Di dunia kultivasi yang dilanda konflik antara Ras Manusia dan Ras Iblis, Dewa Bin Jue dari Sekte Pedang Langit menjadi harapan terakhir umat manusia. Setelah bersembunyi di Gua Abadi, Dewa Bin Jue meninggal dan menciptakan warisan Pedang Langit sebelum Dewa Iblis Yu Zheng menyerang.
Di Benua Huang Zhou, pemuda jenius Luo Xinfen kehilangan kemampuan kultivasi akibat pengkhianatan tunangannya, Wei Ling. Dalam pencariannya untuk memulihkan kekuatannya, Luo Xinfen menemukan gua misterius yang menyimpan rahasia kuno. Di sana, ia bertemu dengan suara Dewa Bin Jue yang memberinya Pedang Langit.
Dengan warisan legendaris ini, Luo Xinfen bersiap untuk menghadapi tantangan, mengungkap kebenaran di balik pengkhianatan, dan menyelamatkan dunia manusia dari ancaman Ras Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LevzaaOP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.32 I Tumbuhan Langka dan Pertarungan Alkemis
Setelah Xinfen ingin pergi Dewa Bin Jue memperingatkan Xinfen, “Berhati-hatilah, bahan-bahan itu cukup langkah dan mahal. Jangan terlalu gegabah dalam mencari. Pilihlah yang berkualitas.”
“Tenang Guru Bin Jue, uang ku masih banyak lupakah engkau kita pernah melelang teknik di Paviliun Seribu Harta.” Ucap Xinfen.
Setelah itu, Xinfen menyiapkan dirinya dan berjalan keluar dari kediamannya menuju pasar sekte. Pagi itu, jalan-jalan sekte mulai ramai dengan para murid yang membeli persediaan, berlatih, atau sekadar berbincang. Xinfen menyesuaikan dirinya di keramaian, matanya mencari kios-kios yang menjual tanaman herbal dan bahan-bahan langka.
Di salah satu sudut pasar, ia menemukan kios yang dijaga seorang pedagang tua. Di sana, ia melihat beberapa tanaman yang mungkin merupakan bahan yang ia cari.
“Selamat pagi,” sapa Xinfen kepada pedagang tua itu. “Apakah Anda menjual Bunga Naga Matahari atau Akar Bintang Langit?”
“Apakah kamus seorang alkemis? Nak….” Ucap Pedagang Tua itu.
“Bukan, saya hanya murid luar di sekte ini yang baru datang.” Ucap Xinfen
Pedagang tua itu menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan suara serak, “Kau memiliki selera yang tinggi, anak muda. Tanaman-tanaman itu langka dan tak semua murid berani menggunakannya. Namun kebetulan aku memiliki sedikit persediaan Akar Bintang Langit dan beberapa kelopak Bunga Naga Matahari.”
Xinfen tersenyum, merasa sedikit lega. “Berapa harga kedua bahan itu, Pak Tua?”
Pedagang itu menghela napas dan menggelengkan kepala. “Tidak murah, tentu saja. Tapi jika kau benar-benar membutuhkannya, aku akan memberimu harga yang cukup baik.”
Xinfen menyadari bahwa harga kedua bahan ini akan menguras kantongnya, namun tekadnya sudah bulat. Setelah menawar harga, ia membeli secukupnya, bertekad untuk memanfaatkan setiap bahan ini dengan baik. Dengan kantong yang lebih ringan namun hati yang puas, ia kembali ke kediamannya, bersiap untuk mulai mempelajari pembuatan Pil Penguat Jiwa di bawah bimbingan Dewa Bin Jue.
Saat Xinfen selesai bertransaksi dan menerima tanaman langka itu dan tanaman lainnya, seorang murid senior berwajah serius mendekat dengan tatapan tajam. Ia mengenakan jubah khusus dari sekte dengan lencana berwarna perak. tanda bahwa ia adalah murid alkemis tingkat menengah. Nama murid itu adalah Yue Hong, seorang alkemis terkenal di kalangan murid-murid karena kemampuannya meracik pil-pil yang langka dan ampuh.
"Hei, kau," panggil Yue Hong dengan nada tegas, mengamati tanaman di tangan Xinfen. "Aku sudah lama mencari Bunga Naga Matahari dan Akar Bintang Langit itu. Berapa harga yang kau mau untuk menjualnya padaku?"
Xinfen menatap Yue Hong sejenak dengan mata yang tenang, kemudian menjawab, “Maaf, tapi aku membelinya untuk keperluanku sendiri.”
Yue Hong mengerutkan kening, merasa tersinggung. "Kau murid baru, bukan? Tak seharusnya kau menggunakan bahan-bahan seberharga itu. Tanaman seperti ini memerlukan keterampilan alkemis tingkat menengah agar bermanfaat. Sebaiknya kau serahkan saja padaku daripada membuang-buangnya."
Xinfen menahan senyumnya. “Aku mungkin murid baru, tapi aku tahu apa yang kulakukan. Lagipula, bahan ini memang kubutuhkan. Saya menghargai saran Anda, tapi saya tidak akan memberikannya begitu saja.”
Kerumunan murid mulai berkumpul, tertarik melihat perdebatan antara kedua murid yang tampak berkompeten ini. Yue Hong, merasa gengsinya dipertaruhkan, melangkah lebih dekat.
“Kalau begitu, kita buat perjanjian,” katanya dengan nada menantang. “Kau dan aku sama-sama membuat Pil Vitalitas Roh. Kita lihat siapa yang bisa meracik pil yang terbaik. Jika pilmu lebih baik, kau boleh menyimpan tanaman itu. Tapi jika pilku yang lebih baik, kau harus menyerahkan bahan- bahan itu padaku,” Yue Hong tersenyum sinis.
Xinfen mempertimbangkan tantangan itu sejenak, tetapi hanya dengan senyum penuh percaya diri, ia menerima tantangan itu. “Baik. Aku terima tantanganmu. Kita lihat siapa yang bisa membuat pil terbaik.”
Kerumunan semakin riuh, antusias menyaksikan pertempuran alkemis ini. Mereka jarang melihat murid baru yang berani menghadapi seniornya dalam duel alkemis. Dalam pikiran mereka, mungkin Xinfen akan kalah, namun mereka tetap penasaran akan hasil akhirnya.
Yue Hong dan Xinfen menyusun tempat mereka masing-masing, bersiap dengan tungku mereka masing-masing. Pedagang tua yang menjual bahan itu bersedia memberikan bahan yang dibutuhkan dan menjadi saksi sekaligus juri bagi mereka.
Dewa Bin Jue bersuara pelan dalam pikiran Xinfen, “Bersiaplah. Ini bukan hanya soal tanaman langka; ini adalah kesempatanmu menunjukkan kemampuanmu sebagai muridku. Ingatlah engkau pernah membuat Pil Vitalitas Roh ini, apakah kau masih ingat?”
“Masih Guru Bin Jue.” Ucap Xinfen.
Xinfen memejamkan mata sejenak, mengingat pembuatan pil itu sebelumnya. Luo Xinfen pun mulai membuat pil tersebut,. Ia menyiapkan Rumput Pencerah Jiwa, Bunga Roh Surgawi, Daun Mata Angin, dan Serbuk Ginseng Cahaya Bulan. Xinfen mengeluarkan tungkunya yang tampak seperti tungku biasa berbeda dengan murid senior itu.
Langkah pertama Xinfen memanaskan tungku dengan api yang stabil, dan beberapa saat kemudian merubahnya menjadi pagoda api, api yang bertingkat. Setelah itu,masukkan Rumput Pencerah Jiwa dan biarkan kekuatan alami dari tumbuhan itu menyatu dengan energi spiritual. Luo Xinfen melakukan dengan hati-hati. Ia merasakan energi murni dari rumput mulai berbaur, mengalir seperti aliran Sungai yang tenang namun kuat.
Saat energi mulai menyatu, Luo Xinfen memperkuat energinya ke tungku. Menggunakan teknik pernapasan dalam untuk menjaga pagoda tetap stabil karena ini menentukan kualitas pilnya. Seketika suhu tungku mulai naik perlahan, dan kilauan biru samar dari Rumput Pencerah Jiwa bercahaya, menandakan keberhasilan proses awal.
Di sisi lain, Yue Hong dengan keahlian alkimia yang sudah mumpuni, bergerak dengan cepat dan percaya diri. Ia memiliki teknik yang telah dikuasainya bertahun-tahun, membuat pil yang konsistensi dan kemurniannya diakui di sekte.
“Kau…. Menggunakan Rumput Pencerah Jiwa untuk membuat pil Vitalitas Roh, kamu ingin menghancurkan pilnya! Hahaha…” Ucap Yue Hong.
Xinfen tidak memperdulikannya dan hanya fokus terhadap pembuatan pilnya, Setelah beberapa jam, aroma harum yang kuat tercium di tempat itu. Seketika Xinfen menguatkan energinya untuk mempertahan pagoda api itu, dalam perlahan pil itu berubah warna menunjukkan pil tingkat kemurnian yang lebih tinggi dan lebih murni telah terbentuk.
Setelah beberapa jam yang penuh konsentrasi, keduanya menyelesaikan pil mereka. Di depan kerumunan, pedagang tua itu memeriksa kedua pil tersebut dengan teliti. Ia mencicipi sedikit energi dari masing-masing pil, merasakan efek dan kekuatannya
Ketika pil tersebut siap, Xinfen menariknya keluar dan memegangnya. Luo Xinfen mengehela napas lega sambil memegang Pil Vitalitas Roh itu.
Setelah diam sejenak, pedagang tua itu akhirnya mengumumkan pemenangnya. Dengan suara tegas, ia berkata, “Pil milik… Xinfen, memiliki tingkat kemurnian yang lebih tinggi dan energi yang lebih murni.”
Kerumunan murid yang menonton bersorak kagum, sementara Yue Hong berdiri terdiam dengan wajah tak percaya. Meskipun kecewa, ia mengakui kekalahannya. Dengan nada setengah jengkel namun penuh gengsi, Yue Hong mengangguk pada Xinfen.
“Sepertinya aku harus mengakui kehebatanmu kali ini,” kata Yue Hong dengan sedikit enggan. “Aku tidak akan mengambil tanaman itu darimu. Tapi ingat, ini belum berakhir.”
Xinfen hanya tersenyum tipis dan membungkuk sebagai tanda hormat. Ia berhasil memenangkan tantangan ini, dan dengan tanaman langka itu di tangannya, ia melangkah kembali ke asrama, siap untuk melanjutkan langkah-langkah kultivasinya dengan penuh keyakinan.