NovelToon NovelToon
Battle Of The Genies"Adu Jin"

Battle Of The Genies"Adu Jin"

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ramos Mujitno Supratman

Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kekuatan thak terduga

Zarok mendekatkan diri pada Raka, tangannya yang bersarung logam hitam mengarah ke dada Raka. “Kita mulai dengan memperkuat dirimu. Ikatan kita akan memperbesar kekuatanmu, tapi kau harus mengendalikan energinya dengan baik,” katanya dengan nada serius.

Raka menelan ludah, merasa gugup namun bersemangat. “Bagaimana caranya? Apa yang harus aku lakukan?”

Zarok tersenyum tipis. “Aku akan mentransfer sebagian kekuatanku padamu. Rasakan alirannya dan gunakan energinya sesuai keinginanmu. Jangan biarkan kekuatan itu menguasaimu,” peringat Zarok, lalu menyentuh bahu Raka dengan tangannya.

Seketika, Raka merasakan aliran energi hangat mengalir ke dalam tubuhnya. Otot-ototnya terasa lebih kuat, pikirannya semakin tajam. Namun, di tengah sensasi luar biasa itu, ada getaran aneh yang membuatnya sedikit bingung.

“Jangan ragu, Tuan! Ini kekuatanmu sekarang!” seru Zarok, matanya menyala penuh semangat.

Aira, yang terbang di atas mereka, berputar di udara dan mendarat lembut di lantai. “Raka, ingat. Kekuatan fisik penting, tapi kau juga butuh strategi. Dengan penglihatanku, aku bisa memberimu informasi tentang musuh dari kejauhan, dan itu akan memberikan kita keuntungan besar.”

Raka, yang masih beradaptasi dengan kekuatan barunya, mengangguk. “Oke, jadi kita butuh keseimbangan antara kekuatan dan strategi. Tapi bagaimana kita tahu kapan harus bertarung dan kapan harus mundur?”

Aira menatapnya dengan tajam. “Itulah tugas kita sebagai tim. Zarok akan melindungimu di garis depan, dan aku akan memberikanmu pandangan dari atas. Kau hanya perlu membuat keputusan yang tepat.”

Zarok menepuk pundak Raka dengan keras, hampir membuatnya terjatuh. “Kau akan menjadi prajurit hebat, Raka. Tapi ingat, keberanianmu harus selalu sejalan dengan akal sehatmu.”

Raka tersenyum kecut, merasa beban tanggung jawab semakin besar. “Aku paham. Jadi, kapan kita mulai latihan?”

Aira mengembangkan sayapnya lebar-lebar, seolah memberi tanda kesiapan. “Sekarang, tuan muda. Musuh kita bisa muncul kapan saja.”

Zarok berdiri tegak, menyarungkan pedangnya dengan gerakan mantap. “Bersiaplah, Raka. Perjalanan ini baru dimulai. Dan kau tak akan kembali menjadi manusia biasa lagi.”

Raka menarik napas dalam-dalam, mulai merasakan beratnya tanggung jawab yang baru saja ia terima. "Baik, aku siap," ujarnya dengan tekad, meskipun masih ada keraguan yang tersisa.

Zarok mengangguk puas. “Itu semangat yang kuinginkan, Tuan. Sekarang, coba rasakan kekuatan itu lebih dalam. Bayangkan kau mengangkat sesuatu yang berat, dan gunakan energiku untuk membantumu.”

Raka memejamkan matanya, mencoba berkonsentrasi. Dia merasa energi mengalir di tubuhnya, seolah-olah otot-ototnya mengembang. Perlahan, ia menekan kedua tangannya ke lantai dan mendorong tubuhnya naik—tapi kali ini, dorongan itu terasa jauh lebih mudah, seakan gravitasi telah berubah untuknya.

Zarok tersenyum lebar melihatnya. “Bagus, kau sudah mulai menguasainya.”

Namun, sebelum Raka bisa merespons, Aira terbang rendah dan mendarat di depan mereka, membentangkan sayapnya seolah menghalangi sesuatu. “Tunggu, ada sesuatu mendekat.”

Raka segera berdiri, matanya terbelalak. “Apa maksudmu? Sesuatu seperti apa?”

Aira memejamkan matanya, berkomunikasi dengan angin di sekitarnya. “Aku merasakan aura genie lain. Dekat. Mereka mungkin sedang mencari partner atau… mengincarmu.”

Zarok menghunus pedangnya dengan cepat. “Mereka datang lebih cepat dari yang kita perkirakan. Siap, Raka?”

Raka mundur selangkah, merasa gugup. “Bagaimana jika aku belum cukup kuat?”

Zarok tertawa keras. “Kekuatanmu sudah lebih dari cukup! Kau hanya harus mempercayainya. Aku di sini untuk mendukungmu.”

Aira menambahkan, “Ingat, kami ada untuk melindungimu. Gunakan kepala dan kekuatanmu dengan bijak, dan kita bisa mengatasi mereka.”

Langkah kaki berat terdengar mendekat. Raka bisa merasakan getaran di lantai kamarnya. Dalam sekejap, pintu kamar terbuka dengan keras, dan siluet besar terlihat di ambang pintu. Sosok itu adalah genie lain, dengan aura merah menyala dan tubuh besar yang menyerupai raksasa.

“Hai, partner baru,” kata sosok itu dengan suara rendah dan penuh intimidasi. “Siap untuk diuji?”

Raka menelan ludah. “Apa yang harus aku lakukan?” bisiknya pada Zarok dan Aira.

Zarok memutar pedangnya, kilauan logamnya bersinar di bawah lampu. “Kita serang dulu sebelum dia sempat menyerang. Ikuti aku!”

Aira mengangguk, “Dan aku akan mengawasi dari atas, memberitahumu setiap gerakan musuh. Jangan khawatir.”

Raka menguatkan hatinya, berusaha percaya pada kekuatan yang baru ia terima. Dengan panduan Zarok dan Aira, ia tahu bahwa ia tidak sendirian dalam pertarungan ini. “Oke, ayo kita lakukan ini,” katanya dengan suara lebih yakin.

Pertarungan pertama mereka segera dimulai.

Setelah pertempuran yang intens itu selesai, Raka terbaring di tempat tidurnya, masih merasa tubuhnya berdenyut dari energi dan kelelahan. Zarok duduk di sudut kamar, membersihkan pedangnya, sementara Aira berdiri di dekat jendela, mengawasi malam yang tenang.

“Wow... hari ini luar biasa melelahkan,” kata Raka dengan napas berat, tangannya menutupi wajahnya. “Aku masih tidak percaya bahwa semua ini benar-benar terjadi.”

Zarok tersenyum sambil mengangkat pandangannya dari pedangnya. “Kau melakukannya dengan baik untuk pertarungan pertamamu, Tuan. Tapi ini baru permulaan. Esok hari akan ada tantangan yang lebih besar lagi.”

Raka mendesah, menggeser posisi tidurnya. “Ya, aku bisa membayangkannya. Tapi jujur saja, aku sangat butuh tidur sekarang.”

Aira menoleh, sayapnya bergerak ringan saat ia menatap Raka. “Tidurlah, Raka. Tubuhmu perlu waktu untuk memulihkan energi. Kami akan berjaga sepanjang malam. Tak perlu khawatir.”

Raka menatap Aira dengan rasa terima kasih. “Terima kasih, Aira. Dan juga untukmu, Zarok. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kalian tidak ada.”

Zarok tertawa kecil, suaranya dalam. “Itulah gunanya kita sebagai partner. Sekarang, tidur yang nyenyak, Tuan. Besok kita akan mulai melatihmu lebih keras.”

Raka mengangguk, mulai menutup matanya. “Semoga besok lebih mudah...”

Aira mengangkat sayapnya dengan lembut, seolah memberikan selimut angin untuk Raka. “Istirahatlah. Kekuatan akan datang pada mereka yang tahu kapan harus beristirahat.”

Dalam beberapa menit, suara napas Raka mulai melambat, menunjukkan bahwa ia telah tertidur. Zarok mengangguk pada Aira, lalu berdiri dan bersandar di dinding, pedangnya siap di tangannya. “Kita akan melindunginya. Malam ini dia bisa tenang.”

Aira terbang diam-diam ke atas, berputar mengitari kamar, memantau dari atas. “Ya, mari pastikan dia siap untuk esok hari. Ini baru permulaan.”

Dan di tengah malam yang sunyi, Raka tidur dengan nyenyak, sementara kedua genienya berjaga di sisinya, memastikan tidak ada bahaya yang mendekat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!