Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Di Kantor Bryan
Kirana menunggu Missel di sekolah seperti biasa, dia duduk sendiri tidak bergabung dengan ibu-ibu lainnya. Meski kadang dia di pandang sebelah mata dari ibu-ibu yang bergosip, tapi Kirana tidak peduli. Semakin di ikuti semakin sering nantinya di gosipkan jika berbeda pendapat atau sikap.
Lebih baik beda sikap dan pendapat dari awal, mereka juga akan kehabisan bahan gunjingan. Tapi dasar orang suka menggosip pasti ada saja bahan yang jadi gosipan.
Waktu terus berjalan, hari sudah pukul sebelas siang. Sekolah Missel sudah bubar dan kini kedua orang beda generasi itu pun pergi ke mall sesuai keinginan Missel yang kemarin tidak di perbolehkan oleh papinya.
Missel senang ketika Bryan mengizinkan pergi ke mall bermain di timazone. Tapi mereka harus ke kantor Bryan setelah selesai bermain di timezone. Morgan akan menjemput Kirana dan Missel ke mall yang dia datangi.
"Mami Kiran, pulangnya sore aja ya." kata Missel bernegosiasi pada Kirana.
"Ngga boleh sayang, main di mall ngga boleh lama-lama. Lagi pula nanti di marahi papi kalau main lama di timezone." kata Kirana mengingatkan anak sambungnya.
Missel cemberut, namun dia menurut apa kata Kirana. Mereka pun pergi ke foodcort untuk makan siang. Makan siang di jam dua siang, karena Missel belum mau selesai main di timezone.
Setelah kenyang mereka menunggu jemputan Morgan untuk membawanya ke kantor Bryan. Tak lama mobil rolls royce phantom berwarna hitam datang tepat di depan keduanya.
"Silakan nona Missel dan nyonya Bryan." kata Morgan membukakan pintu untuk mereka.
"Ish, bang Morgan jangan gitu sih. Aku malu jadi malu." kata Kirana dengan tawa kecilnya dan pipi merona.
"Aku ngga nyangka kamu jadi istri bosku. Aku kira anak bos tidak suka sama kamu, jadi iseng aja aku tawarkan sama kamu." kata Morgan.
Morgan adalah kakak Danisa yang bekerja jadi asisten Bryan. Dia sudah berkeluarga, dan istrinya memahami pekerjaan suaminya. Maka dari itu Mirgan di gaji lebih besar dari yang lainnya, karena hanya dia yang bisa bekerja santai dan cuek pada Bryan.
Jika bukan Morgan, cara kerja Morgan dan sering meledek bosnya sudah di pecat Bryan. Karena Bryan cocok dengan pekerjaan Morgan. Dan Morgan adalah teman Bryan juga, makanya mereka tidak segan dan canggung dalam bekerja atau pun bergaul.
Morgan memahami Bryan sejak dulu, karena dia sudah bersahabat lama.
Ketika Bryan menyukai Kirana teman adiknya itu, dia sangat senang. Dia pikir ketika Bryan melamunkan Kirana itu nama lain, tapi memang pengasuh anaknya.
"Ada apa sih bang tuan Bryan menyuruh kita ke kantornya?" tanya Kirana.
Missel mulai mengantuk, dia tertidur di pangkuan Kirana.
"Emm, aku tidak tahu. Mungkin dia merasa kangen dengan istrinya. Tapi kenapa kamu masih memanggilnya tuan, Kirana?" tanya Morgan.
"Aku belum biasa bang, canggung nantinya kalau panggil yang lain."
"Ya harus ganti, Kirana. Dia senang lho kalau memanggil dengan nama kesayangan. Mas Bryan, misalnya. Itu akan terdengar enak di telinga." kata Morgan lagi.
"Lagi pula kita menikah kan mendadak bang, dia berbohong sama ayah dan ibuku."
"Bohong apa pak bos?"
"Kalau aku mrngandung anakku, kan itu bohong namanya." kata Kirana masih belum terima akan cara mendapatkannya itu.
"Kamu tahu, memang suamimu itu terkadang ceroboh kalau bertindak. Tapi percayalah, dalam hatinya sudah ada kamu. Bahkan dia sering melamunkan kamu. Bos itu memang tidak bisa langsung mengungkapkan perasaannya, alih-alih ingin mendapatkan kamu malah berbohong. Tapi kamu harusnya mikir kenapa dia pergi ke kampungmu menyusul kamu. Sedangkan pekerjaannya sangat banyak akhir-akhir ini." kata Morgan lagi.
Kirana pun berpikir, apakah benar seperti itu? Memang akhir-akhir ini Bryan berangkat cepat dan pulang larut malam, sempat dia melihat Bryan pulang malam.
Mobil pun sampai di parkiran, Morgan menghentikan mobilnya. Dia pun segera keluar dan menggendong Missel yang tidur di pangkuan Kirana dengan hati-hati.
Keduanya pun masuk lobi dan langsung menuju lift khusus pejabat tinggi di perusahaan. Kantor Bryan berada di lantai sepuluh, jadi agak lama Morgan dan Kirana sampai.
Pintu lift persis di depan ruang kantor Bryan, karena memang begitu keluar dari lift Bryan langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.
Morgan mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, lalu Kirana mengikuti Morgan masuk. Matanya langsung menuju Bryan yang sedang tertunduk menanda tangani berkas.
Tampak berwibawa sekali Kirana melihat suaminya, dia tersenyum tipis melihat Bryan begitu serius bekerja. Hingga tidak sadar kalau Morgan dan dirinya sudah berada di ruangannya.
"Ehem, dua bidadari anda sudah ada di sini tuan. Tapi bidadari kecil terkulai lemah paduka raja." kata Morgan memberi laporan ala pasukan kerajaan.
"Oh ya, tunggu sebentar. Kamu baringkan saja di kamar khusus biar tidurnya nyaman." kata Bryan.
Morgan pun menurut, dia membawa Missel ke ruang khusus istirahat dirinya ketika sedang suntuk.
Kirana mengikuti Morgan masuk kamar tempat istirahat Bryan itu, namun tangannya di cegah oleh Morgan.
"Kenapa bang?"
"Temani pak bos, dia akan dengan senang hati di temani istrinya kalau lagi bekerja." kata Morgan.
"Tapi Missel sendirian, kasihan."
"Kalau bangun non Missel bisa cari papi dan maminya. Kamu tenang saja, sudah sana temani suamimu bekerja." kata Morgan lagi.
"Aku mau menemani bagaimana, bisa saja kan dia sangat sibuk dan ngga mau di ganggu." kata Kirana.
"Haish, gadis tidak peka itu kamu Kirana. Dia menyuruhmu ke sini agar bisa di temani kamu. Sudah sana, biarkan non Missel tidur di sini. Kamu duduk-duduk aja di kursi sofa juga tidak masalah. Yang penting kamu temani pak bos." kata Morgan.
Benar-benar Kirana tidak peka sama sekali, lebih tepatnha sih dia menjaga diri agar tidak kaget dan berdebar lebih lama lagi jantungnya.
Morgan membaringkan Missel di kasur, dan Kirana pun keluat. Dia melihat Bryan masih sibuk dengan laptopnya di meja kerjanya.
"Bos, saya keluar dulu ya. Cari cemilan, lapar." kata Morgan beralasan biar Kirana dan Bryan bisa berduaan.
"Hem." begitu tanggapan Bryan.
Morgan pun kekuar, dia melirik Kirana yang sedang bermain ponsel dan Bryan masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Huh, suami istri aneh."
Setelah mengatakan seperti itu, Morgan pergi dan menutup pintu agak keras. Membuat Kirana menoleh dan kaget.
"Ish, ngga ada sopan-sopannya ya. Kakak beradik sama saja." gumam Kirana.
"Dia memang begitu." kata Bryan yang tiba-tiba ada di dekat Kirana.
"Haish, kenapa tiba-tiba ada di sini aja sih." sungut Kirana pada Bryan.
Bryan tertawa kecil, dia sangat lucu melihat Kirana yang kaget itu.
"Lucu ya kamu itu." kata Bryan.
Dia mendekat lagi pada Kirana, ingin mencoba menatapnya lebih dekat dan bermesraan dengan istrinya itu. Menggodanya bagaimana reaksi Kirana jika Bryan terus dekat padanya.
Tapi rupanya Kirana diam saja, wajah Bryan mendekat pelan ke wajah Kirana. Lalu berhenti tepat di sisa jarak satu senti saja, menatap dalam pada istrinya itu.
"Kamu cantik."
_
_
_
****************