Mia Pranata, seorang gadis yang sangat mencintai seorang pria bernama Azka Abraham Williams.
"Aku tulus mencintainya, hingga aku terus bertahan. Namun, kamu telah melempar kotoran ke wajahku, maka di titik itu aku menyerah," Mia Pranata.
Mia adalah gadis ceria yang selalu ada di sisi Azka setiap hari, hingga membuat Azka menjadi jengah dengan apa yang Mia lakukan. Makian dari Azka pada akhirnya membuat Mia pun menjauh.
Azka kini merasa kehilangan perhatian Mia, sehingga membuat dirinyalah yang mendekati Mia. Apakah Mia akan menerimanya kembali setelah semua yang terjadi? ataukah Mia akan menjauh dari Azka selama-lamanya?
Disini juga akan dilanjutkan cerita David Asher dan Alvin Frederick yang berawal dari novel "Amelie Sang Penjaga Jodoh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KE RUMAH AZKA
Ujian Akhir di kelas 3 mulai dilaksanakan. Mia terus memohon pada Azka untuk minta diajari. Ia hanya takut tidak lulus karena pelajaran di Williams School jauh lebih sulit daripada saat ia berada di Kota B.
"Yang ini bagaimana menyelesaikannya?" tanya Mia saat ia mendapatkan soal Matematika yang cukup rumit menurutnya.
Azka hanya melihatnya sekilas, kemudian kembali menatap ke arah bukunya. Marcello yang melihat itu, langsung membantu Mia.
"Berikan padaku. Aku akan melihatnya," tawar Marcello.
Mia langsung memberikan bukunya pada Marcello. Ia berjalan mendekat untuk melihat bagaimana Marcello menyelesaikan soal tersebut. Untuk ujian kali ini, setiap siswa akan duduk seorang diri dengan jarak yang lumayan jauh antara satu sama lain.
"Lihat, hanya seperti ini. Kamu hanya perlu menambahkan ini kemudian mengalikannya dengan sudut yang ini," ucap Marcello.
"Wah, kamu hebat sekali, Cel. Apa aku bisa belajar pelajaran lainnya denganmu?" tanya Mia.
Azka yang melihat kedekatan antara Mia dengan Marcello langsung berdehem, "Cel, ingat orang tuamu."
Marcello menggelengkan kepalanya. Azka sangat tahu bahwa orang tua adalah kelemahan Marcello. Peraturan yang dibuat oleh orang tuanya sungguh sangat mengekang Marcel. Ia bahkan hanya bisa keluar jika bersama dengan Azka, karena orang tua mereka saling mengenal.
"Maafkan aku, Mi. Orang tuaku tidak mengijinkan siapapun untuk mampir ke rumah, terutama perempuan."
Mia tak habis pikir, sebegitu ketatkah peraturan di rumah Marcel. Ia tiba tiba menjadi kasihan pada Marcel, "tidak apa. Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku boleh meneleponmu kan untuk bertanya?"
"Ya, itu tidak apa. Mereka tidak membatasiku menggunakan ponsel," ucap Marcel.
"Baiklah, berikan nomor ponselmu padaku," Mia mengeluarkan ponselnya dan siap memasukkan nomor ponsel Marcel ke dalamnya.
"Whatt??!! kamu belum punya nomor ponsel Marcello the greatest?" ucap Marcello dengan suara keras hingga mereka berdua kini menjadi pusat perhatian teman sekelas. Marcel langsung menutup mulutnya, sementara Mia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Mereka akhirnya bertukar nomor ponsel dalam diam.
*****
Mia memainkan ponselnya sambil merebahkan diri di atas sofa ruang keluarga. Ia memandangi galeri foto, menggeser ke kiri dan ke kanan, kemudian tersenyum tanpa henti.
"Nggak cape apa tuh bibir dari tadi senyam senyum nggak jelas," goda Abigail yang melihat adiknya tersenyum sambil memandangi ponselnya.
"Wah kakak bawa kripik, bagi ....," Mia menengadahkan tangannya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aduhhh!!!" teriak Mia, bukannya memberikan kripik ke tangan Mia, Abigail malah mencubit bibir Mia dengan jarinya saking gemasnya.
"Apa yang sedang kamu lihat, hmm?"
"Lihat kak, teman kelasku. Tampan kan?" Mia memperlihatkan sebuah foto pada Abigail.
"Yang mana? yang kiri apa yang kanan?"
"Yang kiri lha," jawab Mia.
"Itu mah kakak sering lihat," ucapan Abigail sontak membuat mata Mia membesar. Ia seperti mendapatkan hadiah besar ketika kakaknya mengatakan seperti itu.
"Di mana? kakak lihat di mana?" Mia menggoyang goyangkan tangan Abigail, dan menyebabkan kripik di tangannya berjatuhan.
"Tuh kan berantakan!" gerutu Abigail kesal.
"Kakkkk, di mana?"
"Di rumah sahabat kakak lha. Bukankah itu Azka, Azka Abraham?" Mia menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Itu kan adiknya Kak Amel," lanjut Abigail. Amelie kadangkala datang ke rumah Abigail untuk menginap atau sekedar untuk mengobrol.
"Kapan kakak akan ke rumah Kak Amel lagi?" tanya Mia.
"Tidak tahu. Kami akan masuk kuliah sebentar lagi dan jurusan kami berbeda. Itu mungkin akan membuat kami jarang bertemu," ucap Abigail.
"Ajak aku ya kak kalau mau ke sana. Oya, besok kan Jumat, bagaimana kalau pulang sekolah kita ke sana?" pertanyaan Mia langsung membuat Abigail menepuk dahinya.
*****
""Halooo!!! Kenalkan nama saya Mia," Mia memperkenallan dirinya pada security di kediaman Azka yang bernama Pak Kusnadi. Pak Kusnadi yang melihat itu langsung tersenyum.
"Kenalan aja pak, kalau Pak Kus nggak balas, dia akan teriak teriak terus di sini," ucap Abigail seakan menasehati Pak Kusnadi.
"Ehhmm, saya Kusnadi, Non."
"Senang berkenalan dengan Pak Kus. Saya pasti akan sering sering datang ke sini," Mia langsung meraih tangan Pak Kusnadi untuk menjabat tangannya sebagai tanda perkenalan mereka.
"Bi!!!" Amelie yang keluar pun memanggil Abigail.
"Melll!!!"
"Tumben ke sini nggak ngabarin dulu?" ucap Amelie.
"Nih, maksa," Abigail menunjuk Mia yang sedari tadi sudah tersenyum.
"Halo, Mia," Amelie menyapa Mia. Ia pernah bertemu Mia beberapa kali di rumah Abigail.
"Halo, Kak Amel. Benarkah Kak Amel itu, kakaknya Azka?" Amelie pun mengangguk.
"Apa Azka ada di rumah sekarang?" anggukan Amelie sekali lagi membuat Mia semakin tersenyum.
Mereka akhirnya masuk ke dalam kediaman Williams. Mata Mia memandang ke sekeliling, mencari cari siapa tahu Azka lewat.
"Azka ada di kamarnya, Mi. Kakak akan memanggilnya jika kamu ingin bertemu dengannya."
"Tidak, tidak, Kak. Jangan. Nanti saja tunggu dia keluar sendiri," dan sesuai perkiraan Mia yang ntah bagaimana, Azka akhirnya keluar dari kamar tidurnya dengan memakai setelan kaos rumahan dan celana pendek. Mata Mia yang baru pertama kali melihat penampilan Azka seperti itu, langsung tersenyum dan mengedipkan matanya beberapa kali, seakan mengambil gambar untuk disimpan di dalam memorinya.
Azka yang akan menuju ke dapur mencari Mommynya menangkap sesosok makhluk yang ia rasa telah ia tinggalkan di sekolah. Matanya memicing saat menyadari bahwa apa yang dilihatnya ternyata benar adalah Mia, si gadis rese yang selalu mengganggu kenyamanannya di sekolah sejak hari pertama ia duduk di sebelah Azka.
"Hi, Az!" sapa Mia. Wajah teduh dan menyenangkan yang ada di awal, langsung berubah menjadi sorot dingin dan tatapan tak suka. Azka langsung berjalan kembali menuju kamar tidurnya. Rencana awal ingin mencari Vanessa diurungkannya.
"Yaaa, kok masuk lagi?" gerutu Mia dengan mengerucutkan bibirnya.
"Kamu dekat dengan Azka, Mi?" tanya Amelie.
"Tentu saja, kami kan duduk bersebelahan."
"Oouu benarkah? Azka tidak pernah bercerita," ucap Amelie.
Mia hanya tersenyum saja. Meskipun ia sedikit kecewa karena Azka cuek padanya, tapi ia senang karena bisa mampir ke rumah laki laki itu.
"Kak, apa Mia boleh sering sering ke sini?"
pletakkk!!!
"Kakk, sakit!!" Abigail secara reflek menyentil kening Mia, Amelie yang melihatnya langsung tertawa. Dari arah dapur, Vanessa keluar dan melihat tamu mereka.
"Mel, sayang ... eh ada Abi. Apa kabar, Bi?" tanya Vanessa.
"Baik, Aunty."
"Dan ini ....?" tanya Vanessa saat melihat Mia.
"Hi Aunty, kenalkan namaku Mia. Aku adik kesayangan dari kak Abigail," Vanessa langsung tersenyum melihat tingkah Mia yang menurutnya menggemaskan.
"Mel, kenapa kamu tidak menyediakan makanan dan minuman untuk mereka?" Amelie langsung menepuk dahinya dan tersenyum, "aku lupa, Mom."
"Baiklah, Mommy akan siapkan sesuatu. Tunggu sebentar ya."
"Aunty, apa aku boleh membantu Aunty?" senyum langsung merekah saat Vanessa menganggukkan kepalanya. Mia pun tanpa malu langsung mengikuti Vanessa menuju ke dapur.
*****
Aahh tapi menurut ku percuma juga tuh cewek pergi jauh-jauh kalo hujung2 nya pasti akan bersatu lagi,Dengan sedikit kata2 maaf dan penyesalan Azka,Pasti tuh cewek bakalan cepet luluh,Udah bisa ketebak Alurnya..