Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terdampar di kampung Mang Ujang
Darren menggeliat dan mengerjapkan-ngerjapkan matanya. Kepalanya yang pusing akibat hangover, belum sepenuhnya membuat Darren menyadarinya.
"Berat banget kepala gue," gumam Darren seraya memegang kepalanya.
Kemudian Darren menatap sekelilingnya dan mengernyitkan dahinya.
"Gue ada dimana?"
Darren langsung turun dari kasur dan melangkah keluar dari kamar. Darren memperluas pandanganya menatap setiap ruangan yang tampak asing bagi dirinya.
"Ini rumah siapa?, kenapa gue ada di sini?"
Darren berusaha mengingat-ingat apa saja yang sudah terlewati, tapi nihil Darren tak mengingat apapun terkecuali saat dia berada di club' malam bersama Mateo.
"Eh, Aden sudah bangun?" tanya Ibu Komariyah, istri dari Mang Ujang.
"Ibu siapa?" Darren tanya balik, karena bingung dengan semuanya.
"Saya Ibu Komariyah, biasa di panggil Bu Kokom. Saya ini istrinya Pak Ujang, supirnya Aden."
"Jadi ... gue--. Eh maksud saya, saya ada di kampungnya Mang Ujang begitu?"
"Iya...." seraya menganggukkan kepalanya cepat.
"Aarrggh...." Darren berteriak seraya menjambak rambutnya.
"Kenapa Tuan Muda?" tanya Mang Ujang panik sembari berlari ke arah Darren dari pintu dapur.
"Maaanngg!" Kesal Darren, " Kenapa Mang Ujang bawa saya kesini!" sentak Darren geram.
"Maaf tuan muda, saya hanya di suruh sama tuan besar," tukas Mang Ujang.
Darren menggeram dan melototi Mang Ujang. Sedangkan Mang Ujang hanya menundukkan kepalanya.
Darren menghentak nafasnya kasar, seraya bertolak pinggang. Dada Darren naik turun karena menahan amarahnya yang sudah di ubun-ubun.
"Sejak kapan kita tiba disini?" tanya Darren kesal dan menatap Mang Ujang tajam.
"Sejak pagi tuan," jawab Mang Ujang.
Darren ingin marah, tapi dia mau marah sama siapa?, sedangkan yang ingin dia cecar tidak ada di sana, siapa lagi kalau bukan Papinya. Darren menarik nafasnya lalu membuangnya. Berusaha merendam kemarahannya agar tak meluap-luap.
Jadi gue benar-benar Terdampar di sini?, di kampungnya Mang Ujang?. Oh ... tidak, gue nggak mau tinggal di kampung. Benar-benar nih si Papi, bikin gue susah aja. Gue harus gimana ini?.
Cibiran demi cibiran terus Darren ucapkan dalam hati, baginya ini adalah musibah. Sedangkan di dalam hidupnya dia ingin bebas melakukan apa pun tanpa di atur oleh siapapun termasuk orang tuanya sendiri. Tapi apa?, sekarang dirinya benar-benar tak bisa melakukan hal yang bisa membuatnya senang.
"Assalamualaikum...."
"Wa'allaikumsalam...."sahut Ibu Kokom dan Mang Ujang.
Darren langsung memutarkan tubuhnya, dan menatap seorang gadis cantik bertubuh mungil.
"Siapa dia?" tunjuk Darren dengan dagunya.
"Dia adalah keponakan saya tuan, namanya Dira."
"Oh...."
"Dira, sini Nak. Perkenalkan dia adalah tuan muda Darren, anak majikan mamang."
Mang Ujang memperkenalkan Darren kepada Dira. Dira mengulurkan tangannya, tapi Darren malah menatap tangan Dira dan menghiraukan tangan Dira yang sudah terulur. Karena tidak di balas uluran tangannya, akhirnya Dira menarik kembali tangannya.
Cih, sombong sekali nih orang. Tampangnya aja oke kaya bule tapi sombong banget sih.
"Dira, lebih baik kamu ajak tuan muda Darren jalan-jalan di sekitaran kampung kita," suruh Mang Ujang.
"Yang, Mang."
"Nggak!, gue mau di sini aja," tolak Darren.
"Mana barang-barang saya, Mang?"
"Sebentar."
Mang Ujang keluar dari rumah dan berjalan ke arah mobil. Mang Ujang membuka bagasi mobil dan mengambil koper milik Darren dan membawanya.
"Ini Tuan muda." Mang Ujang memberikan koper milik Darren dan langsung di terima oleh Darren. Setelah itu Darren membuka kopernya dan mengambil handuknya.
"Saya mau mandi, tunjukkan dimana kamar mandinya?"
"Dira!"
" Iya, Mang," sahut Dira yang sedang memakan singkong rebus.
"Antar tuan muda Darren ke kamar mandi. Mamang mau keluar dulu, mau laporan ke Pak RT."
Dira pun mengangguk, dan langsung berjalan mendahului Darren. Darren mencibir dengan sikap Dira yang menurutnya sangat tidak sopan terhadap tamu.
Mereka berjalan keluar rumah melalui pintu dapur, karena kamar mandinya letaknya di luar rumah.Jarak kamar mandi dan pintu dapur kurang dari dua meter.
Dira berhenti di depan pintu kamar mandi, dan Darren terbelalak saat melihat kamar mandinya. Sebab kamar mandinya terbuat dari bilik bambu dan dengan atap asbes itupun sudah banyak yang bolong, satu lagi kalau mau mandi harus mengerek ember ke dalam sumur yang begitu dalam.
"I..ini kamar mandinya?" tanya Darren.
"Iyalah, emang yang mana lagi." ujar Dira.
"Gue harus menimba air?"
"Ya ... iyalah, kenapa?, jangan bilang kalau kamu nggak bisa menimba air?"
"Bisalah!, cuman nimba air doang masa gue kaga bisa!" ketus Darren yang tak terima kalau dirinya tak bisa menimba air.
Darren pun melangkah masuk ke kamar mandi, Darren merasa sangat risih melihat kamar mandi yang menurutnya jorok, apa lagi melihat WCnya yang sudah berkerak.
Darren yang biasanya hidup penuh dengan kemewahan dan bahkan untuk mandipun tinggal menyalakan shower kemudian mengatur suhu airnya tanpa repot-repot menimba air.
"Eh, cewek burik, sini kamu!"
Sialan aku di bilang cewek burik, nggak tau apa dia kalau aku ini cewek yang paling cantik di desa ini.
Dengan berat hati, Dira masuk ke kamar mandi.
"Ada apa?" tanya Dira malas.
"Lo taukan kalau gue mau mandi?, sekarang Lo harus nimba airnya buat gue mandi!"
"Apa kamu bilang?, aku yang harus nimba?. Eh, sadar dong! situkan laki-laki, masa menimba air aja nggak bisa." Kesal Dira.
"Gue itu tamu disini, jadi Lo harus yang menimbanya, paham!"
Tanpa kata apapun Dira langsung menimba air dari dalam sumur, sampai bak mandinya penuh.
"Sudah!, puas kamu!" ketus Dira kesal.
"Hemm, keluar sana!" Darren mengibaskan tangannya mengusir Dira.
"Dasar nyebelin," cibir Dira seraya keluar dari kamar mandi.
Sedangkan Darren langsung menutup pintu kamar mandi dan menghiraukan cibiran dari mulut Dira.