NovelToon NovelToon
Become Mafia'S Wife

Become Mafia'S Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:90k
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.

Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.

Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.

Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?

Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 : Drama?

...****************...

Araya melangkah masuk ke restoran dengan langkah tenang. Matanya segera menyapu ruangan, mencari seseorang yang sudah menunggunya. Begitu melihat sosok yang ia cari, ia segera menghampiri meja di sudut ruangan, tempat Sangga duduk dengan posisi santai menghadap jendela.

“Nunggu lama?” tanyanya, menarik kursi lalu duduk di hadapan laki-laki itu.

Sangga menggeleng pelan, sudut bibirnya sedikit terangkat. “Nope, aku juga baru dateng,” jawabnya santai.

Araya menarik kursi dan duduk di hadapan Sangga. Sebelum mulai bicara, ia memanggil pelayan untuk memesan makanan lebih dulu. Setelah menyebutkan pesanannya, ia kembali menatap laki-laki di depannya.

Tanpa Araya sadari, sejak awal Sangga telah memperhatikannya dengan seksama. Hal-hal kecil yang mungkin bagi orang lain sepele, justru begitu menarik di matanya—cara Araya memanggil pelayan, intonasi bicaranya, sikapnya yang tenang namun tegas. Ada sesuatu dalam pembawaannya yang berbeda, Araya benar-benar definisi perempuan dewasa secara alami, tanpa di buat-buat.

Sangga melamun tanpa sadar, hingga suara Araya memecah keheningan.

“Hei?” suara Araya menyadarkan Sangga dari lamunannya.

Sangga sedikit tersentak, matanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya kembali fokus. “Ah, iya,” ujarnya canggung. “Jadi, apa yang mau kamu bicarain?”

Kemarin, Araya mengirim pesan text padanya, mengatakan bahwa ada hal penting yang ingin ia sampaikan.

Araya menghela napas pelan sebelum menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Raut wajahnya menunjukkan sedikit keraguan, seolah berusaha memilih kata yang tepat.

“Jadi gini,” Araya akhirnya membuka suara, menatap Sangga lurus-lurus. “Jujur aja, aku senang kalau Shinta punya pacar yang baik seperti kamu.”

Sangga mendengar kata-kata itu dengan tenang, tetapi tatapannya menyiratkan bahwa ia menunggu kelanjutan dari kalimat tersebut.

“Tapi, sebagai kakaknya, bukan berarti aku bisa menutup kesalahan Shinta, sekalipun dia adik aku.”

Sangga menatapnya bingung. “Maksud kamu?” tanyanya dengan dahi sedikit berkerut.

Alih-alih langsung menjawab, Araya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menyerahkannya kepada Sangga. Layar menampilkan sebuah foto yang begitu jelas.

“Aku dapat dari temanku yang kebetulan tahu kalau Shinta adikku,” ujar Araya datar. “Dan ya… dia ngirim ini ke aku.”

Sangga menatap layar ponsel itu, ekspresinya berubah seketika. Wajahnya yang semula santai kini mengeras, rahangnya menegang.

Di dalam foto itu, Shinta terlihat duduk di pangkuan seorang laki-laki berkacamata dengan begitu mesra. Senyum cerah menghiasi wajahnya, tangannya melingkar di leher laki-laki itu. Tidak ada tanda-tanda paksaan atau ketidaksengajaan.

Sangga ingin menyangkal, ingin meyakinkan dirinya bahwa ini hanya kesalahpahaman. Tapi tidak. Wajah Shinta terlalu jelas di sana.

Dengan ekspresi tak terbaca, ia mengembalikan ponsel itu ke tangan pemiliknya. Matanya menatap kosong ke depan, sementara jemarinya mengepal di atas meja.

“Aku harap kamu gak gegabah dulu, Sangga,” ujar Araya akhirnya, berusaha meredam reaksi laki-laki itu.

Sangga menoleh padanya, masih dengan wajah yang sulit ditebak.

“Bukan berarti aku belain Shinta,” lanjut Araya, suaranya lebih pelan. “Tapi aku harap kalian bisa bicarain baik-baik dulu.”

Sangga menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. Seketika, seluruh nafsu makannya menghilang.

Bicarakan baik-baik? Setelah melihat foto itu? Setelah melihat gadis yang ia cintai dengan laki-laki lain? Sangga rasa dirinya tak sesabar itu.

“Thanks, karena udah kasih tahu aku, Araya,” ujar Sangga tulus setelah keheningan yang cukup lama di antara mereka.

Araya mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa. Ia mulai menyantap makanannya yang baru tiba, membiarkan suasana kembali normal. Namun, tak berselang lama, gerakannya terhenti. Matanya menyipit ke arah tertentu, mengamati sesuatu yang baru saja menarik perhatiannya.

“Itu, bukannya Shinta, ya?” gumamnya, cukup keras untuk didengar oleh Sangga.

Sangga yang tadinya sibuk dengan pikirannya sendiri segera menoleh. Dan benar saja—di sana, tak jauh dari mereka duduk, ada sosok yang sangat ia kenal. Shinta, kekasihnya.

Namun, bukan hanya itu yang membuat darahnya mendidih. Shinta tidak sendirian. Ia bersama laki-laki yang ada di foto yang tadi Araya tunjukkan. Seorang pria berkacamata yang wajahnya kini tampak lebih jelas.

Nafas Sangga memburu, emosinya melonjak drastis. Ia nyaris bangkit dari duduknya untuk menghampiri mereka, tetapi sebelum itu terjadi, Araya lebih dulu menahan lengannya.

“Kita lihat aja dulu,” bisiknya tenang, meski ada kilatan kepuasan di matanya.

Sangga mendengus kesal, tapi memilih menurut. Namun, tatapannya tak lepas dari pasangan itu.

Dari tempatnya duduk, ia akhirnya menyadari siapa laki-laki berkacamata itu. Seorang pejabat pemerintahan yang namanya tengah naik daun tahun ini. Usianya mungkin sekitar awal empat puluhan—jauh lebih tua dari Shinta.

Sangga mengepalkan tangannya di atas meja.

Sampai akhirnya, ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kedua orang itu saling beradu bibir.

Saat itu, batas kesabarannya runtuh.

Tanpa berpikir panjang, ia bangkit dengan gerakan kasar dan berjalan cepat menuju mereka.

“Ini kelakuan kamu di belakang aku, Shinta?!” bentaknya lantang, mengejutkan dua orang yang tengah tenggelam dalam dunia mereka sendiri.

Shinta menoleh dengan wajah yang seketika memucat.

“Sangga?” gumamnya kaget, refleks melepaskan tautan tangannya dari lengan laki-laki di sebelahnya.

“A-aku bisa jelasin!” katanya tergagap, matanya berpindah-pindah antara Sangga dan pria yang bersamanya, ia masih terlalu terkejut untuk memahami situasi.

“Jelasin apalagi?!” suara Sangga terdengar penuh kemarahan.

Tanpa banyak kata, ia menarik kerah kemeja laki-laki itu dan tanpa ragu melayangkan pukulan keras ke wajahnya. Suara hantaman itu terdengar jelas di tengah restoran yang kini dipenuhi tatapan terkejut dari para pengunjung.

“ARGH!” laki-laki berkacamata itu tersentak ke belakang, tangannya refleks menyentuh pipinya yang kini memerah.

“Dasar bajingan!” geram Sangga, bersiap melayangkan pukulan lagi.

Namun, sebelum itu terjadi, Shinta segera melerai.

“Sangga, jangan!” katanya panik, tubuhnya bergerak melindungi laki-laki yang baru saja dipukul. Shinta langsung melerai. Ia tidak bisa sembarangan dengan pria ini, Shinta bisa kena masalah karena kelakuan kekasihnya itu.

Melihat itu, Sangga justru semakin murka.

“Oh, jadi kamu malah bela selingkuhan kamu?!” tuduhnya tajam.

Shinta menggeleng cepat. “Enggak, Sangga! Ini gak kayak yang kamu pikirin!”

Namun, sebelum ia sempat menjelaskan lebih lanjut, laki-laki di sebelahnya mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia berhenti bicara.

“Urus urusan kamu sendiri. Saya nggak ingin ikut campur, Shinta,” ucapnya dingin sebelum berbalik pergi dengan langkah tergesa.

Shinta semakin panik. Ia tahu, pria itu tidak ingin namanya tercoreng akibat skandal ini. Sebagai tokoh masyarakat, ia pasti tak mau terlibat lebih jauh.

Kini, hanya ada dirinya dan Sangga yang masih berdiri di tengah restoran yang riuh dengan bisik-bisik pengunjung.

Shinta menelan ludah, ketakutan melihat wajah Sangga yang penuh amarah.

“Kalian ciuman dengan santai di tempat terbuka kayak gini, masih mau bilang hubungan kalian nggak seperti itu, hah?!” tuntut Sangga dengan suara bergetar marah.

Shinta tersentak, tak mampu berkata-kata. Air matanya mulai menggenang, berusaha menggunakan satu-satunya cara yang mungkin bisa meluluhkan laki-laki ini.

“Aku… aku terpaksa, Sangga! Aku—” katanya dengan suara bergetar.

Sangga tertawa sinis. “Bullshit!” potongnya kasar.

Matanya menatap Shinta dengan jijik.

“Bilang aja kalau kamu memang murahan!” lanjutnya dingin.

Shinta terkesiap. Hatinya mencelos mendengar hinaan itu.

Namun, Sangga tidak peduli lagi. Tanpa ingin memperpanjang drama, ia berbalik dan pergi, mengabaikan panggilan putus asa dari Shinta.

Shinta berdiri di tempatnya, menangis. Tangannya gemetar, wajahnya penuh rasa malu karena ketahuan di depan umum seperti ini. Ia tahu semuanya sudah hancur.

Dengan perasaan yang masih berantakan, ia segera pergi, tak ingin berlama-lama menghadapi tatapan menghakimi dari orang-orang di sekelilingnya.

Sementara itu, di meja tempatnya semula duduk, Araya masih menikmati coklat panasnya dengan santai.

Bibirnya mengulas senyum miring, matanya berbinar puas menikmati drama di depan mata. Tentu saja Araya mengajak Sangga bertemu di sini bukan karena kebetulan, Ia sudah menyusun rencana ini dengan rapat.

...****************...

tbc.

1
Lay's
Sebenernya Gevan nih family man banget yahhh. Cuman karena awalnya terus-terusan dapet pengabaian dari Araya, dia jadi terkesan jahat. Padahal aslinya ya dia hanya mengekspresikan kekecewaannya terhadap sikap Araya
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Sulati Cus
mau cari misua yg kek gimana lg cb, di blg di cintai secara brutal itu menyenangkan
Dewi Yanti
suka dg cara negurnya gevan 👍,,
Bubu Zafa
bagus deh araya nya sadar
Etty Rohaeti
Alhamdulillah akhirnya Araya menyadari kesalahannya
mbuh
sbnrnya keren loh gevan
ga smua laki2 bs kek dy
bner2 kasih istri tahta tertinggi di hatinya
anak aja nmr 2
cb di konoha
istri mah media produksi anak aje
🍏A↪(Jabar)📍
next up banyak
azh
semoga sampai happy ending ya ka author
sipuuttt
lagi thor, banyak² ...
Z House
sedih lah jadi El
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Bubu Zafa
harusnya anak kandung nya di beri perhatian...kalo kayak gini ghariel akan tetap jadi antagonist nya...harusnya dia sadar anak juga baru rapat ama dia bukan nya kasian dan mau nyenangi ragas doang....
Lay's
Araya jangan terlalu fokus mendamaikan protagonis dan antagonis dalam novel. Fokus aja ke Ghariel sebagai anaknya. Karena harus berbagi dengan saudara kandung aja sulit buat anak kecil, apalagi ini malah berbagi dengan orang lain
sipuuttt
araya sosok yg gakk peka
Qori Hasan
Luar biasa
anna
🥰🥰👍👍
Azlina85
Sweet
Nur Illiyyan
bibit pebinor muncul, kirain Reagan laki"baik ternyata sama swperti ibunya
Lay's
Udah baca dong ceritanya Altair. Sampe sekarangpun masih amazed sama kisah percintaan antara Altair dan Anthea. Perjuangannya itu loh, demi melawan takdir dalam novel ga main-main
Salvador: avv makasii♡♡♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!