kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10. tidur sekamar
Setelah acara selesai kedua pengantin baru itu pun masuk ke dalam kamar mereka,ralat lebih tepatnya kamar Maureen. Ya, mereka memang tak menginap di hotel, setelah acara selesai mereka langsung pulang ke rumah Maureen.
Kamar yang sudah di desain sedemikian rupa,dengan taburan bunga yang di hias di kamar itu,lilin lilin serta aroma terapi yang bisa membuat menggairahkan.
Namun sepertinya aroma terapi itu tak berfungsi pada Aidan maupun Maureen, setelah mereka masuk ke dalam kamar. Bergantian mereka membersihkan diri mereka masing masing.
Berbeda halnya dengan Aidan yang langsung membuka laptop nya, melihat apakah ada kerjaan yang harus dia kerjakan. Maureen malah langsung naik ke atas ranjang bersiap akan tidur.
"Jangan dulu tidur,kita makan malam bersama dulu."cegah Aidan saat melihat Maureen akan membungkus dirinya dengan selimut.
"Gak ah,bapak aja sana yang makan malam saya gak laper saya capek pengen istirahat."Maureen tak mengindahkan larangan dari Aidan itu.
Aidan pun menggelengkan kepalanya,lalu menutup laptop dia. Tanpa berkata apapun Aidan keluar dari dalam kamar. Mendengar pintu yang di tutup Maureen pun membuka matanya sedikit,lalu kembali menutup mata nya.
"Loh mana Maureen nya dan?"tanya pak Latif saat melihat hanya Aidan saja yang turun.
"Maureen kecapean yah,boleh gak kalau Aidan bawa makanan nya ke kamar. Kasian Maureen."ucap Aidan di balas anggukan oleh pak Latif.
Mama Hana pun menyiapkan makanan untuk Aidan."biar Aidan aja mah."
"Udah gak papa mama aja."tolak mama Hana.
"Satu porsi aja ma,biar sepiring berdua sama Maureen."ucap Aidan saat melihat mama Hana akan membuat dua porsi makanan.
Mama Hana pun mengangguk sembari tersenyum menggoda,dan menambah porsi makanan nya.
"Makasih ma,ayah maaf yah Aidan dan Maureen gak bisa ikut makan malam bersama. Insyaallah besok pagi kita bisa makan bersama."Aidan merasa tak enak hati dengan kedua mertuanya.
"Sudah tak apa apa dan,ayah mengerti kok."
Aidan pun mengangguk."Aidan ke atas lagi yah mama,mari shaf."Aidan pun pergi meninggalkan area ruang makan itu.
"Romantis banget kan yah pengantin baru kita,semoga mereka selalu di kelilingi dengan kebahagiaan."ucap mama Hana tak bisa menutupi kebahagiaan nya.
"Aamiin,sudah ayo kita makan."
Tanpa kedua orang itu ketahui ada seseorang yang terluka melihat sikap manis yang Aidan perlihatkan pada kedua orang tuanya.
"Ya Alloh kuatkan hamba."batin Shafa.
"Maureen bangun."Aidan mengguncangkan bahu Maureen.
Membuat sang empu yang tengah tertidur itu merasa terganggu. "Apa sih pak."kesal Maureen.
"Makan dulu,jangan langsung tidur. seharian ini kamu baru makan sedikit."ucap Aidan.
Daru mana Aidan tau jika Maureen cuman makan sedikit? Tentu saja dari mama Hana. Maureen hanya makan tadi sebelum akad nikah,dan saat resepsi pun Maureen tak makan sedikit pun. Bilangnya sih tidak mood.
"Ngantuk pak capek."Maureen semakin menaikan selimutnya.
Sumpah jika Maureen tau nikah itu secapek ini dia tidak mau mengadakan acara resepsi,dia hanya akan menikah di hadiri teman dekat saja dan sanak saudara,Sudah cukup.
Dari pada ini acara megah mewah tapi capek sekali,lagi pula sebenarnya yang di undang di pernikahan ini hanya beberapa kolega bisnis penting dari ayah serta mertua dan juga Aidan.
Ya,yang paling banyak dari ayah dan mertuanya, karena dari pihak Aidan hanya beberapa teman dan kolega bisnis nya saja. Sedangkan dari pihak Maureen dia hanya mengundang Kanaya,dan pernikahan antara maury dan Aidan ini tak banyak orang yang tau juga.
Namun walaupun begitu tetap saja Maureen merasa sangat capek, bagaimana jika di undang semua nya dari teman teman Aidan dan Maureen. Wah mungkin Maureen sudah pingsan duluan.
"Isi perut kamu dulu Maureen ayo bangun setelah itu baru boleh tidur lagi."Aidan menarik selimutnya dan menarik Maureen agar bangun dari tidurnya.
Dengan terpaksa Maureen pun bangun,walau dengan mata yang sudah lima Watt itu. Maureen mendengus kesal karena kenyamanan nya di ganggu oleh Aidan.
Tanpa memperdulikan tatapan kesal dari sang istri Aidan membawa piring lalu duduk di samping Maureen, melihat Maureen yang masih mengantuk itu Aidan pun berinisiatif untuk menyuapi Maureen.
"Buka mulutnya."titah Aidan.
Walaupun dengan malas namun Maureen pun tak bisa bohong jika sebenarnya dia lapar,namun rasa capeknya mengalahkan lapar nya.
Maureen pun menerima suapan dari Aidan, Maureen menguyah makanan nya sembari memejamkan matanya, mungkin saking ngantuknya.
Aidan pun dengan telaten menyuapi Maureen dengan sesekali dirinya pun ikut makan,di bekas sendok milik Maureen. Tak ada rasa jijik sekalipun dari Aidan.
Dan setelah makanan nya habis barulah Aidan memberikan Maureen minuman air putih. "Udah kan?"tanya Maureen di balas deheman oleh Aidan.
Mendengar itu Maureen pun langsung merebahkan kembali tubuhnya,tanpa kembali menarik selimut Maureen langsung memejamkan matanya untuk menyelami alam mimpi.
Aidan yang melihat tingkah Maureen pun hanya bisa geleng geleng kepala. Aidan menarik selimut sampai ke dada Maureen,lalu setelah itu Aidan membawa kembali wadah kotor sisa makan ke luar.
Setelah menyimpan wadah kotor Aidan pun kembali ke kamar,dia langsung merebahkan tubuhnya di samping Maureen. Sejenak Aidan tampak melamun dengan menatap langit langit kamar Maureen, sebelum akhirnya kantuk menyerang.
Aidan pun memejamkan matanya dan menyusul Maureen ke alam mimpi.
Keesokan harinya yang pertama bangun adalah Aidan,dia melirik ke arah samping nya tampak Maureen masih nyenyak tertidur dengan memeluk tubuhnya layaknya seperti guling.
dengan kaki Maureen di atas kaki Aidan,tangan Maureen memeluk erat tubuh Aidan. Dan Maureen menelusup kan wajahnya di dada bidang Aidan.
Aidan melirik ke arah jam, ternyata sudah jam setengah lima pagi. Aidan pun mengguncangkan lengan Maureen.
"Maureen bangun ayo sholat."ucap Aidan
Maureen pun hanya bergumam tak jelas,sembari semakin menelusup kan wajahnya di dada Aidan.
"bangun Maureen."Aidan masih berusaha membangunkan Maureen,namun sepertinya Maureen tak bisa di bangunkan dengan halus.
Aidan pun dengan pelan menyingkirkan kaku Maureen kemudian tangan Maureen dari tubuhnya.
Aidan kembali membangunkan Maureen namun tetap saja Maureen tak mau bangun. Aidan pun mengangkat tubuh Maureen ala bridal style.
di angkat seperti itu pun tak membuat Maureen terbangun. Aidan membawa Maureen ke kamar mandi lalu mendudukkan Maureen di wastafel.
Aidan menyalakan keran lalu memcipratkan nya pada wajah Maureen.
"ahh ihhhh hujan hujan hujan."saat merasakan air mengenai wajah nya Maureen langsung membuka matanya.
"eh mana hujan nya."ucap Maureen saat tak merasakan lagi air mengenai wajahnya.
"hujan palamu,ayo bangun sholat kebluk banget."
"pak Aidan....."
biar tau rasa