suara langkah cepat.
Dari kegelapan, seorang pria dengan pakaian serba hitam melesat dengan kecepatan tinggi, langsung menghunuskan pedangnya ke arah Guo Mei!
Mata Guo Mei menyipit. Dalam hitungan detik, dia mengaktifkan elemen esnya, menciptakan pedang kristal dingin yang bersinar di bawah sinar bulan. Dengan satu gerakan cepat, dia menangkis serangan itu.
Clang!
Suara logam beradu memenuhi udara, percikan energi menyebar.
Pemuda tampan itu langsung menatap pria berpakaian hitam itu dengan tatapan dingin. "Mundur," suaranya tajam dan berwibawa.
Pria berpakaian hitam itu—yang ternyata adalah tangan kanan pemuda tersebut—terkejut. "Yang Mulia! Gadis ini mencurigakan. Bagaimana jika dia berniat mencelakaimu?"
Pemuda itu tetap menatapnya dingin. "Jika dia ingin membunuhku, dia bisa melakukannya tadi."
Tangan kanan pemuda itu terdiam, lalu kembali menatap Guo Mei dengan penuh kewaspadaan.
Pemuda tampan itu menghela napas ringan. "Selain itu ... penyakit dinginku telah sembuh karena dia."
Kata-kata itu membuat tangan kanannya terbelalak. "Apa?!"
Pemuda tampan itu menatap Guo Mei lagi, kali ini dengan sorot mata yang lebih tajam. Dia tidak tahu siapa gadis ini, tapi satu hal yang pasti—dia bukan orang biasa.
Namun, Guo Mei tidak tertarik dengan situasi ini. "Aku tidak punya urusan dengan kalian," katanya dingin, lalu dengan satu lompatan, dia melesat pergi, menghilang dalam kegelapan malam.
Pemuda itu menatap ke arah kepergiannya, matanya berkilat.
"Yang Mulia ...." tangan kanannya berkata ragu. "Apa yang harus saya lakukan?"
Pemuda itu tersenyum tipis, entah kenapa, hatinya terasa lebih ringan dari sebelumnya. "Cari tahu siapa dia."
*****
Keesokan paginya, akademi Tapak Langit digemparkan oleh sebuah kabar mengejutkan. Guru Su Cheng, salah satu guru senior yang dihormati, tiba-tiba jatuh sakit parah.
Tubuhnya menggigil hebat, keringat dingin bercucuran, dan wajahnya tampak sangat pucat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya menggeliat di tempat tidur, sesekali mengerang pelan seperti menahan sesuatu yang tidak terlihat.
Kabar ini dengan cepat menyebar ke seluruh akademi. Murid-murid berbisik-bisik di sudut lorong, para guru berdiskusi dengan wajah tegang. Tidak butuh waktu lama sebelum berita ini sampai ke telinga Tetua Sekte, Guo Mao.
Sebagai pemimpin tertinggi sekte Tapak Langit, Guo Mao segera mengambil tindakan. "Panggil tabib terbaik!" perintahnya dengan suara tegas.
Beberapa saat kemudian, seorang tabib datang untuk memeriksa kondisi Guru Su Cheng. Ia meraba nadi Su Cheng, mengamati warna kulitnya, lalu menatap dengan ekspresi tenang.
"Tidak ada tanda-tanda racun," kata tabib itu akhirnya. "Ini hanya penyakit biasa. Mungkin akibat kelelahan atau ketidakseimbangan energi dalam tubuhnya."
Pernyataan itu langsung membuat suasana ruangan menjadi hening.
Di antara orang-orang yang hadir, beberapa guru senior tampak menegang. Mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam rencana jahat terhadap Guo Mao. Mereka saling bertukar pandang dengan wajah sedikit pucat.
Mengapa penyakit Su Cheng mirip dengan efek racun yang kita gunakan untuk Guo Mao?
Apakah ini kebetulan atau … ada yang menjebak kita?
Mereka tidak berani mengungkapkan pikiran mereka, tetapi hati mereka dipenuhi kecurigaan dan ketakutan.
Di tempat tersembunyi, Guo Mei memperhatikan semua ini dengan tatapan dingin. Dari sudut ruangan, dia bisa mendengar suara hati mereka dengan jelas.
Sempurna…
Senyum sinis terukir di balik cadarnya. Bagaimana rasanya meminum racun sendiri? batin Guo Mei.
Dengan ini, mereka akan mulai merasa terancam dan ketakutan. Mari kita lihat … siapa yang akan bergerak duluan.
Dengan tatapan penuh arti, Guo Mei berbalik dan melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan kekacauan yang baru saja dimulai.
****
Di sebuah istana megah yang berdiri di puncak awan, seorang pemuda duduk di singgasananya dengan aura yang mendominasi. Dia adalah Kaisar Yu Jian, penguasa Kekaisaran Yun Shang atau Kekaisaran Atas Awan, satu-satunya kekaisaran terbesar dan terkaya di benua timur.
Di bawah cahaya lentera emas yang berpendar lembut, tatapan dingin sang kaisar menyapu ruangan luas yang dipenuhi ukiran naga dan hiasan berlapis emas. Ia mengenakan jubah hitam bersulam benang perak dengan lambang naga langit yang melilit di dadanya.
Tak lama kemudian, seorang pria berpakaian hitam dengan lencana khusus di dadanya berlutut di hadapan singgasana. Liu, tangan kanan Kaisar Yu Jian, telah kembali dari misinya.
"Apa yang kau temukan?" Suara dalam dan tegas Yu Jian terdengar, tanpa sedikit pun emosi.
Liu menundukkan kepala, lalu melaporkan, "Hamba telah menyelidiki identitas gadis yang menolong Yang Mulia di hutan tengkorak. Namanya Guo Mei, putri dari keluarga Jenderal Li di Kekaisaran Qianlong. Namun, beberapa waktu lalu, dia telah memutuskan hubungan dengan keluarganya dan sekarang berada di bawah perlindungan keluarga Guo."
Mata tajam Kaisar Yu Jian menyipit sedikit, tetapi tidak ada perubahan emosi yang tampak di wajahnya. Namun, ada kilatan ketertarikan yang sekilas melintas di matanya.
"Guo Mei .…" Kaisar menggumamkan nama itu perlahan, seakan mengukirnya dalam pikirannya.
Pikiran Yu Jian kembali ke malam itu. Dia ingat bagaimana tubuhnya yang selama ini dikutuk, tiba-tiba sembuh setelah disentuh oleh gadis itu.
Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah bisa menyentuh seorang wanita tanpa mengalami reaksi menyakitkan. Namun, gadis itu menyentuhnya tanpa efek apa pun.
"Menarik," gumamnya lagi.
Liu, yang masih berlutut, melanjutkan laporannya. "Selain itu, hamba juga menemukan bahwa Guo Mei memiliki reputasi yang buruk di akademi sebelumnya. Namun, belakangan ini, banyak kejadian aneh yang berhubungan dengannya. Ada kemungkinan besar dia menyembunyikan kekuatannya yang sebenarnya."
Yu Jian mengetuk lengan singgasananya dengan jemarinya yang panjang. Pandangannya kosong, seakan sedang berpikir dalam-dalam.
Lalu, tanpa mengangkat pandangannya, ia berkata, "Kirim orang untuk mengawasi Guo Mei. Aku ingin tahu … seberapa jauh dia bisa melangkah."
Liu menunduk lebih dalam, "Baik, Yang Mulia."
Tanpa berkata lagi, Yu Jian melambaikan tangannya. Liu segera bangkit dan menghilang dalam bayangan.
Di dalam aula yang megah dan sunyi, Kaisar Yun Shang menatap langit malam melalui jendela besar di sisinya. Entah mengapa, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Guo Mei … apa kau benar-benar hanya seorang gadis biasa?