"Apa kau ingat? Saat SMA dan kuliah dulu, kau terus membuliku. Jadi sekarang, rasakan balas dendamku, wahai istriku!" Ucap Angkasa pada Leora.
'Angkasa, kau tidak tahu saja, kalau dendammu mengarah pada orang yang salah. Sayang sekali kau tidak akan percaya kalau aku menjelaskannya.' Gumam Leora memandangi Angkasa sambil menahan isakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2. Terlalu Kejam
'Satu, dua, tiga, empat, hah, lima, enam.' Hitungan Leora dalam hati baru saja dimulai.
Apa yang dihitung?
Saat ini ia sedang berbaring di atas ranjang. Tangannya memegang erat pada sprei yang telah berantakan dengan seorang pria sedang berada di atasnya. Pria itu menekannya dengan sangat kuat hingga tulangnya seakan remuk.
Air mata Leora menetes mengiringi hitungannya dalam hati. Ia sudah menikah selama satu minggu dengan pria bernama Angkasa itu, tapi pria itu tidak pernah memberinya kesempatan untuk bernafas lega.
Setiap malam ia selalu menjadi objek balas dendam di atas ranjang yang harusnya diterima oleh adiknya Liona.
'Dua puluh, dua satu, dua dua,' hitungan Leora terus berlanjut sambil menggertakan giginya berusaha untuk tidak menjerit.
"Akkh! Kau semakin enak." Komentar Angkasa sambil terus bekerja keras untuk menikmati wajah tersiksa istrinya.
Gerakannya semakin dipacu sambil menikmati setiap tetes air mata yang keluar di sudut mata Leora.
Baginya, jutaan tetes air mata yang keluar dari mata itu tidak akan menggantikan semua penderitaan yang pernah ia alami.
"Tujuh tujuh, tujuh delapan,"
Aktivitas mereka terus berlanjut sampai akhirnya Leora pingsan untuk kesekian kalinya.
Angkasa tersenyum mengejek sambil terus menggerakkan pinggulnya. "Baru segini saja sudah pingsan." Gerutunya.
Entah berapa lama Leora pingsan, tapi yang jelas ketika ia bangun, hari sudah siang.
Ia mengerjapkan matanya sambil mengusap kulit nya yang lembab akibat keringat yang dihasilkan di pertempuran kemarin malam.
"Hidupku," katanya kembali menangis mengingat nasibnya yang terlalu tragis.
Setelah puas menangis ia kemudian bangun dan dan berusaha membawa tubuhnya ke pinggir kasur.
Selimut yang kemarin ia gunakan sudah tercecer di bawah lantai bersama pakaiannya, "Pria itu sungguh tidak punya hati. Bisa-bisanya ia meninggalkanku dengan tubuh telanjang dan tidak bersimpati menyelimutiku." Ucapnya sembari menghapus air mata di pipinya.
Leora kemudian naik ke kursi roda dan masuk ke dalam kamar mandi. Iya mandi begitu lama sebelum menggunakan pakaian dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.
"Selamat pagi Nyonya." Sambut seorang pelayan yang selalu melayaninya. Namanya Bibi Kira
"Selamat pagi, Tolong rapikan kamarku." Kata Leora.
"Baik Nyonya." Jawab pelayan itu lalu pergi meninggalkan Leora.
Leora menghabiskan sarapannya sebelum duduk di ruang keluarga menghabiskan waktunya menonton TV.
Tak berapa lama, Bibi Kira kembali menghampirinya.
"Ada apa?" Tanya Leora.
"Saya menemukan ini di atas kamar nyonya." Ucap pelayan itu menyerahkan sebuah ponsel baru.
Leora mengambil ponsel itu dan mengeceknya. 'Apa dia membelikanku ponsel baru? Untuk apa?' pikir Leora lalu meletakkan ponsel itu di atas meja dan kembali fokus pada tv-nya.
Ya, sudah satu minggu ia menikah dengan Angkasa, namun selama itu ia belum pernah menyentuh ponsel. Iya juga tidak pernah meninggalkan rumah dan hanya menghabiskan hari-harinya di depan TV.
Drrtt... Drrtt...
Tiba-tiba ponsel yang baru saja ia letakkan di atas meja berbunyi. Leora langsung meraih ponsel itu dan melihat nama pemanggil tercatat Tuan.
Sambil mengeryit, Leora mengangkat panggilan itu.
"Ponsel ini untuk menghubungimu. Jangan menambahkan kontak siapapun di ponsel ini. Juga, sekarang datanglah ke kantorku." Ucap pria di seberang telepon sebelum telepon Itu dimatikan.
"Cih! Dia benar-benar!" Gerutu Leora membanting ponsel itu ke atas sofa lalu ia kembali menikmati siaran tv-nya.
Siang berlalu hingga malam kini datang. Leora tidak pergi ke kantor Angkasa dan memilih terus berada di depan TV.
Malam hari itu ia menghela nafas ketika sudah pukul 9 malam dan angkasa belum kembali juga.
"Akhirnya ini malam pertamaku untuk tidur dengan nyenyak." Pikir Leora lalu ia melajukan kursi rodanya ke kamarnya.
Malam itu, ia benar-benar tidur dengan nyenyak namun pada pagi hari, baru saja ia selesai mandi ketika pintu kamar dibuka oleh seorang pria. .
Angkasa berdiri sesaat memandang perempuan yang juga memandanginya.
Setelah beberapa detik berlalu pria itu berjalan dengan tergesa-gesa dan langsung menampar Leora.
Plak!
Tamparan keras itu membuat Leora jatuh bersama kursi rodanya hingga Ia tersungkur di lantai.
Leora begitu terkejut dan memegangi pipi kirinya yang telah di tampar. Air matanya langsung terjatuh membanjiri seluruh pipi mulusnya.
"Wanita sialan! Beraninya kau membantah perintahku!" Ucap Angkasa menarik Leora dari lantai dan menghempaskan perempuan itu ke kasur.
"Kau bukanlah perempuan yang patut dikasihani. Kesombongan dan keras kepala yang kau punya harus mendapat pelajaran yang setimpal." Kata Angkasa sembari merobek-robek seluruh pakaian Leora.
"Tolong, kumohon jangan!" Rintih Leora sambil menangis dan berusaha menahan pakaiannya.
Ia begitu takut dan sudah merasa sangat trauma dengan semua perlakuan angkasa padanya.
Tapi pria itu sama sekali tidak mengindahkannya dan terus merobek seluruh pakaian Leora hingga akhirnya semuanya telah lepas dari tubuh Perempuan itu.
"Kau patut mendapatkan semua ini! Apa yang kau alami ini pun tidak sebanding dengan yang sudah kau lakukan! Perempuan sialan sepertimu layak menderita seumur hidupmu!" Kata angkasa lalu ia mulai menggempur Leora hingga perempuan itu berteriak kesakitan di pagi hari yang cerah.
"Ya ampun, Tuan benar-benar kejam terhadap Nyonya. Padahal Nyonya sudah lumpuh, dan diabaikan oleh keluarganya." Ucap pelayan yang berdiri di depan kamar karena ia hendak mengantar sarapan pada Leora.
Namun ia tidak bisa berbuat apapun dan hanya berbalik membawa sarapan itu ke dapur.
"Maafkan saya nyonya, saya pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya. Anak saya sakit keras dan butuh biaya yang besar untuk perawatannya." Ucap Pelayan paruh baya itu sambil duduk mengusap dadanya terasa sesak membayangkan seorang perempuan disiksa seperti itu.
Setelah pelayan itu menunggu selama 3 jam, ia melihat angkasa sudah pergi meninggalkan rumah.
Pelayan itu bergegas naik ke lantai atas dan menemui Leora terbaring dengan lemas di atas tempat tidur dengan darah menodai sprei putih.
Pelayan paruh baya itu langsung meraih selimut di bawah lantai dan menyelimuti Leora.
"Bibi, saya lapar." Kata Leora sambil menangis.
"Saya akan mengambil sarapan." Ucap pelayan itu sambil meneteskan air matanya juga lalu ia pergi meninggalkan kamar Leora.
"Ya Tuhan, Kenapa kau menuliskan takdir yang begitu kejam padaku? Semua yang kumiliki sudah kau rebut dariku, sekarang pun, kau tidak mengizinkanku untuk hidup dengan tenang?" Isak Leora menangis sesegukan.
Leora membungkus seluruh tubuhnya dan menangis di balik selimut. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit seolah tulang dan dagingnya telah berpisah.
Pelayan yang tadi pergi mengambil makanan sudah tiba di kamar Leora.
'Ya Tuhan, nasib macam apa yang kau berikan pada perempuan cantik ini?' gumamnya dalam hati sambil menghela nafas mendengar isakan menyedihkan Leora.
"Nyonya, makanannya sudah siap." Kata pelayan itu sambil menahan sesaknya.
Leora berusaha menenangkan dirinya sebelum menyingkap selimut itu. "Bantu Saya Bibi." Katanya.
Pelayan itu langsung membantu Leora duduk lalu ia menyuapi Leora.
"Saya sudah menyiapkan obat untuk nyonya." Ucap Bibi Kira setelah Leora menghabiskan sarapannya.
"Terima kasih Bibi." Jawab Leora lalu ia menelan pil pil obat yang diberikan oleh Bibi Kira.
"Ini juga ada salep, kalau ada luka di tubuh Nyonya." Ucap Bibi Kira.
"Letakkan saja di situ, aku akan menggunakannya nanti." Jawab Leora yang tidak mungkin meminta bantuan Bibi Kira, karena yang terluka adalah bagian intimnya.
"Ya sudah, kalau begitu saya akan menunggu dibalik pintu. Kalau Nyonya membutuhkan sesuatu Nyonya tinggal memanggil saya saja." Ucap Bibi Kira lalu pergi meninggalkan Leora.
Hei, nunggu adegan apa? Maaf ya, adegannya nanti di bab belasan ke atas🤭
keras berbagai macam gaya
kau bahagia dengan angkasa bapak mu menghancurkan leluargamu
bapaknya sendiri memasukkan baby sugar di dalam rumahnya.
dan saking pintarnya istrinya percaya aja kalau Luna jalang itu adalah anak angkat Bambang tua bangke.
kurasa hanya Leora yang waras
dan ibunya terlalu polos mau aja di begoin sama suaminya
bagaimana dengan istrinya
anggara yg mnderita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tpi kli like ttp ku tekan.
semngat n sukses selalu
krya2 nya bnr2 bagus.sampe berniat ttus baca tiap judul2 nya